17. Lampu Merah 2

56 28 3
                                    

"Semua nya gak bisa cepat di lupakan Ray, termasuk rasa sakit dan takut. Kamu jujur dengan perasaan yang kamu rasakan sekarang bukan berarti kamu lemah dan kalah. Hmm, Bukan. Karena sejauh yang kamu jalani sampai saat ini adalah dirimu yang kuat."
Azea Ayline Queensha

____________⭐️ ✨️ ⭐️___________


"Jangan lihat kedepan Rayyan, pegang tangan Mama. Mama gak akan biarin Rayyan terluka." Dilihat nya putra nya menangis cukup keras.

Padahal Rayyan sendiri sudah terluka sejak tadi. Tapi sungguh Mama nya begitu mengkhawatirkan diri nya. Ia kembali memeluk putra nya sebisa mungkin. Dan mengecup singkat dahi putra nya. "Mama, gak kuat lagi sayang, rasa nya hiks .. sakit sekali hiks ... tapi kamu harus kuat ya? Maafin Mama ...."

"Mama .. jangan! Mama!, jangan tinggalin Rayyan hiks ... Mama bangun Ma--"

Tes

Mata nya memanas hingga bulir air mata jatuh membanjiri pipi Rayyan. Pandangan nya lurus ke arah lampu yang masih berwarna merah di atas sana. Rayyan seakan terpaku dengan kejadian yang berhubungan erat dengan lampu merah itu sekitar 4 tahun yang lalu. 

"Rayy! Sadar!!"

Barulah saat itu Rayyan sadar dari ilusi ketakutan nya. Bayang-bayang Raina dan kejadian di hari itu berputar di benak nya. Kilas tragis yang tak pernah bisa ia lupakan. Dan Rayyan juga selalu merutuki rasa bersalah nya pada hari itu. Sesak, itulah dirasakan nya saat ini.

"Den? Baik-baik saja?" Adi sangat khawatir dengan Rayyan. Raut wajah nya menanyakan kepastian akan keadaan Rayyan yang tidak terlihat baik-baik saja sekarang.

Azea yang berada di samping Rayyan juga merasa khawatir dan tidak enak sekaligus. Kenapa tiba-tiba saja Rayyan bisa seperti itu. Aura nya juga sungguh berbeda. Azea tahu bahwa sekarang Rayyan tidak baik-baik saja. Tapi apa yang bisa ia lakukan sekarang?

"Argh ..." Rayyan mengerang frustasi. Ia mengacak-acak puncak kepala nya gusar.

Mobil yang melaju sejak tadi pun setelah lampu merah menjadi hijau, kembali di berhentikan oleh Adi. Dan menepi di pinggir Jalan Raya.

"Rayyan ..." Seru Azea merasa cemas.

"Za, Saya takut Za! hiks .." lirih Rayyan pelan. Perasaan Rayyan masih campur aduk. Entah betapa hancur dan takut nya ia, ketika trauma masa kecil itu menghantui nya sebagai kilas balik. Itu lah alasan sebab ia tadi tidak ingin duduk di kursi mobil didepan.

"Za, saya--"

⭐️ ⭐️ ⭐️

"Pak kalau bisa jangan lewat lampu merah atau rambu lalu lintas, yang di perempatan sana." Alina memberitahu Adi sebelum kedua nya berangkat besok menuju rumah sakit untuk menjemput Bunda Azea.

"Gak apa-apa kak, In Syaa Allah Rayyan baik-baik aja. Kak Alina gak perlu khawatir."
Rayyan meyakinkan Alina.

"Tapi Ray,"

"Tidak akan. In Syaa Allah," Balas Rayyan tersenyum.

"Bener Den? Kita bisa muter walau sedikit lebih jauh .. tapi--"

"Tetap ada rambu nya kan?" Rayyan memotong pembicaraan Adi yang tertahan.

Starlight With You (On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang