22. Tentang Ai

50 22 4
                                    

Seorang perempuan berhijab Maroon tengah duduk di kursi taman Rumah Sakit sendirian. Ia mengenakan rok plisket juga baju switer berwarna senada dengan hijab nya.

Mata nya sedari tadi mengamati jenis obat-obatan di dalam genggaman tangan nya.

Sekilas tentang kejadian di lorong Rumah Sakit kembali masuk kedalam benak nya. Saat bagaimana wajah Rayyan terkejut mengetahui dirinya lah yang menabrak ia di lorong Rumah Sakit.

Akan tetapi bukan itu yang sangat Azea pikirkan sekarang. Tapi, tentang obat-obatan yang sempat di pungut oleh Rayyan tadi. Siapa tahu Rayyan mengetahui obat ini milik siapa.

Ia merutuk-rutuk kesal dalam hati nya. Ia menyesali kenapa harus hari ini pemeriksaan rutin nya. Ia lupa kalau Rayyan bilang kemarin ia akan konseling hari ini. Tapi sebenarnya Azea juga tak tahu kalau Rayyan konseling di Rumah Sakit ini.

Tapi sudahlah, Azea memilih tak ingin ambil pusing lagi. Mungkin saja Rayyan akan mengira bahwa ia mengambil obat untuk Bunda nya. Karena secara kebetulan Bunda nya baru keluar dari Rumah Sakit beberapa hari lalu, dan Rayyan tahu itu.

"Semoga saja begitu." Harap Azea mencoba meredakan overthinking nya.

Ia bangkit berdiri dan berniat untuk pulang kerumah nya.

✨️ ✨️ ✨️

Di malam hari yang dingin Rayyan seorang diri berada di dalam kamar nya. Menghirup bebas udara langit malam dari jendela kamar yang ia buka setengahnya.

Entah mengapa ia merasa hari ini jauh lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Juga ia tidak merasakan beban yang terlalu banyak lagi. Mungkin karena ia memberanikan diri untuk konseling lagi hari ini. Serta mungkin juga faktor dari ia menceritakan semua hal yang semula ia pendam kepada Azea kemarin malam di atas rooftop kafe miliknya.

Beberapa saat nama Azea terlintas di benak nya. Pikiran nya kembali pada kejadian siang tadi. Tentang Azea yang tak sengaja menabrak nya di lorong Rumah Sakit.

Entah kenapa ia sangat penasaran dengan apa yang terjadi kepada Azea.

Namun tak lama kemudian Rayyan berhenti memikirkan hal tersebut. Karena pikiran serta perhatian nya teralihkan pada kunci pintu kecil yang ia letakan di atas meja belajar nya tadi. Sejurus kemudian ia mengambil kunci yang tergelatak di atas meja itu, lalu beranjak keluar kamar nya.

Menaiki sejumlah anak tangga untuk menuju lantai atas rumah miliknya. Satu persatu anak tangga di lewati nya. Sampai di mana ia menatap pintu berwarna putih yang menghubungkan ruangan penuh kenangan miliknya.

Ceklek

Handle pintu terbuka.

Nampak seisi ruangan yang masih terawat meskipun sudah lama ia tak mengunjungi ruangan ini.

Ruangan di mana ia begitu menyukai benda-benda langit. "Astrophile room." Begitu ia menamai nya.

Langkah kaki Rayyan menjamah ruangan bernuansa putih biru itu. Mata nya masih menyisir tiap dari isi ruangan yang mulai memberikan nya sejumlah kenangan indah dan menarik di masa kecil.

Langkah nya terhenti pada sebuah lemari kecil putih di samping dinding sebelah kanan. Ia kemudian membuka laci lemari itu.

"Sudah lama ya, Ai?" Lirih nya pelan.

Jemari nya menyentuh pigura kecil berwarna cokelat berhias benda-benda kecil seperti bintang dan roket di sisi nya.

Mata nya tak teralihkan dalam bingkai foto pigura cokelat itu. Di dalam bingkai foto itu terdapat potret dua anak kecil yang sedang duduk bersama memakan Ice cream dengan satu tangan lain yang membentuk pose peace. Satu nya adalah foto diri nya saat masih kecil. Serta satu nya lagi adalah seorang anak kecil perempuan yang memiliki rambut sepundak serta mempunya ponny. Lucu sekali.

Starlight With You (On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang