XLI. Goodbye sweetheart

10 1 0
                                    

Taerae berlari sekencang mungkin. Pikirannya saat ini hanya tertuju ke satu tempat. Satu-satunya taman yang ada di dalam hotel miliknya bekerja. Ia ingin menghilangkan semua asumsinya mengenai Haewon. Tetapi kalimat Hyura terus-menerus terngiang-ngiang di otaknya.

Kedua kaki jenjangnya telah berhasil menapak lantai lorong yang tercetak bayangan pohon yang mulai menggugurkan bunga dan daunnya. Dengan pasti, Taerae mendorong satu pasang daun pintu didepannya. Saat itu juga nafasnya tercekat. Isi perutnya terasa naik hingga membuat kerongkongannya terbakar.

Seorang wanita bersurai hitam legam berdiri tepat disamping pohon. Beberapa kelopak bunga yang jatuh enggan untuk tersangkut di rambutnya. Taerae bisa merasakan begitu lembut ribuan helai itu jika Ia mengelusnya. "Oh Haewon."

"Kim Taerae." Suara lembutnya bagaikan senandung yang Ia nantikan selama ini. Sial, luka yang dijahitnya akan kembali terbuka jika Ia mendengarkan suara Haewon. Apalagi Ia harus menatap senyuman yang masih sama seperti seribu tahun yang lalu.

Tetapi kini keelokan itu sama sekali tidak mengundang rasa kagum Taerae. Alih-alih kembali memeluk perempuan yang Ia suka dulu, Taerae hanya berdiri termenung dengan tetes air mata yang mengalir di pipinya.

Amarahnya entah kepada siapa yang Ia pendam selama ini seakan-akan bisa meledak saat ini juga. Ia bisa saja melampiaskan amarahnya itu kemanapun. Tetapi Ia tidak bisa melakukan itu.

"Apa kabar?" Haewon memulai percakapan mereka berdua terlebih dahulu. Tetapi itu sepertinya tidak disambut baik oleh Taerae.

"Langsung ke intinya saja!" Laki-laki dengan setelan jas itu menatap tajam perempuan didepannya.

"Maafkan aku soal rasa suka itu...." Perempuan itu mengambil beberapa langkah mendekat.

"Bukan, bukan itu permintaan maaf yang aku inginkan darimu." Taerae justru mundur beberapa langkah. Ia menggeleng pelan.

"Tidak, dirimu tidak seharusnya meminta maaf karena itu, salahku karena tidak pernah memberitahu kepadamu terlebih dahulu tentang bagaimana yang aku rasakan." Ia melihat wajah Haewon yang berubah menjadi kebingungan.

"Aku merelakanmu bersama Quanrui bukan tanpa alasan, Aku ingin kau berbahagia bersamanya! Bukan mengakhiri hidupmu sendiri! Tidakkah kau tahu, itu sama saja membuat pengorbananku sia-sia? Pernahkah kau berpikir berita kematianmu membuat luka di dalam diriku menjadi semakin dalam?!" Taerae mengeratkan genggaman tangannya untuk menahan luapan emosi. Haewon berkedip beberapa kali. Ia masih tetap menatap lurus ke sorot tajam Taerae dengan ekspresi datarnya.

Beberapa waktu berlalu dengan keheningan hingga suara tawa kecil milik Haewon memecahnya. "Dirimu memang tidak pernah berubah Kim Taerae, terlalu cepat menyela."

"Aku ingin meminta maaf soal rasa suka dan keegoisanku dulu, tepat seperti yang kau katakan barusan..." Perempuan itu melihat ke kedua telapak tangannya sendiri. "Aku memang sangat egois dan aku sangat menyesalinya, maka dari itu aku tidak pernah bisa kembali ke akhirat, aku hidup sebagai arwah dalam bayang-bayang kesalahan yang aku lakukan, melihatmu dan Quanrui terpuruk selalu membuatku berpikir bahwa aku layak mendapatkan reinkarnasi yang buruk di kehidupanku selanjutnya."

Haewon kembali mendekat ke arah Taerae. Tetapi kini laki-laki itu tidak bergerak sedikitpun. Mereka berdua hanya terpisahkan dua langkah saja. Pernyataan Haewon barusan membuatnya sedikit lega. Tetapi hal lain kembali mengusiknya. "Itu berarti jika Aku telah memaafkanmu, Kau akan pergi saat ini juga?"

Anggukan kepala didapatnya.

"Sungguh, kau datang hanya untuk mengatakan itu, lalu pergi meninggalkanku..." Perkataan Taerae barusan mengundang pukulan pelan didadanya. Rupanya pukulan itu berasal dari Haewon.

"Jangan bertingkah seperti anak remaja! Kau itu sudah tua, berpikirlah dewasa sedikit." Perempuan itu tersenyum manis dilanjut dengan tawanya, seolah semua ini hanya candaan belaka. Taerae ikut tertawa melupakan segala amarah yang telah menguap.

Benar saja, beberapa saat setelah mereka berdua bersenda gurau, sosok Haewon didepannya mulai terpecah menjadi bagian-bagian lebih kecil dan melayang entah kemana. "Sepertinya ini sudah waktumu untuk pergi."

Haewon tersenyum membalas Taerae. "Hyura adalah gadis yang baik, perlakukan dirinya dengan baik selama sisa hidupmu, jangan pernah menyakitinya!"

Ditengah situasi sedihnya, Taerae justru tertawa meskipun air mata semakin deras berlinang. "Aku tahu, setidaknya Ia tidak akan menikah dengan lelaki lain kan?"

"Kau menyindirku ya?" Perempuan itu menatap sebal. Ia kembali melayangkan pukulan ke arah bahu laki-laki didepannya.

Taerae merindukan semua candaan itu. Rasa sukanya terhadap Haewon memang telah terkikis. Tetapi Ia tidak pernah melupakan persahabatan mereka.

Haewon hampir tidak bisa dikenali saat ini. Sebagian besar tubuhnya telah menghilang terbawa angin entah kemana. Taerae tersenyum untuk terakhir kalinya. "Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya, Oh Haewon."

"Sampai jumpa, Kim Taerae."

𝑆𝑡𝑎𝑟 𝐿𝑜𝑠𝑡✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang