Episode 14

1.2K 81 6
                                    

Ditengah menunggu pesanan datang, tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil namaku dan bukan hanya aku yang menoleh tetapi Kak Shani juga Zee ikut melihat kearah si pemanggil setelah semakin dekat

"Marsha" Gumamku "Kak Gracia"

Marsha sedikit berlari dengan diikuti jalan cepat oleh Kak Gracia, kenapa jakarta sesempit ini hmmm

"Kak Gita" Sapa Marsha sambil melambai dengan senyum memperlihatkan gingsulnya "Boleh peluk gak Kak?"

Hah? Kaget dengan permintaan Marsha sampai tidak sempat aku merespon, malah Zee yang dengan cepat bicara dengan nada sinis dan wajah judes

"Apasih mau peluk-peluk Kakaknya orang"

"Jangan kaya gitu, Cha. Kamu gimana kabarnya Git? Mata kamu kenapa, bengkak gitu. Abis nangis? Kenapa?" Kak Gracia menegur Marsha lalu bertanya padaku, dan gamungkin aku jawab jujur kan?
"Ngga Kak, gapapa kecapean aja."
"Ohhh.. istirahat yang cukup ya, minum air putihnya juga harus banyak" Aku hanya mengangguk sambil senyum "Terus itu lukanya gimana udah kering? Udah sembuh?"
"Ah, u..udah, udah sembuh diobatin sama Kak Shani." Jawabku sambil melihat Kak Shani yang skinnya sudah berubah menjadi dingin, padahal sebelum Kak Gracia dan Marsha datang skin Kak Shani masih ceria

"Ohiya, kalian belum kenalan kan? Ini Kakak aku Kak Shani dan ini adik aku Zee." Maksud hati ingin memecah keasingan, malah tidak ada satupun yang bergerak untuk saling bersalaman seperti orang normal lainnya kalau kenalan. Mereka malah saling menautkan pandangan dingin, Kak Shani ke Kak Gracia, Zee ke Marsha.

Ini apa pada kenapa sih "Ekhem" Ku putus saja saling tatap diantara mereka
"Kak Gracia sama Marsha baru pada dateng kah?" Tanyaku sekedar basa-basi tidak menghiraukan ekspresi Kak Shani dan Zee yang tajam.

"Kita udah daritadi Git, barusan Marsha minta diantar ke kamar mandi. Yaudah kita balik dulu ke meja ya" Sambil menyunggingkan senyum Kak Gracia pamit dengan tangannya mengusap punggungku.

Sebentar Gita, sejak kapan kamu manggil Gracia dengan Kak Gracia? Gak lihat Kak Shani sama Zee sewot gitu mukanya daritadi. Tapi, bodolah emang Kak Gracia lebih tua dari aku kan? Jadi Ga salah dong. Kan harus sopan.

"Ohiya, besok atau lusa bisa ketemu ngga Git? Ada yang mau aku ceritain, waktu itu kan gajadi."

Sebelum menjawab aku melihat dulu pada Kak Shani yang ternyata sudah melihatku lebih dulu "Boleh Kak, nanti aku...,"

"Disini aja kalo mau cerita." Kak Shani memotong ucapanku "Gita sudah menceritakan tentang kalian dan aku juga udah tahu gimana Gita dulu"

"Oh. Boleh kalau mau sekalian denger. Ayo Cha kamu duduk disana" Marsha tentu senang karena bisa semeja denganku, dia segera duduk didekat Kak Shani sementara Kak Gracia duduk disebelahku

Tak lama, sushi yang tadi kita pesan sudah datang. Aku lihat Kak Shani dan Zee sudah siap untuk melahap Sushi nya dan ya syukurlah mereka meski terlihat sedang kesal tapi tidak menyia-nyiakan makanan.

Aku kembali basa-basi menawari pada Kak Gracia dan Marsha tapi mereka menolak karena memang sudah makan. Yasudah ku mulai saja makanku, biasanya kalau lagi makan formasi lengkap gini Zee suka heboh dengan ceritanya, aku juga sama sih karena yang kalem kan cuma Kak Shani. Tapi ini... awkward banget astagaaa makan diem-dieman kaya lagi musuhan.

Aku juga bukannya mau sok akrab sama Kak Gracia juga Marsha cuman kan gada salahnya kenal sama mereka yang katanya dari masa lalu ku, lagian apalagi yang bisa aku harapkan dari cerita hidupku yang sudah terbuka ini?

Mau marah sama keluarga yang mana? Keluarga ku sendiri yang telah menitipikan aku? Keluarga Kak Gracia sama Marsha yang membuat keluargaku tercerai-berai tapi kan itu pilihan Papaku sendiri, Sejagat. Yang ikut melibatkan diri dalam menolong mereka. Atau keluarga Kak Shani sama Zee yang dengan jelas telah merawat lukaku, memberiku kehidupan baru dengan era yang baru?

Gita Dikara SejagatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang