Episode 11

1.3K 89 10
                                    

Sepeninggalnya Gracia dan Marsha, Gita merasa tidak enak pada Shani yang terlihat dalam raut wajahnya ada kesal, ada sesal, ada ketidaktahuan apa yang tengah terjadi. Karena Gita masih sangat menghormati dan menyayangi Shani, Azizi dan keluarganya meskipun mereka membohongi dirinya.

"Kak, aku minta maaf" Ucap Gita menghadap Shani

Shani menarik nafas pelan, menggigit bibir bawahnya menahan kesal yang tidak mungkin dia keluarkan "Udahlah, kita pulang dulu"

"Kak Shani gak perlu jelaskan apapun sama Papa Mama, biar aku aja nanti yang menghadap mereka."

"Papa tadi telepon gak akan pulang 2 hari ini, ada urusan kerjaan. Kamu jelaskan nanti sama Kakak alasan kamu jadi.. seberantakan ini, biar nanti Kakak bisa bantu kamu didepan Papa" Shani baru bisa fokus pada Gita, menscan dari atas sampai bawah. Wajah Gita terlihat pucat dan darah dilehernya.. 'apa yang sudah dia alami sebenarnya?'

"Ayo Zee kita pulang" Ajak Shani "Yessica, makasih sudah menghubungi Kakak ya"

"I..iiyyaa Kak, sama-sama" Dengan tidak enak hati dia menjawab sembari melihat Gita "Sorry Git, gue cuma khawatir"

"Gapapa Chik, makasih ya. HP gue hilang, nanti lu ke rumah aja ya kalo udah reda" Yessica mengangguk tanpa banyak bertanya

Shani sudah jalan lebih dulu kearah mobilnya, dia masuk dibelakang kemudi menunggu kedua Adiknya

"Kak ayo Kak, aku takut sama Kak Shani." Ajak Azizi
"Gue balik dulu ya, lu hati-hati pulangnya."
"Iya, jangan lupa obatin luka lu." Gita mengangguk lalu berjalan bersama Azizi yang masuk di kursi belakang, sementara dirinya di kursi depan mendampingi Shani.

Hawa dimobil selama perjalanan pulang sungguh tidak enak, Shani fokus menyetir dengan pikirannya masih bertaut pada Gracia dan Marsha yang dia asumsikan adalah orang di masa lalu Gita. Karena dalam kebohongan yang Hanan buat, Shani tidak pernah mendengar nama mereka berdua.

Gita diam, sesekali melihat kearah Shani tapi tidak berani buka suara terlalu takut dengan aura Kakaknya jika sedang mode marah. Dan Azizi? hanya diam diantara kediaman kedua Kakaknya sampai tidak berasa malah ketiduran di kursi belakang.

"Kak..?"
"Apa?" Jawab Shani singkat
"Eum.. boleh menepi dulu bentar" Gita tiba-tiba memecah keheningan setelah 10 menit mobil melaju, Shani melirik seakan bertanya mau ngapain "Akku.. mual" Gita menutupi mulutnya takut tiba-tiba muntah.

Shani langsung menyalakan lampu sein kiri dan dengan cepat Gita keluar lalu berjongkok bodo amat dengan kondisi sekitar, dia mengeluarkan mualnya yang sudah tidak bisa lagi ditahan.

Melihat Gita yang buru-buru turun membuat Shani kaget, apalagi tadi dia menjawab panggilan Gita singkat belum lagi mereka saling diam. Shani segera ikut turun untuk menepuk-nepuk punggung Gita.

"Kepala kamu sakit lagi?" Gita hanya mengangguk "Obatnya sudah diminum?" Gita kembali mengangguk sambil terduduk lemas setelah mengeluarkan mual yang hanya berisi air karena perutnya belum terisi kembali makanan setelah insiden 'penculikan' nya?
"Minum dulu" Shani menyodorkan botol minum yang sudah dia buka
"Makasih Kak"

Saat hendak berdiri Gita tidak bisa menahan pusingnya, badannya agak limbung namun untungnya Shani sigap menahan badan Gita.

"Maaf Kak, sedikit pusing" Kata Gita dalam dekapan Shani
"Abis ngapain sih seharian ini sampai jadi kaya gini?" Shani membantu Gita untuk kembali masuk ke mobil
"Mau aku ceritain disini?"
Shani mendelik tidak percaya pada pertanyaan Gita yang untuknya lebih seperti sedang mengejek
"Mau sekalian sambil makan disini? Atau rebahan? Biar enak ceritanya!" Jawabnya kemudian, dengan muka dingin dan tatapan tajam
"Ngga Kak, ampun" Gita agak serem melihat ekspresi Kakaknya

Gita Dikara SejagatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang