Episode 17

1.1K 88 5
                                    

"Git, Kak Gracia lupa. Ada yang belum Kakak sampein sama kamu tentang Mama kamu"
"Apa itu Kak?"
"Jangan sekarang Kak Gre Kagita kan masih sakit" Marsha melarang Kak Gracia
"Gapapa Marsha, Kak Gita siap denger kok apa yang mau di sampein Kak Gracia"
"Tapi Kak, jangan dulu sekarang deh Kagita dengernya. Nanti aja ya kalo udah keluar rumah sakit" Marsha kembali meyakinkan
"Aku malah jadi penasaran, emang apa Kak Gracia yang belum Kakak sampein?" Marsha terdiam saat aku langsung bertanya ke Kak Gracia

Melihat pasangan wajah Kak Gracia sepertinya ini kabar buruk, dan benar saja. Apa yang dia sampaikan kemudian memang buruk adanya.

Kata Kak Gracia, Mama kandung aku Seruni udah meninggal tapi baru beberapa bulan yang lalu meninggalnya. Dia bilang dia sangat menyesal karena lama sekali untuk akhirnya menemukan keberadaan ku, karena kalau saja Kak Gracia bisa lebih cepat menemukan aku udah pasti aku masih bisa lihat Mama kandungku.

Awal denger cerita dari Kak Gracia bahkan sampai akhir aku hanya terdiam tanpa kata, tanpa menjeda. Rasanya sedih, sakit hati, tapi gabisa nangis, gatau mau gimana juga bereaksi atas ceritanya. Rasa ingin meraung-raung nangis kejer, menarik satu tarikan nafas dalam dan menghembuskannya namun masih terasa begitu sesak yang memenuhi dadaku.

Dugaanku benar, Papa dan Mama kandungku memang sudah meninggal. Dan sialnya mereka berdua meninggal ditangan Adrienne, apa memang seharusnya aku mati juga ya?

Mereka belum bisa melihat responku yang malah terdiam kosong bahkan infusku hampir jatuh saja tidak aku hiraukan, ini terlalu meledakan pikiranku. Inginnya berteriak tapi apa yang harus diteriakan aku lupa bagaimana belaian lembut seorang ibu yang sudah melahirkanku, aku lupa bagaimana tangan ayahku yang mengajarkan ku banyak hal sewaktu aku bayi hingga jadi anak-anak. Aku tidak ingat dengan orang tua kandungku, aku tidak ingat kebersamaan ku dengan mereka.

Apa salah kalau perasaanku terkesan biasa saja menanggapi kabar buruk ini? Atau perasaanku belum sadar dan tidak mau menerima kabar duka ini? Sial sekali hidupku.

"Git?" Aku hanya mengerjap, menatapkan mataku pada Kak Gracia "Maafin Kakak ya, karena terlambat menemukan kamu."

".... gapapa Kak, bukan salah Kak Gracia."

"Maaf juga karena gabisa jagain Tante Seruni buat kamu, Git."

"Udah Kak cukup, aku mau balik ke kamar takut Mama sama Zee nyariin" Lidahku mulai terasa kelu tak ingin lagi bicara, tatapanku juga ingin kosong lagi, hanya ingin melamun, hanya ingin meledakan sesak didadaku tapi tidak dihadapan mereka.

"Pak! Aku mau balik ke kamarku!!" Suaraku entah kenapa lantang berteriak memanggil pengawal

"Biar aku anterin Kagita ke kamar ya Kak?"

"Gaperlu, biar pengawalku saja. PAK CEPAT" Aku tidak menggubris tawaran Marsha, mataku mulai terasa panas.

Aku meninggalkan Kak Gracia juga Marsha begitu saja tanpa pamit, aku hanya tak tau harus bagaimana didepan mereka. Aku juga gamau menangis didepan mereka. Aku tidak sama sekali menyalahkan mereka atas tragedi hidupku yang menyedihkan ini, hanya saja tidak ingin lemah didepan mereka yang bahkan masih belum bisa aku ingat.

Saat aku memasuki lorong hampir sampai di ruanganku tangiskupun pecah tanpa bisa kutahan lagi.

Bagaimana mungkin perasaan ku tidak merasakan apapun saat Kak Gracia bilang kalau Mama kandungku udah meninggal dan bisa saja harusnya aku masih bisa menemui Mama, bahkan hidup sama Mama kalau saja aku tahu identitas ku lebih cepat, kalau saja Papa memberitahu ku lebih cepat, kalau saja Kak Gracia menemukanku lebih cepat.

Tapi apa memang meninggalnya kedua orang tua kandungku bisa dirubah dengan pengharapanku yang seperti itu? Belum tentu bukan.

Capek banget hidup, terlalu banyak kejutan udah kaya lagi ulang tahun.

Gita Dikara SejagatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang