Laura.

23 3 0
                                    

Keesokan harinya Laura terbangun dari tidur nya dan dia bercermin untuk melihat dirinya sendiri. 'Huft kamu kenapa cengeng banget sih' (Tanya nya dalam hati.)

"Apa mamah sama ayah sebenci itu sama Laura yaa?" Tanya nya.

Laura pun duduk kembali di atas kasurnya. "Ayah mamah Laura juga engga tau kenapa Laura begini kalo bisa milih, Laura mending nggaa hidup di dunia ini" Ucapnya dan perlahan mengeluarkan air mata nya.

Laura pun menangis pelan, dan tanpa ia sadari sudah ada Adzam yang masuk ke dalam kamarnya. "Dek? udah bangun ayo kita sarapan dulu" Ajak Adzam.

"Eh-eh? Bang kapan abang ada disini?" Tanya Laura.

Adzam pun berdecak pelan karena dia tidak suka melihat keadaan adek nya itu. "Udah daritadi kamu cepet ke kamar mandi cuci muka dulu" Ucap Adzam Pada Laura.

"Iy-iya bang aku ke kamar mandi dulu yaa nanti nyusul" Balas Laura.

"Yaudah, cepetan ya adeknya abang" Ucap Adzam sembari mengusak pelan rambut Laura.

Laura pun kesal karena abangnya itu. "Ishh abang bisa enggaa jangaan ngacak-ngacak rambut akuu" Balas kesal Laura.

Adzam pun terkekeh karena lucu dengan jawaban adeknya itu. "Udah cepet kamu sana" Ujar Adzam.

Laura pun pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukanya, Selesai dengan cuci muka Laura pun pergi ke meja makan untuk sarapan bareng, dengan perasaan yang campur aduk Laura terpaksa untuk ikut makan bersama Ayah dan Ibu nya.

"Laura sayang sini nak duduk di samping mamah" Ajak Bu Rosa.

Laura pun merasa aneh dengan sikap ibunya itu, lantas Laura pun menurut untuk ikut duduk di samping ibu nya.

"Dek kamu mau makan apa?" Tanya Adzam.

Laura pun menjawab. "Apa aja bang."

"Yaudah, sini abang suapin kamu" Ucap Adzam.

"Apasih bang emang aku anak kecil apa" Balas Kesal Laura.

'Kau masih bisa senang-senang disini, karena ada abang kau yang membela kau, dasar anak sialan' (Ucap bu Rosa dalam hatinya.)

Home? [ON GOING) (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang