Sepasang mata Taerae memandang penuh arti pohon sekarat didepannya. Tidak pernah bosan, telapak tangannya selalu menyentuh perlahan tekstur keras dari kulit kayu dari pohon itu. Entah mengapa perasaan Taerae akan menjadi tenang saat ia kembali ke ruangan ini sendirian.
"Kau sudah menemuinya ya?" Itu Mago yang berjalan dari balik pohon. Taerae menatapnya datar dan mengangguk sebagai jawabannya. Tidak ada yang harus ia katakan saat ini.
"Bagaimana menurutmu?" Tanya Mago.
Raut Taerae masih tetap datar. Ia mengalihkan pandangannya dari Mago kembali ke pohon didepan. "Aku tidak yakin bahwa ia lebih baik dari Jisoo."
"Ia pasti lebih baik dari semua manajer yang ada, bukan soal mengelola hotel yang baik, tetapi juga membawamu kembali." Ujar Mago. Kalimat itu membuat pemikiran Taerae buyar. Sesuatu yang sangat ia inginkan akan segera datang.
"Benarkah?"
Mago hanya mengedikkan kedua bahunya. "Sebenarnya semua jawaban akan kembali pada dirimu sendiri Kim Taerae, percaya atau tidak."
Taerae menghembuskan nafas beratnya. Selalu saja dihadapkan sebuah takdir yang tidak pasti.
"Kau sudah membukanya?" Mago mendekati Taerae yang mengangguk tatapan yang masih memandangi pohon.
"Harusnya aku membantunya saat ini, pasti ia sedang kesulitan mengatasinya." Ujar Taerae.
Mago langsung menyenggol bahu lebar itu dengan satu lengannya."Bisa-bisanya kau meninggalkannya sendirian tanpa pengawasan!"
Taerae memutar bola matanya malas. Ia terlalu malas untuk mencari gadis cerewet bernama Min Hyura itu. Tetapi jika ia tidak berada dalam pengawasannya, ia pasti telah pingsan bahkan saat ia bangun dari tidurnya.
🌼🌼🌼
Pagi ini Hyura berniat untuk mengunjungi tempat yang tertera dalam kartu yang diberikan Taerae tadi malam. Memang ia menyuruhnya untuk datang setelah matahari terbenam, tetapi ia tetap tidak akan percaya begitu saja.
Ia akan mengeceknya terlebih dahulu. Bisa saja Taerae adalah seorang pelamar kerja juga yang hanya berbohong tentang calon tempat kerja nya ini.
Setelah benar-benar terbangun sempurna, Hyura bergegas untuk menguasai kamar mandi. Ia telah menaruh peralatan mandinya dan siap untuk menyalakan shower.
Tetapi yang ia jumpai disana membuatnya lebih dari terkejut. Sebuah rambut menjulur dari atap kamar mandi yang terbuka. Hyura yang saat itu sedang mendongak lantas berteriak cukup kencang hingga Yeji hampir menumpahkan kopi.
"Kak Yeji!!!!" Hyura lantas berjengit dan segera memakai bathrobe miliknya. Ia keluar dari kamar mandi, disana terdapat Yeji yang menatapnya khawatir.
"Ada apa? Ada ular?"
Hyura menggeleng sembari masih menetralkan hembusan nafasnya yang terburu. "Aku... Aku melihat rambut di atap kamar mandi yang terbuka!"
Yeji menatap heran ke arah Hyura. Ia kemudian masuk ke kamar mandi untuk menyaksikannya sendiri. Yeji melihat plafon kamar mandinya yang berwarna putih. Ia juga memeriksa bagian yang sedikit berlubang disana. "Aku tidak melihat apapun Hyura."
"Ada, di lubang plafon itu, menjuntai sangat panjang." Hyura tidak berani untuk menatap ke dalam bilik. Tetapi saat Yeji memeriksanya lagi, tidak ada apapun disana.
"Kamu yakin?"
"Sangat yakin Kak."
Yeji menyerah untuk mencari rambut yang dimaksud Hyura. "Kamu mungkin salah lihat."
Hyura memberanikan dirinya untuk kembali mengecek lubang itu. Ia memang tidak menemukan apapun disana. Ia ini bodoh sekali, mungkin saja itu hanya khayalannya. Padahal ia tadi telah berteriak sangat keras. "Mungkin benar itu khayalanku saja."
🌼🌼🌼
Pagi itu Hyura bersemangat untuk mencari lokasi calon tempat kerja nya itu. Jika ia tidak salah, lokasi ini adalah lokasi kompleks dimana banyak gedung pencakar langit berdiri. Setidaknya itu yang dikatakan Matthew, tetangga Yeji yang kini mengantarnya menuju lokasi itu. Yeji terlalu tidak tega untuk melepasnya sendiri mencari lokasi yang tidak ia kenal.
"Tapi gedung ini sepertinya gedung kosong." Mata laki-laki itu melihat dari bawah ke atas bangunan yang cukup besar itu.
Hyura ikut melihat mengikuti arah pandang Matthew. Memang bangunan itu mirip sekali seperti hotel dengan lobi dan loteng. Tetapi memang terlihat tidak terawat. Beberapa tiangnya telah dihiasi tanaman rambat. Kaca dan lantainya sangat berdebu.
"Apa kamu yakin disini tempatnya Hyura? Aku bahkan tidak ingat ada gedung ini disini dulu."
"Disini tertulis seperti itu Matthew." Apakah ia baru saja terkena penipuan dari Taerae itu. Kemudian ia teringat kalimat Taerae untuk mengunjungi ini pada malam hari. Haruskah ia percaya dan kembali lagi nanti malam?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑆𝑡𝑎𝑟 𝐿𝑜𝑠𝑡✔️
FantasyTaerae harus menanggung hukuman atas dosanya di masalalu, juga ia harus menemukan bintang yang bisa menuntunnya keluar dari hukuman yang selama ribuan tahun ini membelenggu jiwanya. Based on kdrama Hotel del Luna ©2023 zfnnn13_