Hyura melihat itu, dimana Taerae bersujud didepan puluhan arwah dari masa lalunya. Hyura tidak tahu pasti bagaimana perasaannya saat ini. Membayangkan begitu berat menanggung beban yang begitu besar yang dipikul Taerae. Tetapi Ia harus tetap menanggung itu karena konsekuensi dari perbuatannya.
Setelah beberapa saat Taerae bertahan di posisi sujudnya itu sembari merapalkan kalimat permohonan maaf, Ia terkulai lemas ke samping dengan mata tertutup. Gunwook segera mengangkat tubuhnya ke kamar. Hyura beranggapan mungkin saja Taerae kelelahan karena menggunakan kekuatannya itu barusan.
Jiwoong datang setelah Gunwook kembali dari kamarnya. "Astaga, sebanyak ini?"
Hyura mengangguk untuk mengiyakan pertanyaan Jiwoong. "Kami serahkan semuanya kepadamu."
Sementara Jiwoong menyelesaikan sisa tugasnya, Hyura dan Gunwook masuk ke kamar untuk melihat keadaan Taerae. Sesampainya mereka, Taerae telah terduduk bersandar di tembok belakangnya.
"Kau sudah bebas sekarang, jangan berpikiran untuk bunuh diri lagi." Ujarnya dimaksudkan untuk Gunwook.
Remaja besar itu mengangguk paham. Ia membungkuk tepat sembilan puluh derajat kepada Taerae. "Terimakasih Kim Sajangnim."
"Tidak, aku yang minta maaf kepadamu karena membuatmu kesulitan, Gunwook." Taerae menatapnya dengan tatapan sendu. Gunwook mungkin telah hidup berkali-kali dan Ia menerima kesulitan yang sama di setiap kehidupannya, karena dirinya.
"Pintu hotel akan selalu terbuka untukmu jika kau ingin berkunjung, sebagai orang yang sekarat sulit untuk mengurus hotel sendirian." Sambungnya.
Waktu telah memasuki dini hari ketika Taerae dan Hyura memutuskan untuk berpamitan. Gunwook juga harus beristirahat agar Ia bisa bersekolah di pagi harinya. Kemudian, Taerae mengendarai mobilnya ke rumah Hyura untuk mengantarnya pulang.
"Kamu diterima kembali." Ditengah perjalanan pulang, satu kalimat itu mengejutkan pendengaran Hyura.
Spontan Hyura membulatkan kedua matanya tidak percaya dengan yang Ia dengar barusan. "Benarkah?"
"Memangnya aku pernah bercanda?" Taerae melirik dari ujung matanya.
"Terimakasih Kim Sajangnim!" Akhirnya Ia tidak menjadi seorang pengangguran lagi.
Hyura telah mengetahui sebagian besar masa lalu Taerae. Tetapi Ia masih memiliki tanda tanya yang besar di otaknya. Mulutnya hendak bergerak untuk bertanya. Tetapi Ia ingat terakhir kali Ia dipecat karena hal yang sama. Bagaimana jika kali ini Ia akan langsung dipecat setelah Ia telah diterima kembali.
Taerae berdecak kesal saat melihat Hyura yang hanya termangu dengan tatapan penuh keraguan. "Tanyakan saja, aku tidak akan memecatmu lagi."
Yang tertangkap basah hanya tertawa canggung sejenak. "Kamu dulu itu apa?"
"Aku dulu seorang perampok, pencuri, dan pembunuh, arwah yang mengikuti Gunwook itu adalah korban dari perbuatanku, mereka ingin membalaskan dendam mereka." Jawabnya dengan mata fokus menuju jalanan malam yang sepi.
Hyura menganggukkan kepalanya perlahan. Masih mencerna beberapa kalimat Taerae. Jadi selama ini Ia bekerja bersama dengan seorang pembunuh. Tidak heran pegawai hotel yang lain seperti Hanbin, Gyuvin, dan Yujin begitu takut pada Taerae.
"Kenapa? Kamu sekarang takut kepadaku?" Taerae meliriknya sekilas saat mereka berada di persimpangan.
"Iya sedikit, aku memang sudah takut kepadamu sejak pertemuan pertama kita." Ujar Hyura santai berbanding terbalik dengan degup jantungnya yang bergemuruh karena takut salah bicara.
Satu alis Taerae terangkat. "Huh? Kamu tidak pernah menceritakannya."
Hyura menatap Taerae tidak percaya. Tidakkah Ia sadar apa yang Ia lakukan itu sangat mengerikan. "Kamu seharusnya tahu, bayangkan ada seorang pria misterius yang menawari seorang wanita pekerjaan, jika bukan aku maka mungkin mereka akan lari begitu saja."
"Tapi aku tidak akan melakukan apapun kepada mereka."
Bosnya ini membuatnya ingin menepuk jidat. "Siapa tahu kan, banyak pria pria jahat diluar sana yang memberi modus seperti itu untuk berbuat jahat."
Taerae tertawa kecil yang lebih terlihat seperti ejekan. "Kalau begitu, aku pria jahat juga kan? Aku sudah membunuh banyak orang."
"Itu dulu Kim Sajangnim, semua orang bisa berubah...." Hyura menggantungkan kalimatnya untuk menyadari sesuatu.
"....Tunggu! Apa kamu takut kalau aku akan menjauh setelah kamu menceritakan masa lalumu itu?" Lanjutnya.
Taerae mengangguk cepat. "Tentu saja, siapa yang tidak takut bekerja dengan seorang pembunuh."
Hyura tergelak mendengar pernyataan Taerae. Ternyata Taerae berpikiran sama dengannya. "Jika aku sudah hidup saat itu, mungkin aku akan takut, tapi dulu itu berbeda dengan sekarang, bekerja selama beberapa bulan ini telah menjadi bukti kuat bahwa kamu memang telah sepenuhnya berubah."
Kantuk Hyura mulai datang. Tetapi ditengah kedipan matanya yang mulai melamban, Ia bisa melihat Taerae tersenyum kepadanya. Terlihat jelas dari lesung pipitnya yang muncul.
🌼🌼🌼
Seperti biasa, malam itu Gyuvin berjalan kembali dari salah satu penghuni hotel yang meminta jasa pijatnya. Beberapa kali Ia meregangkan kedua bahunya yang terasa tidak nyaman. "Astaga! sekali-kali aku harus menerima pijatan juga, tidak hanya memberi pijatan."
Ia berjalan di salah satu lorong menuju meja bar milik Hanbin. Disamping lorong itu terdapat taman hotel yang biasanya Taerae gunakan untuk berdiam diri bersama pohon gersang kesayangannya.
"Oh! Apakah aku harus memutar agar tidak berpapasan dengan bos mengerikan itu." Gyuvin ingat beberapa waktu yang lalu saat Ia terpental oleh kekuatan Taerae. Ia takut akan menerima kekuatan dahsyat itu lagi.
Gyuvin berdecak malas. Ia memutuskan untuk tetap melewati lorong itu. Lagipula berjalan memutar hanya menghabiskan energinya. Ia harus menghemat energinya untuk menjalankan beberapa tugas yang belum Ia selesaikan.
Cahaya bulan malam itu menerangi taman hotel. Ia bisa melihat bayangan dari beberapa bunga yang berada disana. Tetapi ada satu yang mengejutkannya. Terdapat satu bayangan yang begitu besar menutupi hampir seluruh lorong. Pandangannya mengarah ke taman hotel itu. Sebuah pemandangan tidak biasa terpampang.
"Tidak mungkin." Ujarnya lirih sebelum dirinya berlari ke arah bar untuk memberitahu Hanbin dan Yujin.
Gyuvin berlari secepatnya untuk mencapai ruangan itu. Beruntungnya mereka berdua sedang duduk sambil mengobrol kan sesuatu. Kedatangan Gyuvin yang terengah-engah itu seakan mengalihkan perhatian mereka berdua.
Dengan nafas yang masih tersengal-sengal Gyuvin mengatakan sesuatu. Tangannya menunjuk ke arah taman hotel. "Pohonnya menjadi rimbun..."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑆𝑡𝑎𝑟 𝐿𝑜𝑠𝑡✔️
FantasyTaerae harus menanggung hukuman atas dosanya di masalalu, juga ia harus menemukan bintang yang bisa menuntunnya keluar dari hukuman yang selama ribuan tahun ini membelenggu jiwanya. Based on kdrama Hotel del Luna ©2023 zfnnn13_