XXI. Mimpi lagi

7 2 0
                                    

Lelah dengan kegiatannya hari ini, Hyura sampai tak sadar tertidur di ruangan miliknya. Dan lagi-lagi ia memimpikan Taerae beserta orang-orang di masa lalunya.

Hyura kali ini bisa merasakan mimpi itu, ia seolah-olah berada di tubuh seseorang. Karena didepan matanya saat ini ada Taerae, Ricky dan seorang remaja yang tadi ia seret ke hotel, Gunwook.

"Haewon noona, ini sudah aku sisihkan makanan untukmu." kata Gunwook seraya menyodorkan makanan.

Perempuan itu tersenyum, "Terima kasih Gunwook." ujarnya.

Haewon? Jadi nama perempuan itu Haewon, Hyura yang saat ini berada di tubuh Haewon tidak bisa melakukan apapun. Rasanya dia hanya bisa mengamati saja, tanpa bisa berbicara atau menggerakkan tubuhnya.

Seiring dengan berjalannya waktu, Hyura bisa melihat tatapan berbeda dari Taerae. Lelaki itu menatap Haewon penuh damba, juga perlakuannya pada Haewon begitu lembut dan istimewa. Apa jangan-jangan Taerae jatuh cinta pada Haewon?

Hyura rasanya ingin berteriak, namun tak bisa. Ingin bangunpun tak bisa, ia seakan-akan diperlihatkan bagaimana masa lalu Taerae.

'Aku harus bangun, ayo Hyura bangun.' batinnya.

"Nona Hyura!!!" seseorang berteriak, dan hal itu membuat Hyura terbangun dan sadar dari alam mimpinya.

"Maaf membuatmu terkejut." Yujin, si pelaku yang berteriak itu terlihat menyesal membangunkan Hyura dengan berteriak.

Hyura yang masih linglung itu hanya mengangguk saja, kepalanya entah kenapa terasa berdenyut sakit.

"Kau baik-baik saja nona?" tanya Yujin khawatir. Pasalnya wajah Hyura terlihat pucat, tangannya pun sejak tadi sibuk memijat pelipisnya.

"Aku baik-baik saja Yujin, hanya sedikit pusing." jawab Hyura dengan suara lirih.

"Syukurlah kalau begitu,"

"Ohhh iya, Kim sajang sudah menunggumu di lobi nona." kata Yujin memberitahu tujuannya membangunkan Hyura.

"Baik Yujin,"

🌼🌼🌼

Hyura memejamkan matanya, hal itu membuat Taerae yang fokus dengan kemudinya melirik gadis itu, wajahnya yang pucat membuatnya sedikit khawatir.

"Kamu sakit?"

Hyura melirik Taerae kemudian menggeleng, "Tidak. Aku baik-baik saja," jawabnya.

"Yakin?"

Hyura mengangguk saja, ia terlalu malas menanggapi Taerae. Namun, tiba-tiba ia teringat tentang mimpinya. Ia memutuskan untuk langsung bertanya pada orangnya langsung.

"Kim sajang, apakah kamu mengenal Haewon?" tanya Hyura.

Pertanyaan spontan dan tanpa aba-aba itu membuat Taerae terkejut, sampai ia mengerem mendadak dan membuat Hyura hampir teratuk dashboard.

"Darimana kamu tahu soal Haewon?" tanya Taerae dingin.

"Aku kembali bermimpi tentang masa lalumu sajangnim, disana aku bisa melihat ada kamu, Ricky dan Gunwook."

Taerae mencengkram kuat kemudinya, ia berusaha menahan emosinya. Ia tak boleh marah pada Hyura, gadis itu tak tahu apapun.

"Apa gadis yang kamu sukai itu, Haewon?"

Taerae sudah tidak bisa menahan emosinya lagi, ia menatap tajam Hyura. Aura menyeramkan sudah menyelimuti keduanya.

"Turun!!" titah Taerae dingin.

Hyura bingung, Taerae menyuruhnya turun? Mereka belum sampai ke tempat tujuan, lagi pula sudah larut malam begini Hyura mana berani sendiri, kecuali kalau ia sedang kesal.

"Aku tidak mau," tolak Hyura seraya menggeleng.

"Turun sekarang juga Hyura!!" titah Taerae, ia menekan semua kalimatnya.

"Aku tidak mau Sajangnim, ini sudah larut malam. Aku tidak berani,"

"AKU TIDAK PEDULI MIN HYURA, KELUAR SEKARANG ATAU AKU SERET KAMU!!!"

Deg

Mengapa Taerae semarah itu? Hanya karena dirinya bertanya mengenai Haewon? Apakah sebegitu tidak sukanya dia? Hyura pada akhirnya menurut, ia tidak mau kalau sampai Taerae menyeretnya.

Sebelum keluar dari mobil Taerae berucap, "Kamu terlalu banyak mengetahui masa laluku. Maka dari itu aku terpaksa memecatmu, gajimu akan segera kukirim. Mulai besok, kamu tidak usah datang lagi ke hotel."

Setelah Hyura keluar dari mobil, Taerae langsung melajukan mobilnya meninggalkan gadis itu. Meninggalkan Hyura yang terdiam mematung dengan jiwa yang sudah melayang entah kemana.

"Dia benar-benar memecatku?" tanyanya.

Tanpa sadar, air matanya sudah mengalir membasahi pipinya. Ia kemudian terduduk di trotoar dan menenggelamkan wajahnya dikedua lututnya, menangis sekeras mungkin.

Suasana sekitar yang sunyi itu hanya diisi oleh isakan menyayat Hyura, hatinya sakit. Sesak, dadanya terasa sangat sesak sekali. Melihat Taerae yang murka, berteriak padanya dan mengusir serta memecatnya membuat hatinya hancur.

"Mengapa sesak sekali," Hyura memukul dadanya keras.

Mago, si dewa tiba-tiba saja datang dan mendekati Hyura. Tangannya terulur untuk membantu Hyura bangun.

"Bangunlah sayang," katanya lembut.

Hyura mendongak, bisa ia lihat wajah wanita paruh baya itu. Ia lalu menerima uluran tangan itu dan bangkit, walau dirinya belum puas menangis.

"Min Hyura, aku Mago. Dewa yang mengutusmu pada Kim Taerae."

Hyura hanya bisa diam, entahlah dirinya sudah tak bisa mengeluarkan suara untuk bertanya.

Mago yang melihat Hyura yang hanya diam tersenyum kecil, ia lalu mengajak Hyura menuju taman yang tak jauh dari sana.

🌼🌼🌼

"Kau pasti punya banyak pertanyaan di kepalamu kan?" tanya Mago. Hyura diam, matanya memandang kosong kedepan.

Mago kemudian menggenggam tangan Hyura, "Kau tahu mengapa aku mengutusmu untuk Kim Taerae? Itu karena kau sudah sejak lahir ditakdirkan untuknya,"

"Kalau aku memang ditakdirkan untuknya, mengapa dia marah ketika aku bertanya tentang seseorang di masa lalunya?" Hyura membuka suara juga.

"Mungkin dia hanya belum siap untuk menceritakan masa lalunya padamu sayang. Dan mungkin juga dia tak ingin menyakiti hatimu,"

"Sebegitu cintanya kah dia dengan perempuan di masa lalunya? Dan apa aku hanyalah pelampiasannya saja?"

Mago diam, namun senyum di wajahnya terkembang. Tangannya mengelus sayang surai Hyura.

𝑆𝑡𝑎𝑟 𝐿𝑜𝑠𝑡✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang