Sweet Kiss

4.2K 366 56
                                    

Jake tersentak kaget mendengar satu kalimat itu. Ia berpikir yang Heeseung maksud saat ia mengatakan adik adalah dirinya, mengingat kalau Heeseung sudah menganggapnya sebagai adik kandungnya bahkan pernah memanggilnya dengan sebutan adik walau hanya sekali. Jake lupa kalau ternyata Heeseung memiliki adik kandung, Jake salah perkiraan.

Lantas ia pun menundukkan kepalanya sambil meremas selimut disebelahnya. Hatinya terasa tersayat sekarang saat Heeseung membentaknya tadi. Jake bahkan tidak mampu melihat Heeseung yang mungkin masih menatapnya dengan tajam.

Heeseung yang melihat itu pun seketika tersadar dengan apa yang baru saja ia lakukan. Ia memukul keningnya sendiri, seharusnya ia bisa menahan emosinya dan tidak melampiaskannya pada Jake yang sama sekali tidak bersalah. Heeseung pun mengambil posisi duduk ditepi kasur lalu sambil memegang bahu Jake ia berkata, "Jake sorry. Gua ga maksud bilang gitu. Gua kebawa emosi."

Jake menyingkirkan tangan Heeseung dari bahu kanannya lalu menatap pria yang ada didepannya ini dengan matanya yang sudah berkaca-kaca. "Maaf... Aku lupa kalau kak Heeseung punya adik kandung."

"Ga gitu Jake. Gua kebawa emosi beneran." Melihat Jake yang kembali menundukkan kepalanya itu pun Heeseung mendekatkan dirinya pada Jake lalu memeluk pria itu. "Maaf Jake..." ucapnya dengan lembut sambil membelai kepala pria itu.

Tak sampai satu menit Heeseung memeluknya, Jake sudah melepaskan pelukan itu. Hatinya masih terasa sakit mendengar ucapan Heeseung tadi. Ia mencoba menahan tangisnya dengan mengulum bibirnya sambil jari-jemarinya memilin ujung selimutnya. Melihat Jake yang sebentar lagi akan menangis pun Heeseung menangkup wajah Jake dengan kedua tangannya lalu mengelus-elus pipi pria itu lembut dengan ibu jarinya.

"Jangan nangis."

Bulir bening dari pelupuk matanya yang tadinya tidak ingin keluar pun mengalir begitu saja mendengar itu. Jake sungguh tidak menyukai Heeseung yang selalu lembut kepadanya tiba-tiba membentaknya seperti tadi. Wajar kan kalau dia menangis?

Heeseung yang melihat itu pun segera menarik Jake kembali kedalam pelukannya, merasa sangat bersalah karena sudah membentak Jake yang hatinya sangat rapuh ini. Tangannya pun kembali membelai kepala Jake lembut sambil sesekali mengecup pucuk kepala pria yang sedang terisak itu.

"Maaf Jake...." ucap Heeseung dengan intonasi yang sangat lembut sembari tangan satunya mengusap-usap punggung Jake dari atas ke bawah guna menenangkan pria itu.

"Udah-udah jangan nangis lagi. Gua ga marah." Heeseung mengecup pucuk kepala Jake untuk yang terakhir kalinya lalu melepaskan pelukannya.

Bisa ia lihat bagaimana bulir bening itu terus menetes dari ujung matanya. Heeseung pun menghapusnya dengan ibu jarinya lalu tersenyum hangat kearah Jake sambil memegang kedua bahunya. "Jangan nangis lagi nanti gemesnya luntur loh," ucap Heeseung mencoba untuk menghibur Jake sambil mencubit pipi kiri Jake yang sedikit gembul itu.

Nafas Jake pun masih tersengal-sengal karena habis menangis. Ia mengucek-ngucek kedua matanya sambil hidungnya menarik-narik cairan yang ingin keluar dari situ. Heeseung yang melihat itu pun semakin mencubit pipi Jake kuat karena merasa gemas, Jake benar-benar terlihat seperti anak kecil.

Melihat Jake yang sudah mulai tenang, Heeseung mengambil sesuatu dari dalam tasnya lalu menunjukkannya didepan Jake. "Nih."

Jake pun melihat kearah sebatang coklat itu. Baru saja ia ingin mengambilnya, Heeseung malah menjauhkan coklat itu. "Berhenti nangis dulu baru gua kasih."

Dengan cepat, Jake menghapus bulir bening yang sempat menetes dari pelupuk matanya lalu menatap Heeseung sambil hidungnya tetap menarik-narik cairan dari hidung mancungnya itu agar tidak keluar. "Udah. Ini ga nangis lagi."

I WISH I COULD HEAR || SungJakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang