I. Bintang pertama

146 12 0
                                    

Malam itu, langit terlihat sangat cantik dengan hiasan bintang yang bertaburan juga bulan purnama yang tergantung indah di angkasa. Menyisakan cahaya yang menyinari kegelapan ditengah malam.

Ketenangan pada malam itu terdengar semu kepada pasangan suami istri di salah satu kamar rumah sakit. Seorang wanita hamil yang tengah terbaring menunggu operasinya yang akan segera dimulai. Terlihat wajahnya gelisah, namun sang suami datang dan berusaha menenangkannya.

"Sayang, tidak apa-apa. Kamu akan baik-baik saja." ujar si suami.

"Aku takut." kata si istri.

"Tak usah takut, semua akan baik-baik saja. Kamu dan anak kita akan selamat." ujar si suami sembari mengelus perut buncit istrinya.

Seakan telah disaluri semangat, sang istri tersenyum. "Aku hanya ingin berpesan jagalah anak ini bersama Yohan ya? Jangan sampai ia terluka."

"Sayang, pasti aku menjaga anak ini dan Yohan dengan baik. Kita akan menjaganya bersama"

🌼🌼🌼

Tak lama setelahnya, tangisan bayi itu bergema mengisi seluruh ruang operasi. Sang suami bernapas lega mendengar suara itu dari luar. Dokter dan beberapa suster juga tersenyum senang disana, begitupun sang ibu. Air matanya menetes penuh haru. Namun kebahagiaan itu tidak berselang lama. Semuanya berubah ketika pusing mendera dan kegelapan merenggutnya.

"Dok, pasien mengalami pendarahan hebat." ujar salah satu suster.

"Siapkan peralatan," titah si dokter.

Sang suami berjalan menuju ruang bayi, ia melihat bayinya yang baru saja lahir, sangat cantik dan menggemaskan. Bayi mungil itu tengah tertidur nyenyak.

"Tuan Min?" seseorang memanggilnya. Ia berbalik dan menatap orang yang memanggilnya itu, ternyata dokter yang menangani istrinya.

"Ah, iya dok?" tanya tuan Min.

"Ada yang harus saya sampaikan mengenai istri anda, tuan."

"Mohon maaf, kami gagal menyelamatkan nyonya Min. Beliau mengalami pendarahan hebat, maka dari itu nyonya Min dinyatakan meninggal dunia."

Tuan Min terdiam, nafasnya terasa tercekat. Dunianya seakan berhenti detik itu juga. Ia tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh dokter. Saat jiwanya beberapa saat yang lalu melambung tinggi entah sejauh apa, sekarang dijatuhkan hingga pecah berkeping-keping.

Namun, tiba-tiba saja bayi didalam sana menangis dengan keras. Seolah-olah tahu, kalau sang ibu sudah meninggalkannya.

"Saya turut berduka cita tuan" si dokter menepuk pelan bahu tuan Min.

🌼🌼🌼

Disisi lain sebuah dimensi. Terasa dekat namun tidak saling bertatap satu sama lain. Nyonya Min tersenyum getir menatap bayinya yang sudah berhenti menangis. Ia ingin sekali menggendong si cantik itu. Namun, waktunya di dunia ini sudah habis. Ia harus pergi, karena seseorang yang berpakaian serba hitam sudah menunggunya sejak tadi.

"Mari nyonya," ajak si sosok itu.

Nyonya Min berbalik dan berjalan menuju si sosok hitam itu, namun tangannya di tahan oleh seorang wanita tua.

"Tunggu sebentar," katanya. Ia mengambil setangkai bunga mawar berwarna hitam pekat.

Ia memberikan bunga itu pada nyonya Min dan nyonya Min menerimanya dengan sedikit keraguan.

"Itu bayimu?" tanya si wanita tua melirik seorang bayi perempuan yang tertidur nyenyak.

"Iya, aku baru saja melahirkannya ke dunia."

Si wanita tua tersenyum, "Kamu pasti khawatir bukan? Tenang saja, bayimu itu akan tumbuh menjadi sosok yang kuat, tangguh dan baik hati. Aku menjaminnya," Nyonya Min tersenyum dan mengangguk.

"Sekarang, kamu bisa pergi."

🌼🌼🌼

Di lain tempat, seorang lelaki tengah menatap langit malam yang terlihat cantik. Netra siapa yang tidak terlena dengan ribuan kerlip cahaya membentang di cakrawala sana.

Tetapi ia bukanlah seseorang yang dapat disamakan. Di dalam hatinya hanya tersemat perasaan benci akan kerlip indah itu. Bahkan semua perasaan itu tersalurkan ke wajah juga mulutnya.

"Ahh.. Aku benci melihat kemerlip bintang," katanya.

Ia berjalan masuk dan menuju sebuah taman, dilihatnya pohon tua yang tak memiliki daun ataupun bunga. Terlihat menyedihkan.

"Kuharap pohon ini akan segera berdaun dan berbunga," gumamnya.

"Tentu saja," sahut seseorang yang entah sejak kapan sudah ada di sampingnya.

Si lelaki mendelik malas kearah wanita itu. "Aku baru saja bertemu dengan seorang bayi, dia akan menjadi orang yang menumbuhkan daun dan bunga di pohon ini." jelasnya.

"Ya, terserah. Kalaupun pohon ini kembali hidup aku tetap sama." ujarnya malas.

"Kim Sajangnim," panggil seseorang.

Lelaki itu menoleh dan menemukan wanita setengah baya tersenyum kearahnya.

"Ada sesuatu yang harus diurus," katanya.

"Baik," jawab si lelaki seraya beranjak dari sana.

Wanita tua itu menatap si wanita setengah baya yang merupakan manager dengan tatapan teduh.

Bae Irene, si wanita setengah baya tersenyum dan membungkuk hormat pada si wanita tua. Dan setelahnya, wanita tua itu menghilang.

𝑆𝑡𝑎𝑟 𝐿𝑜𝑠𝑡✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang