Sorry

4.4K 414 72
                                    

Jake turun kebawah tepatnya kehalaman depan asramanya untuk mencari buku tulisnya yang dilempar oleh Sunghoon tadi. Matanya melihat kesekeliling dan tak sengaja ia bertemu seorang pria dengan tubuh jangkung sedang membaca buku miliknya yang sedari tadi ia cari. Ia menghampiri pria itu dan pria itu menatap balik Jake yang sekarang berada di hadapannya.

"Punya lo?" tanyanya.

Jake mengangguk kecil.

"Gua nemu ini disana tadi." Tunjuk pria itu kearah sebuah pot bunga lalu memberinya pada Jake. "Oh iya kenalin gua Lee Heeseung," ucap pria itu sambil tersenyum lalu mengulurkan tangan kanannya.

Jake tidak membalas jabatan pria itu dan malah sibuk menulis sesuatu dibukunya kemudian menunjukkannya pada Heeseung. "Aku Sim Jake. Makasih ya udah nemuin bukunya,"

Setelah itu barulah Jake membalas jabatannya saat Heeseung sudah selesai membaca tulisannya. Heeseung tersenyum lebar lalu berkata, "Santai. Gua udah tau kok,"

Jake mengerjapkan matanya beberapa kali, sedikit terkejut. Ia heran bagaimana pria itu bisa tahu namanya terlebih dahulu.

"Gausah kaget gitu. Di buku itu kan ada nama lo," ucap Heeseung.

Jake tersenyum kecil. Ia baru sadar kalau namanya sudah tertulis disampul depan bukunya lengkap dengan nomor kamar dan juga kelasnya.

"Kok bisa buku lo jatuh kesini? Mana jauh banget lagi," lanjutnya.

Jake mulai menulis lagi. "Tadi temen aku yang lempar karena dia marah sama aku."

Heeseung mengernyitkan dahinya. "Temen lo Sunghoon? Soalnya gua baca buku lo tadi penuh nama dia,"

Jake mengangguk.

Tak sengaja Heeseung melihat tangan kanan Jake yang memerah. Ia memegang tangan Jake dan menatapnya dengan khawatir. "Kenapa tangan lo? Sunghoon juga?" tanyanya.

Jake meneguk ludahnya. Ia tidak berani jujur. Bagaimana jika ia mengatakan hal yang sebenarnya dan Heeseung memberitahu kepada guru? Sudah pasti Sunghoon akan terkena masalah seperti tadi. Jake tidak mau itu. Ia pun menggeleng pelan sambil tersenyum lalu menarik tangannya dari genggaman Heeseung dan menulis lagi.

"Gausah nulis. Pakai bahasa isyarat aja,"

Jake menatap Heeseung tidak percaya. Heeseung bukan anak sepertinya dan bagaimana ia bisa mengerti bahasa isyarat?

"Gua ngerti kok. Dulu gua juga punya temen kayak lo. Gapapa pakai bahasa isyarat aja," tambahnya.

Jake mengangguk senang. Akhirnya ada seseorang yang bisa memahami bahasanya tanpa harus menulis disebuah buku. Ia lalu mulai menggerakkan tangannya membentuk sebuah kalimat.

"Tangan aku merah karna aku jatuh tadi,"

Heeseung tertawa kecil. Jelas-jelas itu bukan bekas jatuh karena tidak ada lecet sama sekali. "Boong lo. Cerita aja gapapa,"

"Aku ga boong. Beneran aku jatuh tadi,"

"Yaudah iya gua percaya. Kalau ada yang ganggu lo bilang aja ke gua,"

Jake hanya mengangguk mengiyakan meskipun ia tidak akan melakukan hal itu.

"Oh iya kalau lo mau main ke kamar gua dateng aja. Kamar gua nomor lima belas,"

Jake mengangguk kembali. Melihat Jake yang hanya mengangguk saja sedari tadi Heeseung mengusap kepala Jake dengan lembut membuat tubuh Jake membeku seketika sambil berkata, "Yaudah masuk sana. Bentar lagi makan malam."

Dengan cepat Jake pergi dari situ. Tangannya memegang kepalanya bekas usapan Heeseung tadi. Wajah Jake sedikit memanas. Entah kenapa rasanya sangat nyaman saat diusap seperti itu. Ditambah lagi senyuman Heeseung saat ia melakukannya hampir membuat jantung Jake pindah posisi.

I WISH I COULD HEAR || SungJakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang