5. Tawaran lomba

110 79 8
                                    

"Hah .. pagi yang sama."

Sepi.

Hening.

Membosankan.

Dan tidak ada orang selain dirinya.

Suasana di meja makan terasa sangat sepi. benar benar sepi bagi Rayyan. Ia terbiasa sarapan pagi sendiri. Tidak ada Fiqri atau pun Alina, apalagi Raina yang sudah lama tiada meninggalkan nya. Bukan tanpa alasan Raina–Ibunya meninggal saat Rayyan masih duduk di bangku kelas 2 SMP.

Fiqri—ayah nya Rayyan adalah seorang manager perusahaan ternama di kota nya. Yang hari hari di penuhi dengan kegiatan di kantor. Sedangkan Alina—kakak perempuan Rayyan yang sudah lulus akademi keperawatan kemarin langsung bekerja di sebuah Rumah sakit Bhakti Husada sebagai seorang staff perawat, terkadang ia pulang dan terkadang tidak sama sekali.

Huh, benar benar membosankan pikir Rayyan.

Di sela sela ia menyendok nasi goreng, Tiba tiba saja ia mengingin seseorang untuk bergabung bersama nya makan di meja ini.

"Bi .. Bi Era," Panggil Rayyan setengah berteriak memanggil Bi Era–ART rumah nya serta pengasuh Rayyan sedari kecil.

"Iya den Rayyan kenapa?" Era terbiasa memanggil Rayyan dengan sebutan 'Aden' karena Rayyan yang menyuruh nya begitu. Ia tidak ingin ada embel embel tuan muda. Rasa nya dia tidak pantas di panggil seperti itu oleh seseorang yang lebih tua dari nya serta mengasuh nya seperti orang tua nya sendiri.

"Bibi duduk dulu di sini, makan bareng ayok! Bibi belum makan kan juga?" Tanya Rayyan ramah.

"Tapi Bibi udah agak kenyang den, Bibi temani saja ya."

Era segara menarik kursi yang ada di seberang Rayyan, untuk duduk berhadapan.

"Den, hari ini tuan Fiqri lembur lagi .. kalau nona Alina pulang nya agak larut katanya."

Rayyan menghela nafas berat. Lagi dan lagi selalu begini. Semenjak kepergian Raina, Rayyan sering merasa kesepian. Tidak ada yang bisa ia ajak bicara di rumah selain dengan Bi Era, Kang Adi atau kucing berwarna oranye putih kesayangan nya bernama Cimot.

Muka nya mendadak sangat mendung pagi itu.
Rayyan juga kembali menyedok makanan nya dengan lesu. Entah niat atau tidak, ia hanya ingin mengisi perut nya yang kosong pagi itu.

"Bibi tiba tiba jadi laper nih,"

Seakan tahu isi hati Rayyan, Era mengambil piring serta makanan di depan nya. Lalu memakan nya pelan bersama Rayyan.

Sesaat Rayyan tersenyum senang. Melihat Era ikut makan bersamanya.

"Bi, Rayyan minta tolong nanti Cimot jangan terlalu banyak di kasih makan ya, Cimot kaya nya sakit."

"Baik, den." Era tersenyum mengerti.

⭐️ ⭐️ ⭐️

"Tawaran lomba pak?"

"Iya, jadi nak Rayyan mau kan ngikuti kompetensi olimpiade sains Astronomi lagi?" Seorang pria paruh baya di seberang sana terdengar memohon.

"Bapak yakin kalau kamu yang mewakili di Astronomi pasti bisa winerrrrr!! .." Antusias level 50. Pria paruh baya bernama Hero, guru Astronomi SMA Lintang Bangsa itu nampak semangat empat lima. Seakan dia yang mengikuti lomba sains tahunan kali ini.

Rayyan duduk di sebuah soffa berwarna biru di ruang tamu guru. Hanya ada Rayyan dan Hero guru Astronomi super ramah plus sedikit freak. Gitu-gitu juga Pak Hero jenius bukti nya sekarang ia jadi guru 'Terbaik' yang di sematkan oleh Arhan. Ya, itu hanya pendapat Arhan karena Arhan satu frekuensi dengan Hero. Sangat, sangat mungkin.

Rayyan nampak berpikir serius.

"Apa tidak ada selain saya pak?"

"Nothing." Hero menyilangkan kedua tangannya di depan dada nya ke arah Rayyan.

"Kenapa bisa Rayyan lagi? Bukankah di luar sana masih banyak yang menginginkan lomba ini pak? Siapa tau mereka belajar lebih giat dari saya pak."

"Yaaa .. kamu juga hebat Rayyan. Kamu juga belajar giat. Ini kesempatan terakhir kamu lho, sebelum kamu lulus di sini. Jadi kamu bisa bangga setelah lulus nanti." Tutur Hero untuk meyakinkan Rayyan.

"Kesempatan terakhir?"

"Oh iyah pak, setiap bidang kompetensi sains masing masing diwakili dua orang. Apa pak Hero sudah tau? Dan memilih siapa salah satu nya selain Rayyan?" Seorang guru perempuan yang berumur paruh baya bernama Vivi tiba tiba saja datang menyahut, yang tak lain tak bukan juga guru sains SMA Lintang Bangsa. Lebih tepat nya guru Fisika. Vivi duduk di samping Rayyan.

"Sudah bu, Azea kelas XII IPA3. Saya pikir dia cukup berpotensi di bidang Astronomi."

"Azea siapa pak?" Rayyan bertanya penasaran.

"Azea Ayline Queensha nama lengkap nya. Kamu tidak tahu?"

"Ay-line?"

"Hah .. sayang sekali dia tidak berhadir kesekolah, katanya dia sakit. Tapi dia sudah setuju sebelumnya."

"Bagaimana dengan kamu Rayyan?" Tanya Vivi beralih memandangi Rayyan dengan serius.

"Lomba nya masih lama kurang lebih sekitar 3 bulan lagi, kamu bisa belajar dengan sungguh sungguh jika kamu setuju dengan ini. Kalau kamu ikut dan menang lagi tahun ini Ayah, kamu pasti bangga dengan kamu." Vivi menjelaskan lebih detail serta memberi dukungan sedikit kepada Rayyan.

Rayyan di buat bingung sejenak. "Anu ..pak,"

"Sipp .. Rayyan setuju, nothing is penolakan!!" Hero menyetujui sepihak tanpa mendengar kalimat Rayyan selanjutnya. Setelah nya ia tersenyum lebar hingga bertepuk tangan layak nya seseorang yang merayakan keberhasilan.

Rayyan melongo tidak percaya dengan perkataan guru nya yang satu ini 'agak lain'.

Bu Vivi pun geleng-geleng kepala. Terlalu antusias, Rayyan tertekan pak! Pikir bu Vivi seolah mengerti perasaan Rayyan.

Starlight With You (On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang