16. Lampu Merah 1

67 35 2
                                    

"Han, Jadi selama ini ... Cena itu adik mu? Dan kamu kabur dari rumah!?"

"Hah?" Arhan sedikit bingung dengan pertanyaan Euno.

"Kak, tangan Cena sakit." Cena menyodorkan kedua belah telapak tangan nya yang memiliki bekas luka itu.

"Alay banget sih." Ungkap Euno sedikit kesal dengan tingkah Cena yang aneh saat ini.

"Cena gak papa?" Tanya Azea merasa khawatir. Sedangkan Rayyan tetap dingin memperhatikan mereka.

Arhan beralih pandang ke arah Cena menyadari akan sesuatu itu benar adanya. Ada rasa emosi juga rasa tak nyaman pada diri nya sebab Cena mengakui begitu. Cepat-cepat Arhan menarik tangan Cena dari mereka.

"Aaa, sakit kak. Mau kemana .."

"Ikut!" Titah Arhan tak ingin di bantah.

⭐️ ⭐️ ⭐️


Sudah sekitar 7 menit yang lalu Rayyan menunggu Azea di dalam mobil. Tapi sedari 7 menit itu pula Azea belum keluar dari rumah nya.

Yap, Rayyan bersama seorang sopir rumah nya menjemput Azea di halaman rumah nya Azea. Ia berjanji hari ini akan pergi menjenguk Bunda Widya sekaligus membawa nya pulang dari Rumah Sakit.

Sebelumnya Rayyan sudah mengabari Azea lewat ponsel nya bahwa ia sudah di depan halaman rumah nya untuk menunggu dirinya. Dan Azea hanya membalas pesannya dengan singkat "Tunggu sebentar ya,"

Derap langkah kaki seseorang mendekati mobil yang di tumpangi oleh Rayyan.

Tok tok

Azea mengetuk kaca mobil putih itu dengan perlahan. Terdengar suara ketukan dari kaca mobil di samping nya, lantas Rayyan mengalihkan pandangan kearah ketukan tersebut "Maaf, jadi lama menunggu, Rayyan." Azea merasa tidak enak sendiri.

"Tidak apa-apa, naik saja." Jawab Rayyan santai. Dan langsung keluar dari pintu mobil pertama untuk membukakan pintu mobil yang kedua.

"Baik."

Azea duduk di deretan kursi belakang. Sedangkan Rayyan duduk di kursi belakang juga bersama Azea secara bersebelahan.

"Den, tidak duduk di depan?" Tanya Adi-sopir Rayyan di dalam mobil itu.

"Tidak pak, saya masih takut heheh." Ucap Rayyan sambil di ikuti kekehan pelan di ujung kalimat nya. Yang Azea kira itu hanya candaan dari Rayyan.

"Owhlah .. oke Den, Baik. Bapak mengerti." Kata Adi memahami maksud Rayyan.

Rayyan tadi duduk di muka hanya untuk menemani Adi berbicara nyaman dengan dirinya. Lalu berpindah tempat dengan duduk di kursi belakang bersama Azea. Hingga memberi jarak di antara keduanya dengan bantal mungil lembut berwarna biru muda berbentuk bintang dan memiliki bentuk wajah seperti emoticon yang sedang tersenyum.

"Makasih Ray udah repot-repot mau jemput dan jenguk Bunda aku ya." Tutur Azea diiringi senyum singkat. Dalam hati nya Azea benar-benar bersyukur Bunda kembali mulai membaik dan baik-baik saja. Setelah beberapa hari lalu masuk ruang ICU.

"Santai aja Za,"

"Rayyan?"

"Hemm ya?"

"Ini yang kemarin, ambil ya." Azea menyerahkan paperbag berwarna Navy itu lagi kepada Rayyan.

Rayyan tersenyum tipis, ia pun mengambil paperbag pemberian dari Azea itu. "Iya, Terimakasih banyak ya."

Di tengah perjalanan tidak ada satupun lagi yang bersuara. Didalam mobil itu benar-benar hening dan sunyi. Hanya bunyi-bunyi orang lalu lalang di sekitar jalan raya yang mereka jalani.

Starlight With You (On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang