24. Kehilangan

29 8 1
                                    

Srett

"Jangan."

Arhan menangkap cepat tangan Cena, dan seketika itu pula langkah Cena terhenti.

Cena menoleh ke arah Arhan. Alis nya tertaut, tak mengerti dengan apa yang Arhan lakukan padanya.

"Cena mau ngusir anak itu!" Ia menunjuk seorang siswi berhijab putih yang sedang duduk di sebuah meja kantin.

"Siapa?" Heran Arhan merasa ada yang salah.

"Azea!!"

"Hah?"

"Ish .. lepasin tangan Cena, Kak!!"

"Jangan ngadi-ngadi kamu! Pokoknya Gak!" Arhan menyilangkan tangan nya di dada. Pertanda ia tidak setuju dengan apa yang ingin di lakukan oleh Cena.

"Kenapa Kak Arhan larang-larang Cena? Kemarin kan Kak Arhan bilang kalau cewe itu anak dari wanita jahat itu! Kak Arhan aneh!" Kesal Cena, lalu kembali duduk pada kursi kantin.

"Sejak kapan? Yang benar saja!" Rutuk Arhan dalam hati nya. Ia merasa sedikit kesal lantaran di tuduh oleh Cena mengatakan hal tersebut sebelum nya. Jelas-jelas ia pun tak pernah mengatakan kalimat itu. Jadi kenapa ia bersikap menyalahkan diri nya yang tak tahu apa-apa? Ahh sungguh membuat nya berpikir keras saja!

Arhan menarik nafas nya jengah. Dan sungguh kali ini, ia merasa lelah harus meladeni Cena ketika di saat-saat begini. Ia yang tak begitu paham hanya sanggup melipat tangan di dada.

"Tapi bukan Azea kan?"

"Lalu luka gores di tangan ini? Di perut aku juga ada. Sakit tahu!" Cena menunjuk lengan nya tetapi tidak memperlihatkan luka yang ada di bagian perut nya, karena ia merasa gak perky untuk di perlihatkan.

Arhan sedikit tak percaya, namun dirinya tetap bersikap biasa saja dan memaklumi hal itu.

"Emang harus pake dendam?"

✨️ ✨️ ✨️


Azea baru saja pulang dari sekolah di sore hari. Dan langsung bergegas untuk pulang ke rumah nya. Entah kenapa perasaan nya mendadak tak enak. Sebab kemarin malam ia sempat melihat Bunda nya kembali batuk dengan di ikuti keluar nya cairan merah kental dari mulut Bunda nya. "Semoga Bunda baik-baik saja." Harap nya di dalam hati.

Sejenak ia terhenti di depan rumah yang cukup besar. Tapi tak sebesar rumah nya dahulu waktu kecil.

Ia kemudian perlahan mengetuk pintu yang berwarna putih itu.

Tok tok..

"Assalamualaikum Bunda, Azea pulang .."

Namun hening, tak ada sahutan dari dalam. Perasaan Azea makin tak enak. Buru-buru ia membuka pintu yang ternyata tidak terkunci.

"Bunda, Azea pulang!" Ulang nya lagi. Berharap Bunda nya mendengar dan menyahuti panggilan nya. Namun nihil, dengan cepat ia menghampiri kamar Bunda nya. Takut jika terjadi sesuatu dengan Bunda nya.

Ceklek

Pintu kamar terbuka.

Seketika tubuh Azea membeku di ambang pintu. Apa ini nyata atau hanya mimpi? Sebab dugaan nya ternyata benar. Ia melihat darah bersimbah di lantai cukup banyak. Dengan pemandangan tubuh Widya yang sudah jatuh ke lantai bawah.

Starlight With You (On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang