XV. Deep talk

11 3 0
                                    

Hanbin mengajak Hyura untuk pergi ke meja bartender bersama Yujin malam ini. Kebetulan Taerae sedang tidak berada di hotel sekarang dan mereka sedang menganggur. Mereka harus memanfaatkan waktu luang itu dengan sebaik-baiknya. Dengan minum cocktail buatan Hanbin sembari mengobrol tentunya.

Hyura meregangkan tangannya yang pegal saat Ia telah sampai di meja. "Lelah juga memberi pijatan kepada hantu nenek."

"Anda baru beberapa minggu Nona, kami telah menjalani ini berpuluh-puluh tahun!" Yujin duduk disamping Hyura. Ia mulai meminum seteguk air dari gelas kaca didepannya.

"Kalian itu arwah, kalian tidak diberi rasa lelah!"

Hanbin melirik kegiatan Yujin itu. "Astaga Han Yujin, kamu masih dibawah umur!"

"Ya ya ya, leluconmu itu sudah kelewatan zaman, sadar dirilah pak tua Hanbin."

"Berani-beraninya bocah ingusan ini." Hanbin mengarahkan botol kaca ke arah Yujin, berlagak akan memukulnya. Hyura tertawa melihat interaksi keduanya. Sulit dipercaya mereka berbicara seperti seolah seumuran tetapi realitanya mereka tertaut ratusan tahun.

"Gyuvin dimana?" Hyura bertanya karena tak melihat batang hidung si pemuda jangkung.

"Oh, Gyuvin hyung pasti sedang menjalani shift malam di malam minggu hahahaha." Yujin menjawabnya dengan cekikikan disusul dengan Hanbin yang ikut tertawa ringan.

"Shift malam minggu?"

"Dia mempunyai pelanggan khusus Nona, itulah akibatnya jika pria terlalu suka menggoda perempuan." Hanbin menjawab Hyura yang kebingungan dengan pembicaraan mereka.

"Nona tahu? Gyuvin hyung itu pegawai yang sangat menyebalkan bagi Kim Sajangnim."

Hyura tersedak saat air melewati kerongkongannya. "Benarkah? Mengapa?"

Yujin menggelengkan kepalanya lalu lanjut meneguk minumannya. "Dia itu terlalu sering melewatkan tugasnya sebagai penjaga lobi, dia sering berkeliaran keluar hotel dengan alasan untuk mengantar pelanggan hotel, dan tentu saja menggoda perempuan."

"Anda ingat saat Kim Sajangnim mengantar anda pulang? Ia menawarkan diri untuk mengantar Anda sekaligus untuk berkeliaran, jika saja Kim Sajangnim tidak melarangnya."

"Ahh... Begitu." Hyura mengangguk paham.

Lift ditengah ruangan itu terbuka. Terlihat tubuh Gyuvin dengan perempuan berseragam sekolah didekatnya. Perempuan itu terlihat sangat riang. Berbeda dengan Gyuvin yang menampakkan raut lemas dan lunglai.

Perempuan itu melambaikan tangannya ke arah Gyuvin lalu terlebih dahulu meninggalkannya yang masih berada di dalam lift. Selanjutnya Gyuvin keluar dan berjalan sempoyongan menuju meja bartender.

"Bagaimana bulan madunya Tuan Gyuvin?" Hanbin bertanya dengan gurau. Yujin dan Hyura hanya tertawa melihat ekspresi memelas milik Gyuvin.

"Bulan madu apanya?! Kepalaku pusing Hyung mendengar ocehannya semalaman." Ia mengurut pelipis miliknya.

"Kamu dulunya adalah siapa?" Tanya Hyura yang penasaran. Hanbin telah menjelaskan dari zaman apa mereka berasal tetapi hanya secara garis besar. Entah mengapa Hyura jadi ingin tahu secara detailnya.

"Aku? Tentu saja aku dulu manusia..." Kalimat itu mengundang tatapan datar dari Hanbin dan Yujin. Gyuvin balas menatap mereka dengan tatapan seolah tidak bersalah. Kemudian ia meneguk habis minuman yang dibuat Hanbin.

"Aku hanyalah seorang rakyat biasa, bekerja sebagai buruh di lahan milik keluarga Do yang sangat amat kaya."

"Dia juga suka menggoda perempuan Nona.... Akh sakit Hyung!" Timpal Yujin yang membuatnya langsung mendapat pukulan di kepalanya oleh Gyuvin.

"Dasar sembarangan sekali kalau bicara."

"Kamu juga pernah mendekati putri dari keluarga Do itu dan dia pun jatuh cinta." Timpal Hanbin. Tetapi kali ini Gyuvin tidak menyangkalnya. Raut wajah itu tiba-tiba berubah total. Dapat diketahui suasana hatinya  menjadi sedih.

Hanbin yang melihat itu hanya memaki dirinya sendiri di dalam hati. Hyura tampak kebingungan melihat mereka. "Ah... Aku minta maaf Gyuvin..."

"Tidak apa-apa Hyung, aku tidak menyangkalnya Nona karena itu benar." Gyuvin menjeda kalimatnya.

"Benar, dulu aku memang menggodanya terlebih dahulu, tapi saat itu aku benar-benar menyukainya, aku mengatakan kepadanya untuk menunggu sedikit lebih lama tetapi itu semua tidak pernah terjadi, di hari selanjutnya antek-antek Nippon itu datang membakar lahan mereka, para pekerja mencoba melakukan perlawanan tetapi mereka semua dibunuh, ditangkap lalu disiksa, termasuk diriku."

Hyura sedikit kesusahan untuk menahan air matanya sendiri. Hatinya dibuat sangat sakit mendengar kisah yang keluar dari mulut Gyuvin dengan mudahnya. Seolah Gyuvin telah memendamnya hingga ia telah terbiasa oleh lukanya sendiri.

"Nona Hyura! Jangan menangis! Astaga apa yang harus aku katakan kepada Kim Sajangnim nantinya..." Gyuvin berdiri dengan raut wajah panik saat genangan air mata mulai memenuhi bola mata Hyura.

"Matilah kau, pasti Jiwoong akan membawamu sekarang juga, lihat saja Hyung." Kelakar Yujin menggoda Gyuvin disampingnya yang mencoba mengelus punggung Hyura.

"Diam kau dasar bocah!"

Hyura terisak kecil, ia memandang Gyuvin dengan tatapan nanar. "Gyuvin, pasti kamu sangat menderita bukan?" tanyanya.

Gyuvin memaksakan senyumnya, "Sudah jangan dibahas ya nona? Aku tidak ingin dimarahi Kim sajangnim karena membuatmu menangis,"

𝑆𝑡𝑎𝑟 𝐿𝑜𝑠𝑡✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang