28. Azea dan Narel

12 2 0
                                    

"Sabar dan ikhlas ..."

Azea terus mengulang kata-kata itu hingga pulang dari kajian bersama Alina. Senyum berseri nampak mengembang di wajah nya. Ia mendapat sesuatu hal yang baru ia sadari hari ini.

"Kak, ternyata kunci nya kita hanya perlu sabar dan ikhlas terhadap ujian dari-Nya. Sebab ketika kita ikhlas dan bersabar, Allah pasti memberikan pahala untuk itu, dan In Syaa Allah ia selalu membersamai kita. Dan siapa tahu di balik itu banyak hikmah yang belum kita pahami."

"Bener Ze, di balik itu pasti Allah gantikan yang lebih baik atau sesuatu yang lebih indah sekalipun." Ucap Alina membalas perkataan Azea di sela-sela ia menyetir mobil yang mulai memasuki halaman rumah Azea.

Azea tersenyum lagi. "Makasih banyak kak, telah mengajak Azea pergi ke kajian hari ini."

"Sama-sama Ze." Balas Alina dengan tersenyum hangat.

⭐️ ⭐️ ⭐️

Di jam pelajaran olahraga kelas Rayyan sedang mengadakan permainan bola Voli di tengah lapangan sekolah.

Saat ini yang bermain terlebih dahulu adalah tim cewek dikelas nya, baru setelah nya tim cowok. Alhasil Rayyan dkk duduk menunggu di bawah pohon yang cukup rindang di ujung tepi lapangan.

"Cewek itu kok main nya gitu ya, apa gak pernah pegang bola ya?" Komentar Arhan saat melihat cewek berambut panjang yang mengenakan kacamata sambil memegang bola voli. Bukan nya di lempar ia malah menendang bola nya ke arah lain. Benar-benar payah pikir Arhan.

"Lo ajarin lah Han, gaet sekalian tu cewek." timpal Euno asal-asalan.

"Gak ah, cewek tu gak asik. Dikit-dikit pasti buku! Gak dehh." Mendengar jawaban dari Arhan lantas Euno tertawa.

"Biar lo makin pinter! Sekalian lo pada ingat bayar uang kas, hahah." Timpal Euno kemudian tertawa lagi.

Sedangkan Arhan ia sudah bergidik ngeri duluan. Siapa yang tidak kenal Aily? Cewek dengan kacamata hitam yang menghiasi wajah nya itu terkenal dengan sebutan kutu buku akut, pinter dalam materi belajar namun minus di olahraga. Tapi bukan itu yang membuat Arhan bergidik takut bin ngeri. Melainkan sikap cewek itu yang terkenal garang, selain kutu buku ia di beri julukan 'Bendahara spek rentenir'. Cara menagih uang kas yang gak akan main-main, bahkan jika ada anak kelas yang tidak hadir plus tidak bayar berapa lama nya ia akan turun tangan, yaitu mendatangi rumah target.

Sedangkan Rayyan sedari tadi duduk tenang dengan pandangan yang lurus kedepan. Matanya sedari tadi tak kunjung beralih ketika memperhatikan seseorang di depan sana.
Raut wajah nya datar, tanpa ekpresi apapun. Tetapi beberapa detik kemudian dahi nya sedikit mengerut, serta rahang kokoh yang kian sedikit mengeras.

"Ray," Euno menepuk pundak Rayyan perlahan.

"Ayo main, giliran tim cowok." Peringat Euno begitu menyadarkan lamunan Rayyan.

"Ohh ya."

Rayyan beranjak dari duduk nya untuk menuju ke arah lapangan bola Voli. Tetapi mata nya sedari tadi tak luput untuk terus memperhatikan dua orang di ujung lorong sana. Entah kenapa ia sedikit kesal melihat hal itu.

Bahkan di saat-saat bermain bola Voli pun ia jadi gagal fokus. Hingga beberapa kali di tegur oleh guru olahraga nya karena ia terus-terusan gagal memukul lemparan bola Voli yang melayang ke arah nya.

"Rayyan yang benar pukul bola nya!"

"Biasa nya kamu gak begini!"

"Maaf pak." Balas Rayyan, kemudian kembali bermain dengan benar.

Di saat ia ingin fokus bermain bola Voli tak sengaja mata nya melihat lagi dua orang yang masih saja berada disana. Seolah berbincang penting, tapi kenapa begitu lama pikir Rayyan? Apa yang terjadi?

Karena ia cukup geram dan penasaran, akhir nya bola yang seharusnya ia tangkis kedepan malah ia tangkis ke samping. Alhasil bola itu hampir mengenai dua orang yang sedang berbincang di ujung lorong itu. Ups! Anggap saja sengaja!

"Sorry." Ucap Rayyan begitu ia sampai di depan dua orang yang sedari tadi mengganggu fokus nya.

"Rayyan?" Sapa Azea saat ia menyadari itu adalah Rayyan.

"Hmm, kenapa di sini Za? Gak belajar?" Ketus Rayyan.

Entah kenapa Azea merasa ada yang aneh dengan sikap Rayyan. Tiba-tiba saja menjadi dingin dan ketus seperti itu. "Apa ada yang salah?" Pikir nya.

"Anu .. jamkos, jadi tadi keluar mau ke perpustakaan ngambil buku."

"Ohh."

"Siapa Ze?" Tanya seorang siswa di samping Azea yang sedari memperhatikan perbincangan kedua nya.

"Ohh dia .."

"Saya Rayyan. Partner lomba Astronomi Azea." Sambar Rayyan sebelum Azea menjelaskan ke arah Narel. Ya, orang yang sejak tadi di perhatikan oleh Rayyan adalah Azea dan Narel.

"Ohh lo yang nama nya Rayyan, salam kenal ya. Nama Gue Narel Graham Sagara, panggil aja Narel. Gue juga ikutan lomba, tapi di bidang Fisika." Jelas Narel panjang lebar.

"Oke." Balas Rayyan singkat. Padahal dalam hati ia sedikit kaget dengan nama belakang yang Narel punya. Ya, nama belakang itu milik salah satu sahabat papa nya di perusahaan. Tapi entah kenapa ia baru tahu tentang Narel ini di sekolah? Bukankah seharusnya ia lebih tahu daripada Azea yang baru saja pindah?

"Ze, tadi mau ke perpustakaan ya? Kebetulan gue tadi juga mau kesana, kenapa gak barengan aja." Ucap Narel seolah mengabaikan Rayyan. Padahal ia barusan berkenalan dengan Rayyan.

"Ck! Mau ambil buku apa Za, di perpustakaan?" Tanya Rayyan seolah tak mau kalah juga.

"Ehh? ..."

"Astronomi? Di dalam tas saya banyak! Ambil aja, gak usah ke perpus."

Setelah mengucapkan itu Rayyan pergi dari hadapan kedua nya. Ia kembali ke arah lapangan bola voli dan melanjutkan permainan kelas nya yang sempat tertunda karena dirinya.

"Rayyan kenapa?" Pikir Azea merasa aneh sendiri.

Narel sendiri pun di buat makin bingung. Padahal ia cuma mengajak Azea untuk sekalian bareng ke perpustakaan, tapi kenapa sikap nya seolah melarang ia dan Azea pergi bersama? Narel geleng-geleng kepala karena menyadari sesuatu.

"Ze, kek nya lo harus ambil tuh buku di dalam tas nya. Gak papa gue ke perpus sendiri aja."

"Di jaga ya Rayyan nya, hahah."

"Ha? Maksud nya?" Kini Azea pula yang gagal paham. Tak mengerti maksud Narel.

"Lupakan aja, gue pergi dulu ya byee .. takut gue sama Rayyan hahah."

"Kenapa orang-orang pada aneh sih?" Gerutu Azea ketika ia mulai membuka risleting tas Rayyan. Ia melihat banyak sekali buku paket Astronomi. Memang kemarin Rayyan sempat memberitahu nya bahwa ia membeli beberapa buku Astronomi, dan ia juga berniat untuk memberikan nya kepada Azea. Jadi Azea pikir mungkin ada benar nya ia harus mengambil buku itu dari dalam tas Rayyan.

Namun setelah beberapa saat Azea bingung untuk mengambil buku yang mana dan berapa banyak. Sebab buku yang ia temukan di dalam tas nya berjumlah tujuh buah. Dan Rayyan juga tidak memberi tahu detail berapa buku yang harus ia ambil.

Karena ia cukup bingung, ia ambil lah dua buah buku yang cukup tebal di antara buku lain nya.

"Orang kaya memang sulit di tebak." Ucap Azea setelah ia merapikan buku itu di dalam tas nya Rayyan.

"Btw, Orang kaya alias tuan muda Rayyan, thank youuu!"

Starlight With You (On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang