Episode 23

1.2K 93 11
                                    

Didalam ruang operasi tim profesor Handoko mulai terlihat sibuk, dari mulai anestesi hingga pembedahan kepala bagian belakang dengan perkiraan waktu operasi yang memakan waktu kurang lebih 5 jam.

Hanan duduk memeluk Rania. Shani, Azizi, Yessica, Gracia dan Marsha hanya saling diam dengan pikirannya masing-masing. Sesekali Shani terlihat berdiri berjalan melihat kearah pintu utama dari ruang operasi lalu duduk kembali, diantara semuanya terlihat dia yang begitu gusar dan tidak bisa menenangkan dirinya. Namun tidak ada satupun dari mereka berani menegur Shani yang begitu banyak tidak diam, dibanding diam duduk menunggu sampai lampu penunjuk waktu operasi Gita berubah menjadi hijau yang artinya operasi sudah selesai.

Semua yang ada diruang tunggu itu mengerti bagaimana perasaan Shani saat ini, mengerti resah gelisah hingga takutnya. Azizi bukan tidak berusaha membujuk Shani untuk tenang tapi dia sendiripun sedikit kesulitan menetralkan rasa takutnya memikirkan Kakaknya yang tengah berjuang dengan luka masa lalunya.

5 jam sudah berlalu tapi masih belum ada tanda operasi selesai, yang ada Shani malah menyaksikan perawat masuk kedalam ruang operasi dengan tergesa lalu membawa sebuah kotak berwarna biru tak lama dia keluar.

"Pa ini udah 5 jam tapi kenapa operasinya belum selesai sih?" Kesal Shani

Semua yang menunggu seketika melihat pada penunjuk waktu entah itu jam tangan atau melihat handphone, dan memang benar apa yang Shani tanyakan sudah 5 jam.

"Sabar Shan, Prof Handoko bilang 5 jam itu kurang lebih sayang. Kamu yang tenang yaa, jangan panik gini. Kasian Adik kamu didalam sana" Hanan memegangi pundak Shani yang begitu tegang

"Tadi aku lihat ada yang berlari masuk keruang operasi Gita bawa kotak warna biru Pa, terus keluar lagi. Apa jangan-jangan ada masalah Pa didalam?"

"Heiii.. jangan memperkeruh pikiran kamu yang sedang riuh itu Shani, tenang, kamu terlalu tegang Nak."

"Sabar dong Kak, bukan cuma Kak Shani yang nunggu, aku juga, kita semua juga disini nunggu. Kakak jangan malah bikin panik gini." Sela Azizi tidak suka dengan apa yang dia dengar dari Shani

"Kakak cuma bilang apa yang tadi Kakak lihat, bukan mau bikin panik." Sergah Shani

"Zee tenang Zee, kita semua harus sabar ya." Yessica mencoba menenangkan Azizi

Azizi kemudian berdiri memantau sendiri kedalam ruangan tempat adanya beberapa ruang operasi, ingin memastikan seperti yang Shani lakukan. Dan Shani yang bisa sedikit menguasai diri dari rasa gelisah nya mendekat pada Azizi.

"Maafin Kak Shani ya Dek, Kakak udah bikin kamu panik."

"Iya Kak, maafin aju juga ya?"

Keduanya saling memberikan sisa kekuatan untuk menunggu adanya kabar baik dari dokter yang tengah mengoperasi Gita, akan tetapi tanpa satupun dari mereka yang menunggu Gita diluar ruang, menunggu dengan gelisah yang semakin membuncah itu tahu apa yang tengah terjadi didalam ruang operasi. Dimana tim dokter tengah berjibaku sekuat tenaga mereka, kondisi Gita tidak baik-baik saja saat ini.

"Tekanan darah pasien terus turun, tanda vital menurun. Nurse siapkan lagi beberapa labu darah." Ucap Dokter Anestesi

Gita kembali kehilangan banyak darah, dan bahkan kali ini lebih parah. Peluru yang ada dikepala bagian belakangnya sudah berhasil diangkat sebenarnya, namun saat peluru dikeluarkan terjadi penurunan organ vital hingga terjadi henti jantung. Tim medis langsung disibukan untuk bisa membawa kembali Gita pada kondisi stabil.

"Kak Shani, lampunya udah hijau Kak" Setengah berteriak Yessica memberitahu bahwa lampu indikator ruang operasi telah berubah warna, dari merah menjadi hijau setelah 6 jam lebih.

Gita Dikara SejagatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang