Hyura diajak Taerae berkeliling di hotelnya yang cukup besar itu, tak lupa juga menjelaskan beberapa hal yang menurut Hyura tak masuk di otak dan tak bisa diterima oleh akal sehatnya.
"Nah, yang terakhir ini adalah ruang kerjaku." ujar Taerae, ia duduk di kursi miliknya dan menatap Hyura.
"Taerae, kamu bilang hotel ini menampung para arwah sebelum mereka pergi menuju ke alam baka. Lantas mengapa harus mempekerjakan manusia sepertiku?" tanya Hyura penasaran.
Taerae mendengus kesal, "Kamu pikir hantu bisa melakukan pekerjaan manusia? Hei, aku butuh manager manusia untuk mengurus semua pekerjaan dunia seperti membayar pajak" jawabnya.
"Pajak? Untuk apa hotel membayar pajak?"
Lagi dan lagi Taerae mendengus, ia menunjuk kearah surat ijin yang terpajang di dinding bersama banyak fotonya.
"Yak, hotel ini tentu saja berdiri dan sudah diberi ijin oleh pemerintah. Maka dari itu kita harus membayar pajak"
Ia lalu bangkit dan mengambil sebuah kunci mobil dari laci. "Ayo berangkat, kamu harus melakukan tugas pertamamu" ajaknya pada Hyura yang terdiam dengan wajah malas.
"Tugas pertama?"
Taerae mengangguk pelan menanggapi. Ia berjalan mendahului Hyura keluar dari ruangannya. Dalam diam Hyura berpikir tugas apa yang akan diberikan Taerae kepadanya. Sejujurnya ia masih dalam keadaan syok mengetahui fakta bahwa yang ia lihat beberapa waktu saat di bangunan ini adalah hantu. Bahkan sekarang mereka semua keluar dari kamar.
Mereka memang terlihat seperti manusia biasa hanya saja sedikit lebih pucat. Tetapi mengingat mereka adalah hantu selalu saja membuat Hyura merinding. Ia melakukan ini semua hanya demi uang.
🌼🌼🌼
"Sebagai seorang manajer, hal pertama yang harus dirimu lakukan tentu menarik pelanggan ke hotel." Setidaknya begitu yang dikatakan Kim Taerae saat Ia menghentikan mobilnya tepat di sebuah pemukiman padat penduduk.
"Pelanggan?" Pertanyaan Hyura dijawab anggukan oleh Taerae.
Kemudian Ia menunjuk ke salah satu sudut di antara rumah-rumah. Tempat itu terlihat sangat gelap tapi Hyura bisa melihat siluet seorang perempuan berambut panjang dan berbaju putih membelakanginya. "Aku ingin kamu menarik orang yang berada disana."
Hyura mengangguk cepat. Ia mengibaskan rambutnya bermaksud untuk menyombongkan diri. "Hanya menarik pelanggan? Mudah saja, aku ini pintar berkata-kata."
Taerae tertawa kecil. "Baiklah, tunjukkan padaku."
Hyura membuka pintu mobil dan mulai berjalan ke sudut itu. Dari kejauhan Ia mendengar suara-suara aneh. Seperti suara tangisan perempuan. Kakinya refleks tertahan di sisi terang sudut itu. Ia tak berani lagi melangkah maju. Bukankah Taerae bilang tadi pelanggan, sedangkan hotelnya itu berisi arwah-arwah? Berarti yang didepannya ini adalah....?
Hyura ingin menangis saja rasanya. Kepalanya menoleh ke belakang kembali menatap Taerae. Yang ditatap dengan santainya menaikkan kakinya ke bundaran setir mobil dan memakai kacamata hitam. "Sudah kubilang bukan? pelanggan untuk hotel kita."
Decakan lolos dari mulut Hyura. Ia menelan ludahnya sekali dan meyakinkan dirinya untuk melangkah. Memangnya seberapa mengerikan sih hantu didepannya itu? Kakinya melangkah ke sisi gelap hingga Ia berjarak satu langkah di belakang arwah perempuan yang sedang duduk di bangku taman.
"N-nyonya?" Setelah ucapan itu dilontarkan, tangis perempuan itu tiba-tiba berhenti. Kepalanya berbalik memutar hampir seratus delapan puluh derajat sempurna menatap Hyura. Suara retakan sendi dan tulang terdengar sangat menyakitkan pendengaran Hyura.
Setelah Hyura melihat wajah itu Ia langsung memundurkan kakinya. Bagaimana tidak, wajahnya penuh luka lebam dan luka gores dengan darah berada dimana-mana. Keterkejutan itu ditambah dengan ketika Ia bangun dari duduknya. Baju putih yang menutupi bagian depan tubuhnya berlumuran darah. Ia bisa melihat rok selututnya sangat berat dan lepek karena darah yang menetes. Astaga Hyura ingin berlari saja sekarang.
Disisi lain Taerae sedang duduk bersantai diatas mobil merah mewahnya. Matanya kembali teralih ke arah sudut gelap disana. "Lama sekali gadis itu."
"Haruskah aku menolongnya?" Monolognya sendiri.
"Ah tidak, menurut Jiwoong dia bukan arwah pendendam, harusnya tidak sulit baginya."
Tak lama setelah itu suara teriakan terdengar dari sisi gelap itu. Ia berjengit kaget dan langsung bersiap untuk berlari ke arah Hyura. Tetapi langkahnya terhenti saat Hyura muncul disusul dengan arwah dibelakangnya. Taerae menghembuskan nafas leganya. "Sialan! Kenapa kamu berteriak?"
"Tidak, hanya saja aku terkejut mendengar ceritanya." Hyura masuk dan duduk di samping pengemudi. Taerae menyuruh arwah perempuan berlumuran darah itu duduk di kursi penumpang.
Setelah Taerae masuk ke kursi pengemudi Ia menjalankan mobilnya menuju kembali ke hotel. Hyura bernafas lega setelah keterkejutan tadi. Ia sebenarnya sangat takut tadi, tetapi arwah perempuan itu sama sekali tidak melawan. Alih-alih menyerangnya, arwah perempuan bernama Kim Chaehyun itu meminta bantuannya.
"Kamu lulus, selamat kamu menjadi manajer baru di Star Lost." Hyura berpaling ke arah Taerae yang kini sedang fokus ke jalanan malam kota Seoul.
"Malam ini pasti sangat berat bagimu, setelah sampai di hotel nanti istirahatlah terlebih dahulu." Ucapan Taerae hanya lewat begitu saja. Hyura telah terlelap sejak tadi tanpa mendengarkan Taerae.
Taerae tergelak kecil menatap Hyura. Ketika mobilnya berhenti di salah satu lampu merah, Taerae refleks membenarkan sabuk pengaman Hyura yang tidak dipasang dengan benar. "Dasar tidak sopan."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑆𝑡𝑎𝑟 𝐿𝑜𝑠𝑡✔️
FantasyTaerae harus menanggung hukuman atas dosanya di masalalu, juga ia harus menemukan bintang yang bisa menuntunnya keluar dari hukuman yang selama ribuan tahun ini membelenggu jiwanya. Based on kdrama Hotel del Luna ©2023 zfnnn13_