XVII. Berubah

8 2 0
                                    

Apa ada yang salah? Entahlah, namun di mata beberapa pegawai hotel ada yang salah dengan atasan mereka. Siapa lagi kalau bukan Kim Taerae, pria itu terlihat berbeda sekali tak seperti biasanya.

Ia menjadi pribadi yang ramah, hangat dan sering menebar senyum pada para tamunya. Yujin yang melihat itu sampai menggelengkan kepalanya.

"Dia sudah gila," gumamnya.

Hanbin, Gyuvin dan Yujin tengah berkumpul di lobi hotel. Mereka tengah membicarakan Taerae yang berubah 180 derajat kepribadiannya.

"Selama ratusan tahun aku hidup bersamanya, baru kali ini Kim sajang bersikap ramah dan terus menebar senyumnya." ujar Hanbin membuka obrolan.

"Wahhh, ini keajaiban dunia. Bagaimana bisa Kim sajang bersikap begitu? Atau jangan-jangan dia kerasukan arwah baik hati?" sahut Yujin.

Gyuvin langsung saja menjitak dahi Yujin, ia kesal dengan ucapan aneh anak itu. "Yang benar saja kau ini, bagaimana mungkin Kim sajang kerasukan? Memang dia bisa segampang itu dirasuki arwah?" katanya.

"Lantas apa alasannya?" tanya Yujin seraya mengusap dahinya.

"Nona Hyura!!" jawab Hanbin.

"Hah? Nona Hyura lagi?" kaget Gyuvin dan Yujin. Manager mereka yang satu ini agaknya sedikit meresahkan ya.

"Kalian sedang membicarakan apa?" tanya Jiwoong yang tiba-tiba datang.

Ketiga orang ini berjengit kaget, mereka kira yang datang adalah Taerae. Bisa gawat kalau mereka ketahuan tengah menggibahi atasan mereka itu.

"Kau membuat kami terkejut," ujar Gyuvin galak.

Jiwoong tertawa kecil, ia lalu ikut duduk disana. Menibrung obrolan ketiga orang ini.

"Kita sedang membicarakan tingkah aneh Kim sajang, kau tahu?" jawab Yujin menjawab pertanyaan Jiwoong.

"Oh, Taerae? Dia juga tadi menyapaku dengan sangat ramah, aneh sekali." timpal Jiwoong.

"Nah betul kan? Dia memang menjadi aneh, entah apa yang terjadi padanya." kata Hanbin.

Jiwoong terlihat berpikir, kemudian ia menjentikkan jarinya. "Ahhh sepertinya aku tahu kenapa Taerae bersikap aneh," katanya.

Mereka lantas mendekat kearah Jiwoong dengan wajah penuh rasa penasaran. "Apa? Apa?"

Jiwoong tersenyum, "Tentu saja karena Hyura." jawabnya dengan nada pelan.

"Apa aku bilang, pasti ini ada hubungannya dengan nona Hyura." sahut Hanbin.

Hanbin, Gyuvin, dan Yujin terkikik geli bersamaan setelah mendengar penuturan Jiwoong. Mereka secara serentak melemparkan senyum jahil ke arah Taerae yang kini tengah melayani langsung para arwah di depan mereka. Tentu saja tidak disadari oleh Taerae, karena jika iya maka mereka bisa terseret kedalam masalah besar.

"Sepertinya nona Hyura menyuruhnya untuk lebih ramah dan murah senyum terhadap semua orang disini." Ujar Jiwoong yang dibalas anggukan kepala dari mereka bertiga.

Hanbin menyenggol lengan Gyuvin untuk kembali membicarakan atasannya itu. "Kim sajang berubah menjadi anjing penurut hahaha."

"Aku tidak menyangka pria dengan sifat dominan sepertinya bisa tunduk hanya karena seorang wanita...." Yujin menimpali pembicaraan mereka yang lebih tua. Rasanya masih sulit dipercaya saja.

"Astaga Yujin, walaupun Kim Sajangnim itu menyeramkan tapi Ia juga seorang pria dewasa yang sehat." Gyuvin menatap lekat di setiap pergerakan Taerae didepan sana.

"Sepertinya Kim Sajangnim sedang menikmati masa-masa terakhirnya dengan mencari kebahagiaan." Sambung nya disusul dengan tawa dari ketiga orang lainnya.

🌼🌼🌼

Dari gawai yang dipegangnya didekat telinga itu terdengar suara teriakan seorang perempuan. Ia sedikit menjauhkan benda itu dari daun telinganya. Bisa-bisa telinganya menjadi tuli saat mendengar itu.

"Tapi Kim Sajangnim.... Aku bahkan belum mandi..." Dari ujung telepon sana terdengar rengekan dengan nada memelas. Ditambah dengan suara parau khas bangun tidurnya.

Taerae yang mendengar suara parau itu tidak berekspresi apapun. "Lalu? Aku harus memandikan dirimu begitu?"

"Bukan seperti itu.... Huh! Baiklah, tapi aku harus bersiap sekitar tiga puluh menit." Dalam diam Taerae menyeringai mendengar penuturan Hyura diseberang teleponnya.

"Aku tunggu lima belas menit lagi, jika tidak aku akan menyuruhmu untuk mengantar makanan ke kamar tiga belas." Ujarnya final. Tentu saja diseberang sana Hyura mengamuk, tapi belum sempat Ia mengatakan apapun Taerae telah menutup telepon itu.

Ia lanjut menatap layar gawainya yang menampilkan beberapa kata termasuk nama Min Hyura. Sebenarnya tidak ada pekerjaan khusus bagi Hyura pagi ini karena umumnya Ia akan bekerja di malam hari. Tetapi Taerae hanya ingin menjahilinya saja untuk datang ke hotel. Ia baru menyadari mengganggu perempuan itu sangat menyenangkan meskipun setiap hari Ia sudah mengganggunya.

🌼🌼🌼

Setelah panggilan itu ditutup sepihak oleh Taerae, Hyura segera bangkit dari tempat tidurnya. Ia segera mengguyur tubuhnya lalu memakai pakaian resmi khas seperti saat Ia bekerja di malam hari. Tangannya bergerak untuk memoleskan make up tipis agar mukanya tidak terlalu pucat. Tidak lupa Ia juga mengeringkan rambut panjangnya dan mengikatnya kuncir kuda.

Sesaat setelah Ia membuka pintu kamarnya, Yeji dengan muka bantalnya menatap heran ke arahnya. "Tumben sekali berangkat pagi? Ada keperluan apa?"

"Atasanku tiba-tiba memanggilku untuk datang ke hotel." Hyura dengan raut masamnya membalas pertanyaan Yeji. Lalu kakinya bergerak menuju rak sepatu. Ia segera memasangkan satu pasang sepatu hitam dengan hak tidak terlalu tinggi itu ke kedua kakinya.

"Tunggu Hyura kamu tidak sarapan..." Hyura mengabaikan Yeji. Ia keluar pintu rumah begitu saja tanpa sepatah kata.

".... Aneh sekali, apa Ia sedang datang bulan?" Yeji menggaruk kepalanya sendiri heran dengan perilakunya.

Hyura berjalan dalam diam menuju hotel. Dalam setiap langkahnya, Ia menyumpahi pria tua bernama Kim Taerae itu. Bagaimana bisa Ia disuruh untuk datang ke hotel tiba-tiba seperti ini. Apalagi dengan ancaman yang sangat mengerikan menurutnya. Jika bisa, Hyura ingin memukul muka menyebalkannya itu.

𝑆𝑡𝑎𝑟 𝐿𝑜𝑠𝑡✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang