Coffee Latte

3.8K 376 34
                                    

Jake berada diperpustakaan sekarang hendak mengambil buku paket yang belum sempat ia ambil kemarin. Ia menghitung ada delapan buku yang harus ia bawa kekelas dan lumayan berat karna halamannya cukup tebal. Karena masih jam istirahat, Jake memilih untuk membaca komik yang tadi ia temukan di rak buku. 

Saat sedang asik membaca komiknya itu, benaknya tiba-tiba mengingat bagaimana Sunghoon memegang tangannya saat menyeberang jalan pagi tadi. Ujung bibir Jake terangkat sambil melihat tangan kirinya, tangan dimana Sunghoon menggenggamnya dengan erat. Padahal Jake tahu bagaimana cara menyeberang, dia tidak buta. Dia masih bisa melihat bagaimana kendaraan berlalu lalang. 

Tiba-tiba kedatangan seorang pria mengejutkannya. Pria itu duduk dihadapannya sambil tersenyum manis kearahnya.

"Ngapain sendirian disini?" tanyanya.

Ah, ternyata itu Heeseung. Pria yang kemarin menemukan bukunya. Jake memperagakan kedua tangannya menjawab pertanyaan Heeseung.

"Aku habis ngambil buku paket,"

Heeseung menoleh kearah buku-buku itu. "Lo anak baru ternyata? Pantes gua baru kali ini liat lo diasrama."

Jake tersenyum tipis. Tak sengaja netranya melihat kearah badge nama berwarna biru milik Heeseung yang menempel diatas saku seragamnya. Jake mengulum bibir bawahnya dan mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia baru sadar kalau ternyata Heeseung tidak seangkatan dengannya. 

Heeseung yang melihat wajah Jake berubah menjadi sedikit takut mengernyit bingung. "Kenapa lo?"

Jake meneguk ludahnya. "Kamu ternyata masih kakak kelas aku?"

Heeseung tertawa melihat itu lalu mengangguk. "Kenapa emang? Santai aja kali. Ga usah kaget gitu kayak liat setan aja,"

"Maaf. Aku ga tau."

Jake mulai merasa takut, ia mencoba mengingat apakah dia pernah melakukan tindakan yang tidak sopan dengan seniornya ini. Tiap angkatan memang memakai badge nama dengan warna berbeda. Untuk angkatan pertama seperti Jake berwarna kuning, angkatan kedua berwarna biru, dan angkatan ketiga berwarna merah.

"Santai aja Jake. Gua ga seserem itu sampe lo harus takut," ucap Heeseung meyakinkan. "Gimana tangan lo? Udah baikan belum?" tanyanya.

Jake menunjukkan tangan kanannya dan langsung dipegang oleh Heeseung membuat Jake sedikit kaget. Tangan Heeseung cukup hangat, belum lagi tatapannya saat ini yang sedang berbicara padanya. 

"Tuh buku mau lo bawa ke kelas kan?"

Jake mengangguk sebagai jawaban sambil menarik tangannya kembali dari tangan Heeseung.

"Yaudah ayo gua bantu bawa. Bentar lagi bel masuk."

Heeseung pun membawa beberapa buku yang cukup tebal lalu beranjak dari bangku panjang itu dengan Jake yang juga berjalan disampingnya sambil memeluk bukunya itu. Semua pusat perhatian beralih kearah mereka saat melewati koridor kelas. Jake tidak tahu mereka sedang melihat kearahnya atau kearah pria tampan yang ada disebelahnya.

Sesampainya dikelas, Heeseung meletakkan buku itu diatas meja Jake. 

"Terima kasih, kak Heeseung." Jake melontarkan senyum lebarnya pada pria itu. 

Heeseung pun mengangguk kecil sambil mengusap kepalanya lembut. Lagi-lagi jantung Jake dibuat tidak karuan olehnya. Jake membuang wajahnya kearah samping, tidak mau Heeseung melihat wajahnya yang mungkin sudah memerah.

"Gausah panggil kakak. Panggil nama aja."

Jake kembali melihat kearah Heeseung lalu menggeleng. "Ga sopan. Kakak kan lebih tua dari aku. Jadi, aku harus panggil kak Heeseung."

I WISH I COULD HEAR || SungJakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang