XIII. Goodbye Chaehyun

6 3 0
                                    

Hyura berjalan di jalan setapak yang menuju pemukiman padat penduduk di ujung ibukota, kaki yang terbalut high heels itu melangkah dengan pelan. Ia terlihat sedikit gugup, beberapa kali menelan salivanya dengan susah payah.

"Oke Hyura kamu harus tenang, kamu hanya menjadi umpan saja disini. Kamu akan baik-baik saja," ujarnya menenangkan dirinya sendiri.

Yap, benar sekali. Dirinya saat ini tengah bertugas membantu Chaehyun untuk menemui sang ayah. Dan dirinya bertugas sebagai umpan, ketika ayah dari Chaehyun datang ia bisa langsung pergi dan menyerahkannya pada gadis yang sudah tak bernyawa itu.

Matanya lalu menangkap sesosok pria paruh baya yang berjalan sempoyongan, sepertinya mabuk. Padahal ini masih pagi. Hyura yakin itu adalah ayah Chaehyun, karena semakin dekat jarak keduanya semakin ia bisa mendengar ocehan pria itu.

"Mati kau sialan!! Chaehyun anakku sudah mati."

"Aku membunuhnya dengan tanganku sendiri,"

Telinga Hyura bisa mendengar jelas ocehan pria itu, semakin dekat ia juga bisa mencium aroma alkohol yang begitu kuat dari si pria. Dan ketika keduanya berpapasan, Hyura mencekal tangan si pria.

Pria yang setengah sadar itu menatap Hyura, "Kau siapa? Teman putriku? Putriku sudah mati." katanya tanpa beban.

Hyura sedikit meringis, ia lalu berucap. "Aku mengenal putrimu tuan, dan ia ingin menemuimu."

Pria itu terkekeh. "Bagaimana bisa dia menemuiku? Dia sudah mati dan sudah aku kubur di halaman rumah," katanya.

"Ya dia memang sudah mati, tapi arwahnya masih di dunia. Jadi dia akan menemuimu,"

Pria itu tertawa keras, Hyura mengernyitkan dahinya. Dasar orang mabuk, batinnya. Untung saja daerah itu terlihat sepi, hanya ada mereka berdua di sana.

"Kau ini cantik-cantik tapi gila ya? Mana mungkin arwah bisa menemui manusia,"

Pria itu lalu berjalan menjauhi Hyura, namun dengan tegas Hyura berucap.

"Dia memang akan menemuimu tuan, kalau kau tidak ingin menemuinya maka aku dengan senang hati akan melaporkan tindakanmu ke kantor polisi." ujar Hyura mengancam.

Pria itu berbalik dan tersenyum remeh. "Melaporkanku ke polisi tanpa bukti?"

Hyura lalu mengeluarkan ponselnya yang sejak tadi merekam pembicaraan si pria, ia memang sudah merencanakan hal ini bersama Chaehyun tentu saja.

"Sialan kau!!!"

Pria itu langsung saja menyerang Hyura dengan mencekik lehernya, Hyura yang kaget dan tak sempat menghindar mencoba memberontak. Ponsel di tangannya langsung terjatuh, si pria terlihat marah.

"Akh, l-lepaskan." Hyura berujar susah payah seraya berusaha melepaskan diri.

Hyura merasakan oksigen disekitarnya menipis, ia hampir pingsan. Namun, tiba-tiba saja seseorang datang dan memukul si pria membuat cekikan di leher si gadis terlepas.

Hyura jatuh terduduk, ia meraup sebanyak mungkin oksigen. Matanya menangkap sosok Taerae yang berdiri dan tengah menatap si pria tajam.

"Siapa kau?" tanya si pria marah.

"Kau tidak perlu tahu siapa aku, yang harus kau tahu jangan pernah menyentuh gadis itu dengan tangan menjijikanmu." jawab Taerae. Ia dengan brutal memukuli pria itu, melampiaskan amarahnya karena melihat Hyura yang dicekik oleh bajingan itu.

Hyura yang melihatnya segera menarik tangan Taerae, namun tenaganya kalah kuat. Ia refleks memeluk lelaki itu untuk menghentikan pukulannya.

"Berhenti sajangnim, dia bisa mati." ujar Hyura.

Taerae terdiam kaku, ia sangat terkejut ketika Hyura tiba-tiba saja memeluknya.

"Aku baik-baik saja, ku mohon jangan lakukan itu lagi."

Tak lama, datanglah arwah Chaehyun. Ia terlihat kaget saat melihat kondisi ayahnya yang babak belur.

"Chaehyun, segera selesaikan masalahmu ya." ujar Hyura. Tangannya menarik Taerae menjauh dari sana.

🌼🌼🌼

Masalah Chaehyun sudah selesai, ia sudah menemui sang ayah dan berkata kalau sang ayah harus mengakui perbuatannya dan menyerahkan dirinya ke polisi.

Sang ayah yang terlihat gemetar itu mengangguk dan menuruti permintaan Chaehyun. Dan kini saatnya ia pergi menuju akhirat, Hyura mengantar gadis itu sampai didepan terowongan.

"Selamat jalan Chaehyun,"

"Terimakasih sudah membantuku nona Hyura,"

Setelahnya Chaehyun pergi dengan membawa setangkai mawar hitam, Hyura tersenyum melihat kepergian Hyura. Sedangkan Jiwoong, sang malaikat maut menatap Hyura. Taerae? Lelaki itu ada di ruangan kerjanya.

"Kau hebat sekali nona," puji Jiwoong.

"Ya?"

"Kau hebat karena menjemput pelanggan pertamamu dan mengantarnya, juga memenuhi keinginan terakhirnya." jelas Jiwoong.

Hyura tersenyum, "Itu sudah tugasku."

"Kau memang manager yang berbeda, pantas saja Mago mengutusmu untuk membantu Taerae."

"Mago?" tanya Hyura heran.

"Ya, dialah dewa yang mengutusmu ke tempat ini."

🌼🌼🌼

Hyura berjalan tanpa arah, setelah mendengar ucapan kalau Mago lah yang membuatnya berada di hotel ini pikirannya menjadi kacau.

"Kenapa harus aku?" tanyanya.

Kakinya lalu sampai di taman hotel, matanya terpaku melihat sebuah pohon besar. Ia berjalan mendekati pohon itu.

"Sejak kapan ada taman di hotel ini? Sajangnim tidak pernah membawaku kemari"

Ia mengusap batang kasar pohon itu, tiba-tiba saja dirinya mengantuk. Ia menguap, kemudian duduk dan menyandar di pohon itu.

"Kenapa aku jadi mengantuk? Tidur sebentar tidak apa-apa kan? Sajangnim tidak akan tahu," katanya.

Dan tak lama, matanya terpejam. Hyura sudah terlelap dan memasuki alam mimpinya. Mago kemudian datang dan menghampiri Hyura, ia memetik setangkai bunga dari pohon besar itu dan meletakkannya di tangan Hyura.

"Ku harap kau bisa membebaskan Kim Taerae dari semua penderitanya,"

𝑆𝑡𝑎𝑟 𝐿𝑜𝑠𝑡✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang