Memory

3.8K 406 77
                                    

Mulut Jake yang tadinya sedang mengunyah seketika berhenti mendengar itu. Sangat terkejut saat Heeseung mengatakan itu dengan terus terang. 

"Kak Heeseung suka sama aku? Maksudnya gimana kak?"

Jake semakin bingung saat melihat Heeseung yang malah tertawa. "Kenapa lo kaget banget gitu?"

"Siapa yang ga kaget kak kalau kayak gitu?!"

"Tapi gua emang suka sama lo Jake."

Jake pun memasang wajah cemberutnya sambil menepuk pelan paha Heeseung. "Yang bener kak. Suka sebagai apa?"

"Maunya apa?"

"Kak Heeseung kok nanya ke aku. Kan kakak yang bilang duluan."

Tawa Heeseung semakin kencang melihat Jake yang sedikit gugup. "Maksud gua, gua suka lo sebagai adik."

"Adik?" Jake mengerjapkan matanya lucu.

Heeseung mengangguk. "Anggap aja gua sebagai kakak kandung lo bukan kakak kelas."

"Kenapa ngomongnya harus gitu kak?"

"Loh emang salah?"

"Salah lah! Kak Heeseung ngomongnya kayak ngajak pacaran aja."

Heeseung hanya tertawa saja melihat wajah Jake yang cemberut sambil tangannya mengacak gemas rambut Jake. 

"Emang kak Heeseung ga punya adik kandung?"

Tawa Heeseung langsung terhenti. Bibirnya bungkam untuk beberapa saat lalu sambil tersenyum tipis ia berkata, "Punya tapi dia udah ga ada."

Kedua mata Jake mengedip beberapa kali mendengar itu, merasa tidak enak sudah menanyakan hal itu yang pastinya membuat perasaan Heeseung terluka. "Maaf kak. Aku ga tau."

"Santai aja Jake. Gua ga kesinggung kok," ucap Heeseung sedikit mencairkan suasana yang tadinya sempat canggung. "Makanya gua mau lo anggep gua sebagai kakak kandung. Dan begitu pula sebaliknya."

Heeseung pun kembali menyuapi Jake dan melanjutkan perkataannya. "Muka adik gua mirip banget sama lo Jake bahkan saat gua pertama kali liat lo, gua ngira lo itu dia," jelas Heeseung dengan raut wajah sedih namun ia tetap mencoba untuk tersenyum. "Gua kira gua lagi halu ternyata emang beda orang." ucapnya lagi sambil tertawa kecil.

Jake tahu dibalik tawa Heeseung itu hatinya sangat terluka saat ini. "Kak Heeseung jangan sedih. Sekarang ada aku. Aku bakal jadi adik kak Heeseung." 

Heeseung tersenyum lebar melihat itu. Memori bersama adik kesayangannya yang sudah lama tiada itu kembali berputar diotaknya. Tak terasa bulir bening menetes dari ujung mata kirinya namun dengan cepat Heeseung menghapusnya. 

Melihat itu, Jake pun mendekatkan dirinya pada Heeseung lalu memeluk pria itu membuat detak Jantung Heeseung seakan terhenti untuk beberapa detik. Setelah hampir dua menit Jake memeluk Heeseung, ia melepas pelukannya lalu menatap Heeseung dengan raut wajahnya yang juga ikutan murung. "Kak Heeseung jangan sedih lagi. Kalau kak Heeseung sedih aku juga ikutan sedih." 

"Kalau ada lo, gua ga bakal sedih lagi Jake." Heeseung pun membelai kepala Jake lembut dengan penuh kasih sayang. "Tapi gua sedih kalau lo terus dirisak sama orang-orang. Lo mau tau kenapa adik gua bisa ga ada lagi di sini?"

Jake menganggukkan kepalanya.

"Dulu adik gua sering dirundung sama anak-anak disekolahnya. Pulang sekolah bajunya selalu kotor. Tiap gua nanya dia selalu bilang abis main sama temennya. Awalnya gua percaya aja. Tapi makin lama gua jadi curiga."

I WISH I COULD HEAR || SungJakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang