XXXIX. Love or Die

10 1 0
                                    

Hyura menanyakan keadaan Han pada Gunwook yang ia suruh untuk mengawasi lelaki itu, dan kabarnya Han tidak mengalami luka yang cukup serius. Hyura bersyukur dan sangat berterimakasih pada Han karena sudah menyelamatkannya.

"Tolong sampaikan rasa terimakasihku pada Han ya, Nuk." ujar Hyura pada Gunwook yang malam itu mampir ke hotel.

"Kenapa kamu tidak menyampaikannya sendiri nona? Sejak kemarin kak Han mencarimu asal kamu tahu," kata Gunwook memberi tahu.

Hyura tergelak, apa kata Gunwook barusan? Han mencari dirinya?

"Bukankah kamu berhutang nyawa pada kak Han, nona? Dia sudah menyelamatkanmu dari si pembunuh kejam itu?" tanya Gunwook. Hyura mengangguk kecil.

"Baiklah, aku akan menemuinya. Ayo antar aku," ajak Hyura.

🌼🌼🌼

"Kamu baik-baik saja Han?" tanya Hyura pada Han yang duduk menyandar diatas ranjang rumah sakit.

"Sudah lebih baik kok," jawab Han.

"Hyura, aku minta maaf ya atas nama kakakku. Aku tidak tahu ternyata kalau dia seseorang yang sangat jahat, selama ini aku hanya tahu kalau dia hanyalah kakak yang baik padaku." jelas Han.

Hyura menatap Han dan tersenyum. "Tidak apa-apa kok. Yang penting sekarang kakakmu sudah diamankan pihak berwajib,"

"Oh ya, bagaimana kamu mengetahui hal itu Hyu? Apakah kamu seorang detektif? Atau apa?" Han bertanya bingung.

Hyura yang mendengar itu hanya tersenyum kaku, ia bingung menjawab pertanyaan itu.

"Sulit jika aku jelaskan, lain kali saja ya? Setelah kamu benar-benar pulih," jawab Hyura pada akhirnya.

Han hanya mengangguk saja, walau ia sangat amat penasaran bagaimana caranya Hyura mengetahui semua itu.

Kemudian keduanya mengobrol ringan, juga bercanda. Hyura melupakan semua kesedihannya, ia harus bisa menghilangkan perasaannya pada Taerae. Tapi bukan dengan melampiaskannya pada sang mantan.

"Aku pamit pulang ya Han, kamu istirahat dan jangan lupa minum obat nya." ujar Hyura berpamitan.

Han mengangguk, "Iya. Kamu hati-hati di jalan ya,"

Setelahnya ia keluar dari ruangan Han, didepan sudah ada Gunwook yang sejak awal menunggunya.

"Mau pulang sekarang nona?" tanya Gunwook.

"Panggil kakak saja Gunwook," ujar Hyura memberitahu, ia sedikit tak nyaman ketika Gunwook memanggilnya nona.

"Oke baiklah kalau itu maumu. Jadi, kamu mau pulang sekarang atau tidak kak?" Gunwook mengalah dan kembali bertanya.

Hyura mengangguk, "Ayo. Aku juga sudah lelah,"

Saat keduanya berjalan meninggalkan rumah sakit, netra Hyura menangkap sosok Mago yang terlihat berdiri tak jauh darinya dengan senyum kecil, tak lupa di tangannya ada sebuah keranjang yang berisi bunga mawar.

"Kak, kenapa?" tanya Gunwook heran karena Hyura mendadak menghentikan langkahnya.

"Kamu bisa duluan saja ke parkiran, aku akan menyusul. Aku ada urusan sebentar," jawab Hyura.

"Ya sudah kalau begitu, jangan lama-lama kak. Aku tunggu di parkiran," ujar Gunwook.

Selepas kepergian Gunwook, Hyura melangkahkan kakinya mendekati Mago. Ia sedikit membungkuk hormat pada wanita tua itu.

"Sepertinya anda sedang menunggu saya, ada apa?" tanya Hyura dengan bahasa formalnya.

Mago tersenyum seraya mengangguk kecil. "Ya benar sekali, aku menunggumu. Ada yang ingin aku bicarakan, tapi sepertinya anak laki-laki itu harus segera pulang." jawab Mago.

Ia lalu mengeluarkan sebuah kartu nama dari keranjang yang dibawanya, mengulurkannya pada Hyura.

"Besok pagi datanglah ke alamat ini, aku akan menunggumu disana." ujar Mago.

Hyura menerima kartu itu dan melihatnya, sebuah alamat tertulis disana. "Baiklah, besok aku akan datang."

🌼🌼🌼

Keesokan harinya, Hyura menepati ucapannya. Ia pergi ke alamat yang ada di kartu nama yang diberikan Mago semalam, ternyata alamat itu membawanya kesebuah bangunan ruko kecil.

Hyura masuk kesana dan langsung disambut wanita paruh baya dengan celemek yang melingkar di pinggangnya.

"Selamat pagi," sapanya ramah.

Hyura tertegun sejenak, wanita ini sangat persis seperti Mago. Namun penampilannya saja yang berbeda.

"Selamat pagi nyonya, aku kemari untuk bertemu dengan Mago." balas Hyura seraya menjelaskan maksud dan tujuannya datang kemari.

Wanita itu tersenyum, "Aku sudah tahu. Kakakku sedang pergi sebentar, kamu bisa menunggu. Mari masuk,"

Wanita itu mengajak Hyura masuk dan menyuruhnya duduk di sofa yang tersedia disana.

"Kau Min Hyura kan? Manajer ke sembilan puluh sembilan di Star lost?" tanya si wanita membuka percakapan.

"Benar sekali nyonya," jawab Hyura.

"Oh ya, kakakku menyuruhmu kesini kan? Ada sesuatu yang ingin ia sampaikan. Tapi sepertinya ia tak akan kembali secepat itu,"

"Jadi, tak apa kalau aku yang menyampaikan hal itu?" tanyanya. Hyura mengangguk, ia tak keberatan sama sekali.

"Kamu pasti sudah mengetahui soal Haewon dan masa lalu Taerae kan? Dia sudah menceritakan semua padamu?" Hyura langsung mengangguk.

"Kamu tahu, dimana sebenarnya Haewon?" kali ini Hyura menggeleng.

"Kalau kamu mengira Haewon sudah bereinkarnasi menjadi siapapun atau apapun, maka kamu salah besar. Karena kenyataannya Haewon belum pergi ke akhirat, dia masih ada disana, dia masih ada di hotel itu, menunggu Taerae menyadari keberadaannya."

"Dialah tamu pertama hotel yang sampai detik ini belum diantarkan ke akhirat, dan kamu adalah orang yang akan mengantarnya ke akhirat."

🌼🌼🌼

Suara heels itu bergema di seluruh lorong hotel yang sepi, Hyura terengah-engah napasnya terasa hampir habis karena berlarian.

Setelah mendengar penjelasan dari si wanita, ia langsung bergegas menuju Star lost hotel untuk menemui Taerae sekaligus memberitahu perihal Haewon.

Sesampainya didepan pintu ruangan Taerae, Hyura langsung saja membukanya dan masuk kedalam. Taerae yang tengah duduk di kursi kebesarannya sambil membaca buku tentu saja terkejut melihat kedatangan Hyura di pagi yang cerah ini.

"Hyura? Ada apa kamu kesini?" tanyanya bingung.

Hyura tak menjawab, ia diam sembari menetralkan napasnya yang memburu. Ia kembali teringat dengan ucapan wanita tua itu, ucapan yang membuatnya bergegas kemari sekaligus membuat dirinya cemas setengah mati.

"Ada konsekuensi yang harus kamu tanggung jika kamu memberitahu keberadaan Haewon pada Taerae, resiko yang begitu besar. Dan kamu pasti tahu apa itu kan sayang?"

"Ya, setelah Taerae bisa memafkan Haewon dan dirinya sendiri maka semua daun dan bunga yang ada di pohon itu akan langsung berguguran. Dan itu tandanya apa?"

"Dia harus mengantarkan Haewon melintasi terowongan bukan? Bisa saja Ia memutuskan untuk masuk terowongan dan tidak akan kembali lagi ke dunia ini."

𝑆𝑡𝑎𝑟 𝐿𝑜𝑠𝑡✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang