XXVI. I'm so sorry

4 1 0
                                    

Melihat Taerae yang malah termenung cukup lama membuat Hyura kesal. "Baiklah, lupakan saja! aku ingin meminta bantuanmu soal Gunwook, bisakah kamu membantunya untuk melenyapkan arwah-arwah gelap yang selalu mengikutinya?"

"Mereka mengincarnya, tidak ada yang bisa menghentikan itu, kecuali mengirimkan paksa mereka ke akhirat satu per satu." Jawab Taerae.

"Huh? Ayolah, bukankah kamu bisa melakukan itu?"

Taerae memutar bola matanya malas yang membuat Hyura kesal, seperti saat ini. "Tidak, yang bisa melakukan itu hanyalah Jiwoong, lagipula Hyura mereka itu berjumlah banyak, tidak mungkin untuk menanganinya sekaligus dalam waktu yang cepat!"

Hyura geram dengan sikap Taerae yang seakan enggan untuk menolong Gunwook. Bukankah mereka dulu berteman. Meskipun salah satunya telah bereinkarnasi, tapi mereka tetap teman bukan? Hyura menjadi ragu dengan cerita yang baru saja Taerae ceritakan itu benar atau tidak.

"Tapi mereka juga mengincarku." Taerae hendak meninggalkan Hyura di taman hotel. Tetapi langkahnya terhenti setelah mendengar kalimat Hyura barusan, ia berbalik untuk menatap Hyura sekali lagi.

"Benarkah?"

Hyura mengangguk cepat. "Setidaknya itulah yang dikatakan Gunwook."

Taerae melipat kedua tangannya didepan dada. Kedua matanya menatap pohon tua didepannya. "Kalau begitu kita harus menemui Gunwook."

🌼🌼🌼

Taerae tidak berbohong tentang perkataannya, ia benar-benar menghubungi Hyura keesokan harinya. Seperti biasa, Hyura langsung menuju ke hotel dengan status bukan sebagai manajer. Iya, Ia masih dipecat sebenarnya. Taerae belum mengulas apapun mengenai pekerjaan.

Saat Hyura hendak mendorong pintu lobi, suara klakson mobil mengejutkannya dari belakang. Ia berbalik dan melihat mobil merah telah terparkir. Jendelanya terbuka menampilkan Taerae dengan setelan kemeja yang terkesan lebih santai dari biasanya. Pria itu juga tidak memakai kacamata hitam seperti biasanya.

"Tunggu apa lagi? masuk!" Nada cuek menyebalkannya itu ternyata masih sama saja. Membuat Hyura sakit telinga. Tanpa basa-basi Ia langsung memasuki kursi penumpang di samping Taerae. Setelah itu Hyura mengenakan sabuk pengaman, Taerae melajukan mobilnya untuk membelah jalanan malam itu.

Tidak ada obrolan berarti selama perjalanan. Mereka sama-sama membisu. Hyura tidak tahu apa yang berada di pikiran Taerae, begitu juga sebaliknya. Mungkin karena Taerae masih merasa bersalah, begitu juga Hyura yang masih kesal.

Mereka sampai di tempat kediaman Gunwook. Selanjutnya mereka masih harus menaiki tangga. Rumahnya terletak di rumah susun lantai ke dua dan kamar nomor tujuh.

"Aku mengerti." Hyura yang berjalan lebih dulu terkejut dengan ucapan Taerae yang tiba-tiba.

Ia berbalik dan menatap pria itu. "Mengerti apa?"

Hyura melihat Taerae yang sedang memandang setiap sudut rumah susun itu. Pandangannya juga mengikuti Taerae. Ia sudah tidak kaget lagi dengan begitu banyaknya arwah mengerikan yang ada disana.

"Aku rasa mereka adalah kumpulan arwah dari keburukanku dan Gunwook di masa lalu." Hyura mengangkat sebelah alisnya, kebingungan.

Pandangan Taerae yang menatap tepat di salah satu sudut rusun itu terlihat sayu. Hyura dapat merasakan perubahan yang signifikan keadaan hati Taerae. "Ingat bahwa kita berdua sahabat Hyura? Setelah mendengar kalau Haewon meninggal, aku melakukan banyak hal konyol seperti menjadi pemabuk, menjarah hingga membunuh manusia tidak berdosa, aku pikir aku sudah bisa menebusnya dengan menjadi sekarat seperti sekarang, tetapi ternyata tetap tidak bisa...."

𝑆𝑡𝑎𝑟 𝐿𝑜𝑠𝑡✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang