18. Langit Malam

66 26 0
                                    

PRAKK!!

Bunyi pintu di banting cukup keras dari dalam sebuah ruangan yang cukup dingin.

"Hah .. saham di perusahaan ini selalu saja menurun drastis!"

"Apa-apa selalu turun! Laba juga tidak lagi naik-naik!"

Seseorang pria sudah berumur paruh baya yang duduk di kursi seberang meja itu terlihat gusar sekali. Ia memijit pelipis nya berulang-ulang, berharap beban di dalam kepala nya menghilang.

Ia mengambil benda pipih di saku celana nya. Lalu membuka sebuah chat di layar ponsel nya itu yang sudah lama menganggur berhari-hari.

"Ayah, kapan pulang kesini lagi? Ena sakit ayah." Pria itu tambah merasa frustasi dan bingung setelah membaca kalimat pendek dari seseorang di dalam chat tersebut.

"Bagaimana cara nya aku memberitahu semua nya ke Rayyan? Hah .." Fiqri kembali teringat percakapan nya di telepon kemarin malam dengan Rayyan.

⭐️ ⭐️ ⭐️

Drttt...

Derit telepon sedari tadi berbunyi hingga kesekian kali nya.

Fiqri yang sedang lembur kerja di ruangan nya itu merasa terusik dengan bunyi nada dering telepon yang cukup nyaring di ponsel nya, yang ia letakan tak jauh di meja kerja nya.

"Hah, menganggu saja! Siapa sih sudah larut malam begini menelepon tak kenal waktu!"

Fiqri akhirnya mengambil ponsel yang masih berdering cukup lama itu. Ia pun melihat nama yang tertera di layar ponsel nya. "Rayyan? Malam-malam begini?" Gumam nya pelan.

"Assalamualaikum pa." Sapa Rayyan dari seberang sana.

"Waalaikumussalam kenapa Rayyan? Papa lagi sibuk, banyak kerjaan ini di kantor, Papa gak pulang lagi hari ini. Apa ada masalah?"

"Iya."

"Masalah apa?"

"Mau tanya saja Pa,"

"Ya silakan tanya apa?" Mendadak Fiqri merasa tidak enak.

"Ena itu siapa pa?"

Deg....

⭐️ ⭐️ ⭐️


Udara segar di malam hari membuat Rayyan seperti menikmati alam dengan bebas. Angin sepoi-sepoi sesekali menerpa rambut hitam nya. Malam ini cuaca juga bersih dan banyak sekali bintang yang menghiasi langit. Begitu menawan untuk terus di pandang oleh mata yang memuja keindahan langit malam ciptaan Tuhan.

Rayyan kini berada di sebuah tempat yang banyak sekali terdapat lampu-lampu menyala. Rupa nya ia pergi ke taman sendirian. Iyap, hanya sendiri.

Ia duduk di sebuah kursi taman, yang sebenarnya tak jauh dari rumah nya. Berjalan kaki pun sampai di taman ini.

"Bintang nya bagus malam ini .." Ia bergumam sendiri.

"Aishh .. apa iya besok nya harus konseling lagi? Hah .." Mendadak ia murung sekali. Ia menatap ke bawah ke arah sendal nya dengan kedua tangan yang ia masukan ke dalam kantong hoodie hitam yang ia kenakan.

"Gangguan mental? Traumatis?" Ia merenung kata yang barusan di ucapkan nya.

Tiba tiba dari arah belakang seseorang mengejutkan nya.

"Darrrr! Rayyan!"

"Astagfirullah!" Rayyan tersentak kaget.

"Kak Alina?" Seseorang bertubuh tinggi, berkulit cukup putih, berwajah oval, alis melengkung, mata cekung yang indah, hidung mancung serta bibir dengan polesan lipstik tipis membuat nya nampak cantik natural. Persis mirip seperti Ibu nya. Ia mengenakan pakaian casual biasa dengan jaket abu abu yang melapisi pakaian nya serta berhijab cokelat.

Starlight With You (On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang