- Prolog

178 88 30
                                    

"Huh ..."

Rayyan berjalan santai melewati tepi jalanan yang sudah mulai agak sepi di malam hari. Ia mengenakan jaket berwarna hitam serta topi hitam yang sedikit di tundukan kebawah. Persis seperti seseorang yang sedang menyamar, hanya saja ia tak mengenakan masker sebagai penutup wajah.

Ia melirik jam tangan yang tersemat di tangan kanan nya. Jam menunjukkan pukul 21.53. Cukup larut. Rayyan berjalan pulang sehabis dari Supermarket membeli sesuatu.

Ia terus berjalan menenteng barang belanjaan nya sambil sesekali melihat ke atas langit yang bertaburan banyak bintang berkelap kelip. Namun tidak di hiasi dengan benda bulat yang biasa menggantung di langit. Entah kemana bulan bersembunyi, hanya di gantikan banyak bintang yang bersenandung ria memancarkan sinar nya di langit malam nan dingin.

"Tanpa bulan, bintang juga Indah .." Rayyan tersenyum simpul kala memandangi ribuan bintang di atas sana.

Rayyan tiba tiba berhenti saat ia melihat ke arah depan. Ia terpaku heran saat seorang perempuan berambut sebahu nampak menyebrangi jalan dengan lambat serta dengan langkah gontai yang seperti di sengaja. Atau mungkin ia sudah lama berdiri di sana? Jadi apa yang ia tunggu? Tunggu... tunggu dulu, ini bukan hal berbau mistis kan? Pikiran Rayyan tak henti henti nya bertanya demikian.

Ya. Bukan, bukan hantu. Pakaian yang ia kenakan bukan jubah atau kain putih yang menyeramkan. Ia mengenakan switer coksu serta celana kolut berwarna hitam.

Tiba tiba mobil dari arah belakang dengan kecepatan rata rata melaju cepat tanpa membunyikan klakson.

STRETT....

"AWASS!!.."

Dengan secepat kilat Rayyan menyambar seorang perempuan di sebarang sana. Mereka berdua terpental cukup jauh hingga ketepi trotoar dengan posisi Rayyan masih memeluk perempuan tersebut.

"Astagfirullah hampir saja.." Nafas Rayyan masih memburu ngos-ngosan.

Di lihat nya wajah perempuan itu pucat pasi, Ia masih sangat syok. Tiba tiba saja ia menangis cukup keras.

"Hiks..."

"Hiks ... hikss ... hiks ...."

Bulir air mata jatuh deras merembes ke pipi nya.

Rayyan saat ini bingung entah harus melakukan apa. Ia mencoba berdiri dan membawa perempuan itu untuk duduk di halte terdekat yang ia lihat tak jauh dari sini.

"Tidak apa apa, Kamu baik baik saja di sini," Rayyan mencoba bersuara menenangkan perempuan yang masih menangis tersebut.

"Kenapa hiks .. kamu hiks .. gak biarin .. aku mati aja di sana .. hiks ..."

"Walau cepat .. hiks .. atau engga ... hiks .. aku .. aku bakalan .. mati juga .. hiks.." Ia terus terusan menangis sesenggukan.

Sesaat Rayyan bingung dengan arah pembicaraan perempuan yang di lihat nya memiliki umur sebaya dengan nya ini. Entah kenapa perasaan iba mejalar di hati nya Rayyan. Dia tidak tahu apa saja yang di alami perempuan di samping nya kini, sampai sampai ia terlihat sangat putus asa dengan hidup nya sendiri.

Rayyan melepas jaket yang ia kenakan lalu mengenakan nya kepada perempuan di samping nya itu tanpa perempuan itu sadari.

Rayyan hanya terdiam, pandangan nya lurus kedepan. Ia tak tahu harus bagaimana sekarang. Yang ia lakukan hanya menemani perempuan itu sampai ia merasa cukup tenang dan merasa lebih baik.

Hening. Perempuan itu sudah berhenti menangis sekitar 5 menit sebelum nya. Tapi sejak tadi perempuan itu hanya diam, pandangan nya kosong.

"Maaf.." Satu kata itu lolos dari bibir Rayyan.

"Ke .. napa?" Perempuan berambut sebahu di samping nya merasa heran. Ia mencoba menatap wajah seseorang di balik topi hitam yang Rayyan kenakan itu. Tapi tetap saja tak terlalu nampak, sebab pencahayaan di halte tersebut tidak mengenai wajah Rayyan. Hanya terlihat sekilas wajah dengan mata yang cukup sayu.

Perempuan itupun kembali menunduk sendu.

"Em .. Maaf saya tidak tahu apa yang kamu alami sebelum nya, tapi berusaha lah untuk tetap hidup untuk orang yang kamu sayang ataupun orang sayang dengan kamu."

"Kamu gak tahu seberapa takut dan seberapa merasa bersalah nya ketika seseorang kehilangan kamu jika dengan cara seperti itu tadi.."

Detik berikut nya suasana kembali hening.

Rayyan merogoh kantong belanjaan nya yang sempat ikut terpental juga. Ia mengambil handsaplas yang kebetulan baru ia beli sehabis di supermarket tadi.

"Ulurin tangan kamu." Rayyan meletakkan beberapa buah handsaplas di telapak tangan perempuan itu.

"Obati luka nya sendiri." Rayyan menunjuk tangan kanan serta dahi perempuan itu. Rupanya tangan dan dahi nya terluka hingga berdarah tanpa perempuan itu sadari.

"Saya sudah pesan taxi buat kamu pulang. Di jam larut begini bus sudah tidak ada." Rayyan meletakkan beberapa lembar uang kertas di atas telapak tangan perempuan itu juga.

"Pulanglah dengan aman." Selepas mengucapkan kalimat tersebut Rayyan juga pulang dengan segera.

Bahkan belum sempat perempuan itu mengucapkan sepatah kata untuk berterima kasih, Rayyan sudah pergi menghilang.

Bersambung....

Starlight With You (On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang