29. SuperMoon Dan Mukjizat Rasulullah

17 2 0
                                    

Prakk

"Ambil semua nya." Jelas Rayyan yang cukup membuat syok berat bagi Azea, mata nya pun membulat sempurna.

Karena tiba-tiba saja Rayyan masuk ke kelas nya dan menyodorkan semua buku Astronomi yang ia bawa. Buku itu berjumlah lima buah, dan yang membuat Azea kaget adalah cara Rayyan menghempaskan pelan tepat di atas meja nya. Azea pikir ia cukup mengambil dua buah buku itu dalam tas Rayyan tadi, tapi sungguh di luar dugaan semua buku yang di bawa Rayyan di berikan nya kepada nya dan total berjumlah tujuh buah.

Azea memijit kepala nya sendiri, sungguh ia tidak menduga Rayyan memberikan semua buku nya.

"Astagfirullah, banyak ba--"

"Gapapa, ambil. Gak usah di balikin!"

"Hah?!"

Azea makin syok level 20, perut nya serasa ingin mules, yang ia tahu harga buku-buku yang super tebal itu tidak lah murah.

"Apa sih yang enggak un--, ehh gak, gapapa. Santai aja. Ekhem." Rayyan menelan saliva nya. Hampir saja ia mengatakan sesuatu.

Azea mengedip-ngedipkan mata nya, otak nya berpikir keras dengan kata-kata Rayyan yang tidak konkret.

"Kenapa Za? Gak suka ya?"

"Ehh gak, bukan gitu. Suka kok, maaf ya pasti ngerepotin. Tapi terimakasih banyakkk." Ucap Azea kemudian tersenyum simpul dan sedikit tertekan.

Entah bagaimana ia harus merespon, satu sisi ia senang di beri buku secara gratis, satu sisi ia merasa otak nya harus di refresh. Karena buku super tebal berjumlah tujuh buah itu siap-siap harus ia cerna dengan ekstra. Sungguh buku-buku Rayyan membuat nya menghela nafas panjang. Tapi tak dapat ia berbohong kalau itu cukup membuat nya senang, dan tak perlu repot-repot mencari buku lain di perpustakaan.

"Sama-sama Za, saya harap kamu senang dengan buku nya. Btw, don't forget ntar malam di rooftop kafe ya."

"Okay."

⭐️ ⭐️ ⭐️

"Cena gak mau kehilangan abang lagi."

"Abang?"

Cena mengangguk membenarkan perkataan Arhan di sela-sela ia menyendok es serut di kantin.

"Kenapa?"

"Kok Kenapa?" Tanya Cena merasa ikut bingung.

Sejenak Arhan terdiam, tetapi sesaat kemudian ia tersenyum kikuk sambil menggaruk-garuk tengkuk kepala nya yang tak gatal. "Ahh iya, lupakan."

"Jauhin Aze Bang, dia itu--"

"Stoppp, panggil kakak aja kalau di sekolah." Arhan memotong perkataan Cena.

"Huh, oke. Jangan dekati Aze."

"Aze? Siapa lagi itu?" Arhan di buat tak mengerti sejak tadi, bahkan dari kemarin-kemarin sejak Cena mengatakan kalau dia adalah kakak nya kabur dari rumah.

"Azea. Dia jahat ke Cena."

"Ohh, hemm ..."

"Tapi kenapa Na?"

Cena menggelengkan kepala nya.

"Janji ya?" Cena mengulurkan jari kelingking kanan nya ke arah Arhan yang sedang duduk dengan tangan yang ia lipat ke dada.

Starlight With You (On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang