Javas terus bertanya dimana keberadaan Laura kepada teman-temannya. "Ehh monyong si Laura kemana?"
Dinda yang merasa ada yang memanggil nya dan bertanya bukannya menjawab malah malik nanya. "Siapa yang lu sebut monyong hah?!"
"I-iya Elu" Jawab Javas.
"Pala lu yang monyong, gue kaga monyong ya anj" Sewot Dinda sambil menjambak rambut Javas.
"Aww aww sakit bodoh" Lirih Javas sambil meraih tangan Dinda yang ada di rambutnya dan melepaskannya.
"Iya elu ngapain manggil gue monyong, apa lu nanya Laura gue juga sebagai temen nya kaga tau njir gue mau ke rumah nya" Kata Dinda.
"Ikut dong gue"
"Kaga mau ayok Zara" Ucap Dinda pada Zara dan langsung aja pergi begitu aja meninggalkan Javas yang kelimpungan.
"Anjing lah gue nyusul aja kali ya" Ucapnya dan langsung saja pergi ke parkiran dan menjalankan motornya.
Skip Rumah Laura.......
Dinda dan Zara sudah sampe duluan dan menekan bell Rumah.
Tingg...
Tingg....
"Iyaa sebentar sebentar" Saut orang yang ada di dalam rumah dan membuka kan pintu.
"Eh neng Dinda dan neng Zara, cari non Laura ya?" Tanya bi Marsih.
"Iyaa bi kita teh cari Lora, lora nya ada teu bi?" Ucap Zara.
"Aduh non Laura nya tadi tuh di bawa ke Rumah sakit sama den Adzam, tadi bibi liat non Laura berdarah-darah dan tidak sadarkan diri" Ujar bi marsih.
Dinda dan Zara kaget mendengar ucapan bi marsih lantas Dinda pun menanyakan dimana Rumah sakitnya. "Bi kalo boleh tau Rumah sakit mana?"
"Rumah Sakit Citra Lestari neng"
"makasih yaa bi kita pergi dulu" Pamit mereka.
"Iya neng hati-hati"
Dinda serta Zara pun kembali ke mobil nya tetapi lengan Dinda sempat di tahan oleh Javas. "Din lu mau kemana Laura dimana?" Tanya Javas.
"Lu kalo mau tau Laura dimana ikutin mobil gue jangan banyak bacot" Bukan nya menjawab tau Dinda malah menyuruh Javas mengikutinya dengan sewot.
Dinda pun masuk ke dalam mobil dan menyuruh supir nya untuk jalan cepet. "Buset tuh temennya si Laura yang satu itu sewot nya minta ampun, apa jangan-jangan lagi PMS ye? Alah udah ayo Javas liat semesta lu" Ucap Javas sendiri.
Javas pun mengikuti mobil Dinda di arah belakang dan tak lama mobil itu berhenti di Rumah Sakit.
Lah napa si monyong berhenti di rumah sakit? perasaan gue engga enak =Batin Javas.
"Nyong monyong tungguin gue" Teriak Javas sembari mengejar Dinda dan Zara.
Dinda dan Zara terus berlari dan tak lama menemukan Adzam yang tengah duduk lemas di kursi tunggu.
"Bang bang Laura mana?" Tanya Dinda.
"L-laura dia dia kritis" Jawab Adzam yang berhasil membuat mereka bertiga shock dan langsung masuk ke ruangan itu.
"Tante" Panggil Javas.
Bu Rosa yang mendengar panggilan itu dan menoleh menemukan temen-temennya Laura sambil berkata ke Laura. "Dek itu temen-temen adek udah dateng jengukin adek, adek bangun yaa hiks"
"Tante, Laura kenapa tan?" Tanya Dinda.
"Laura dia hiks dia di pukuli ayah nya din hiks tante harus apa anak tante hiks" Pecah air mata bu Rosa berlomba-lomba keluar, Dinda yang melihat itu langsung memeluk bu Rosa. "Tante yang sabar yaa Laura dia anak yang kuat pasti dia bangung"
"Iya tante, tante yang Kuat yaa" Ucap Zara sambil ikut memeluk bu Rosa.
"Ehh tante liat siapa yang dateng" Ucap Dinda sembari melepaskan pelukannya.
"Dia pacarnya Laura tante dia cinta pertamanya Laura tante, dia yang bisa membuat Laura tau apa itu kasih sayang dan cinta, Dia laki-laki yang pertama yang dapetin cintanya Laura tante. kenalin dia Javas tante" Sambung Dinda.Javas yang mendengar ucapan Dinda banjir air matanya turun tak karuan Javas langsung memeluk sang ibunda kekasih nya itu. "Tan hiks maaf maafin Javas karena lalai menjaga Laura tan"
"Sudah nak ini bukan salah kamu, ini salah tanten dan ayah nya" Jawab bu Rosa dengan lirih.
Lantas Javas melepas pelukannya dan melihat keadan Laura yang kini terbaring lemah di bed dengan penuh pelaratan yang menghiasi tubuhnya. "Laura sayang ini avas ada disini kamu bangun yuk, katanya mau ke aquarium liat ikan yang cantik dan indah" Ucap Javas dengan Lirih dan di basuhi tangisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home? [ON GOING) (✓)
RandomBagi mereka Rumah adalah tempat ternyaman. namun bagi ku Rumah adalah Neraka yang menyeramkan. "Ayah memang pahlawanku tetapi aku tidak mengakuinya, aku memang membencinya tetapi aku mencitainya, di kala ayah tidak mengakui aku aku merasakan sakit y...