XXII. Hancur

7 2 0
                                    

Ricky dan Yeji keheranan setengah mati ketika melihat Hyura yang pulang dengan wajah lesu, rambut yang sedikit berantakan dan mata yang sembab. Dan lebih anehnya lagi, gadis itu menjadi pendiam. Pintu kamarnya dikunci dari malam sampai pagi menjelang.

"Hyura, Hyu kamu baik-baik saja?" tanya Ricky.

Tangannya mengetuk pintu kamar Hyura, namun tak ada jawaban dari dalam. Ricky menjadi sangat khawatir.

"Kak Yeji, Hyura tidak menjawabku" ucap Ricky mengadu pada Yeji yang tengah memasak.

"Ada kunci cadangan di laci dekat sana, kamu bisa membuka kamar Hyura dengan kunci itu" kata Yeji memberitahu.

Ricky mengangguk, ia langsung mengambil kunci cadangan kamar Hyura dan bergegas membuka kamar gadis itu.

Cklek

Pintu itu akhirnya terbuka juga, untung saja Hyura mencabut kunci kamarnya jadi Ricky bisa membuka pintu kamar dengan kunci cadangan. Ia melangkah masuk kedalam kamar yang terlihat gelap itu, ia buka gorden kamar membuat cahaya mentari masuk.

Dan matanya bisa melihat gundukan selimut diatas kasur, Hyura masih terlelap rupanya. Ricky mendekati Hyura dan menyibak selimutnya, ia menemukan gadis itu dengan wajah pucat dan badan yang menggigil.

"Astaga Tuhan, Hyura kamu kenapa?" Ricky terlihat panik.

Hyura tak menjawab, ia masih memejamkan matanya dengan bibir yang bergumam tidak jelas. Ricky memeriksa suhu tubuh Hyura dengan punggung tangannya, panas, Hyura demam.

"Tunggu sebentar ya Hyu"

Ricky langsung berlari menghampiri Yeji dengan panik. "Kak Yeji, Hyura demam. Suhu badannya panas sekali" lapornya.

Yeji yang ikutan panik pun langsung mematikan kompor dan berjalan tergesa-gesa menuju kamar Hyura. Ricky langsung saja mengekorinya.

"Astaga Min Hyura!!!" Yeji memekik kaget melihat kondisi Hyura.

"Ricky, bisa minta tolong panggilkan Matthew di rumah sebelah? Suruh dia menyiapkan mobil, kita bawa Hyura ke rumah sakit" kata Yeji.

Ricky mengangguk dan ia bergegas keluar rumah untuk memberitahu Matthew. Ia berlari begitu saja hingga kakinya menapak di halaman rumah yang cukup luas milik Matthew. Beruntungnya si pemilik rumah sedang membersihkan kebun depan rumahnya.

"Hyung! Hyura sedang demam tinggi, bisakah kamu mengantarkannya ke rumah sakit sekarang?"

🌼🌼🌼

Hyura ditangani dengan baik di rumah sakit. Mereka lebih memilih untuk mendatangi dokter di rumah sakit secara langsung, karena ingin mengetahui apakah Hyura sakit parah atau tidak.

Seperti yang dikatakan dokter tadi, tidak ada penyakit serius yang dialaminya. Itu hanya demam biasa, bahkan sekarang demamnya sudah turun walau wajahnya masih pucat. Ia sedikit tidak enak kepada Matthew karena harus mengantarkannya pagi-pagi sekali. Lagipula Yeji dan Ricky sangat berlebihan langsung membawanya ke rumah sakit, begitu pikirnya.

"Terimakasih kak, Ricky, dan Matthew juga." Ujarnya kepada mereka bertiga saat keluar dari ruangan.

"Astaga Hyura, apa ada penyakit parah? Atau kamu akan menjalani rawat inap?" Tanya Yeji sangat cemas dan panik.

"Aku hanya demam biasa kak, tidak harus dirawat. Aku juga sudah lebih baik kok," Semakin rumit saja jika berbicara dengan Yeji.

"Syukurlah jika hanya demam biasa." Matthew menghela napas lega. Ricky ikut mengangguk setelahnya.

"Oh iya, bagaimana dengan pekerjaanmu? Kamu belum mengirim surat izin." Ujar Yeji.

Hyura hanya bisa tersenyum hambar saat mendengarnya. Ia teringat kejadian pemecatannya oleh Taerae tadi malam. Ia masih tidak percaya banyak hal terjadi hanya dalam waktu semalam. Dan sekarang Ia kembali menjadi pengangguran.

"Aku sudah tidak bekerja disana."

"Hah?!" Mereka bertiga berteriak kaget secara kompak setelah mendengar kalimat Hyura.

"Iya, aku dipecat tadi malam." Lanjutnya dengan senyum hambar.

"Itulah mengapa kamu berubah dalam semalam." Yeji menanggapi.

Hyura hendak mengajak mereka untuk segera pulang. Kepalanya masih berdenyut nyeri serta hawa dingin juga kembali membuatnya menggigil. Tetapi Ia urungkan niatnya saat melihat Gunwook berada di ujung lorong. Terlihat Ia sedang berbincang dengan pria berjas putih khas dokter.

Bukankah Gunwook sekarang berada dalam pengawasan Taerae? Atau Ia dilepas begitu saja setelah Hyura dipecat dari sana. Bukankah Gunwook memiliki masalah dengan beberapa arwah yang mengikutinya. Seharusnya Taerae tidak diam begitu saja jika tahu nyawa Gunwook bisa terancam karena arwah-arwah itu.

Hyura melambai saat Gunwook tidak sengaja bersitatap dengannya. "Gunwook!"

Dari pengelihatan Hyura, Gunwook segera mengangguk dan menunduk untuk berpamitan kepada dokter itu. Ia langsung berjalan mendekati Hyura.

"Aku akan pergi sebentar, ada yang harus aku lakukan." Hyura berpamitan kepada mereka bertiga. Lalu menggaet Gunwook bersamanya.

"Hey! Tunggu Hyura, kamu masih sakit!"

🌼🌼🌼

Hanbin sedang membersihkan lantai salah satu lorong hotel. Kebetulan Ia sedang membersihkan didepan ruang milik Taerae. Awalnya tidak ada hal yang menarik.

Tetapi tiba-tiba sesuatu terjadi. Pintu itu tiba tiba terbuka begitu cepat. Selanjutnya Ia bisa melihat Gyuvin yang terlempar dari dalam hingga menabrak dinding diseberang pintu tersebut. Pintu itu segera tertutup setelah Gyuvin keluar dari dalam ruangan.

"Kim Gyuvin! Apa yang terjadi?!" Hanbin menolong Gyuvin yang terduduk di lantai hotel sambil memegang bahunya.

"Astaga, apa yang terjadi dengan Kim Sajangnim?! Aku hanya menyenggolnya sedikit saja saat mengelap meja, dan Ia menjadi sangat marah, bahkan Ia memakai kekuatannya padaku!" Rengek Gyuvin panjang lebar sembari mengusap punggungnya yang baru saja menabrak dinding.

Hanbin berdecak malas. Ia memang tahu atasannya itu memiliki tensi yang cenderung tinggi. Namun Taerae tidak pernah seagresif ini sebelumnya. Bahkan menggunakan kekuatannya kepada pegawai hotelnya.

𝑆𝑡𝑎𝑟 𝐿𝑜𝑠𝑡✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang