XXV. Oh Haewon

6 2 0
                                    

Taerae terlihat berdiri sambil memandang pohon tua itu, ia terlihat menunggu kedatangan seseorang.

"Mungkin dia tidak akan datang," gumamnya seraya tersenyum kecut.

Namun, tanpa disangka-sangka Hyura datang dan berjalan menggampirinya. "Kim sajangnim?"

Taerae berbalik dan menatap Hyura, sungguh ia sangat amat bersyukur karena gadis itu mau datang. Itu artinya, Hyura masih peduli padanya bukan?

"Akhirnya kamu datang juga," ujar Taerae.

Hyura mengangguk, "Jadi bagaimana? Apa yang mau kamu ceritakan padaku?" tanyanya to the point.

Taerae tersenyum tipis, ia lalu menarik Hyura untuk duduk dibawah pohon tua itu.

"Dengarkan baik-baik ceritaku ini ya?" pintanya.

"Oh Haewon, gadis yang sudah membuat aku jatuh hati itu hanyalah gadis biasa yang merupakan dayang yang sudah menemani pangeran Shen Quanrui sejak lama. Ahh atau lebih tepatnya Ricky di masa sekarang,"

"Haewon itu gadis baik dan pemberani, dia sudah diajarkan bela diri oleh keluarga Shen sejak kecil. Jadi dia diamanatkan oleh raja dan ratu untuk menjadi pelayan anaknya, pangeran Shen."

"Kemana pun Quanrui pergi, pasti selalu ada Haewon disampingnya. Pertemuan pertamaku dengan Haewon dan Quanrui itu saat aku dan Gunwook diam-diam mencuri makanan milik mereka. Saat itu aku dan Gunwook yang sudah tak memiliki orang tua sangat kelaparan,"

"Kita berdua ketahuan oleh Haewon, gadis itu langsung saja menyerangku dan Gunwook. Dia sangat hebat, bahkan bisa melumpuhkan Gunwook dalam sekejap. Aku disana sangat kagum, walau begitu aku tetap melawannya. Hingga akhirnya aku menjelaskan alasanku dan Gunwook mencuri,"

"Haewon yang mendengar itu tak gentar, dia ingin membawaku dan Gunwook pada raja. Namun Quanrui melarangnya, ia dengan baik hati memberi kita makanan dan minuman. Bahkan baju yang layak pakai untukku dan Gunwook, dan mulai saat itulah kami berempat menjadi dekat dan sering bertemu."

Taerae melirik Hyura, gadis itu memeluk kedua lututnya.

"Lanjutkan, aku mendengarnya kok."

"Baiklah, beberapa waktu berlalu. Aku mulai sadar kalau aku menyukai Haewon, aku sudah jatuh cinta padanya bahkan saat pertama kali kita bertemu. Namun, aku sadar kalau aku ini bukan siapa-siapa. Hanyalah orang biasa yang bahkan tidak jelas asal-usulnya,"

"Aku sering bercerita pada Gunwook bagaimana perasaanku pada Haewon, aku menceritakan semua yang aku rasa. Dan Gunwook dengan senang hati mendengarkannya, ia berkata padaku untuk mengajak Haewon berjalan-jalan dan berbicara mengenai perasaanku."

"Dan tentu saja aku menolak sarannya itu, aku tidak seberani itu untuk mengungkapkannya pada Haewon. Aku takut kalau gadis itu akan menjauh dan merasa canggung,"

"Dan pada akhirnya aku tetap memendam rasa itu, cukup dengan melihat senyum di wajah cantiknya pun aku sudah bahagia. Cukup melihatnya bahagia pun aku ikut bahagia, tak apa selama tidak ada yang menyakitinya."

Taerae berdehem pelan, ia mengambil dua gelas minuman yang sudah sejak tadi ada di meja. Ia menyodorkannya satu pada Hyura.

"Minum," katanya.

Hyura menerimanya dan meminum sedikit, begitupun dengan Taerae. Tenggorokan pria itu terasa sedikit kering karena bercerita.

"Aku lanjutkan ya?" Hyura mengangguk.

"Suatu hari, sebuah kabar besar tersebar. Pangeran Shen dijodohkan dengan Haewon, orang yang selama ini menjadi pelayan setianya. Tentu saja hal itu membuat kaget seluruh masyarakat, termasuk aku dan Gunwook. Kabar itu bak petir di siang bolong, hatiku hancur lebur."

"Haewon lalu menemuiku dan menceritakan tentang dirinya yang sudah sejak lama mengagumi Quanrui dan perlahan jatuh cinta pada si pangeran, aku yang mendengar hal itu hanya bisa tersenyum pahit. Berusaha untuk mengayomi dan ikut senang mendengar kalau mereka dijodohkan,"

"Setelah hari itu, aku merasa sedih, hancur dan patah. Beberapa hari aku menyendiri dan tak ingin menemui siapapun. Sampai Gunwook datang dan membawa cerita yang sangat penting. Dia bercerita kalau Quanrui sama sekali tak mencintai Haewon, dia hanya menganggap gadis itu sebagai teman juga kakaknya."

"Aku terdiam mendengar hal itu, dan saat itu juga aku berniat untuk menemui Quanrui dan membicarakan Haewon bersamanya. Aku ingin mendengar langsung dari mulutnya dan memang benar, dia sama sekali tak menyukai Haewon. Bahkan ia sudah berusaha dengan keras membatalkan perjodohan itu. Namun sayangnya raja dan ratu tidak memedulikannya,"

"Quanrui berusaha untuk berbicara pada Haewon juga, namun gadis itu tetap teguh pendiriannya. Dia bilang tak apa jika Quanrui belum menyukainya, mungkin nanti setelah mereka menikah Quanrui akan mencintainya dengan setulus hati."

"Waktu terus berjalan sampai akhirnya tibalah hari dimana Quanrui akan menikah dengan Haewon, saat itu aku dan Gunwook diundang ke acara pernikahan mereka. Namun, aku memutuskan untuk tidak datang. Aku tidak akan sanggup melihat gadis pujaanku menikah dengan orang lain yang bahkan tidak mencintainya,"

"Pernikahan mereka berjalan lancar, pesta besar diadakan selama tiga hari berturut-turut. Semua bersorak-sorai merayakan kebahagiaan dua insan yang sudah resmi itu. Namun tidak dengan aku, aku memilih menjauh dari semua itu untuk menyembuhkan hatiku."

"Bertahun-tahun lamanya aku pergi berkelana, menjauhkan diri dari mereka yang membuat hatiku terluka. Aku kembali dengan hati yang mulai sembuh, sebelum akhirnya aku mendapat kabar duka dari Gunwook. Haewon meninggal dunia setahun setelah ia menikah dengan Quanrui, hatiku yang masih basah oleh luka kembali terluka."

"Orang yang aku cintai mati? Setelah menikah dengan Quanrui? Tentu saja aku marah pada sang pangeran, langsung saja aku datangi dirinya dan bertanya perihal Haewon. Namun ia tak pernah mau bercerita, ia selalu menghindari topik mengenai Haewon."

"Suatu hari, Quanrui mengajak aku dan Gunwook untuk berjalan-jalan di hutan. Ternyata dia berniat untuk menceritakan bagaimana bisa Haewon meninggal dunia. Dia bilang kalau memang dirinya tak mencintai Haewon, namun sebisa mungkin ia memperlakukan Haewon bak istri yang sangat ia sayangi dan cintai."

"Sampai suatu hari, raja dan ratu bertanya apakah Haewon sudah hamil atau belum. Karena mereka sangat mengharapkan cucu dari gadis itu, namun Haewon menjawab belum. Beberapa bulan kemudian, ia belum menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Beberapa tabib diutus untuk memeriksa Haewon dan ternyata gadis itu dinyatakan mandul. Hal itu tentu saja membuat Haewon sedih,"

"Ia bahkan sampai bersujud meminta maaf pada Quanrui, sang pangeran tak mempermasalahkan hal itu. Ia tak keberatan sama sekali jikalau Haewon memang tak bisa memberikannya keturunan, namun hal itu bertentangan dengan raja dan ratu. Mereka ingin cucu dari anak semata wayang mereka,"

Taerae menatap Hyura, gadis itu terlihat menatapnya juga. "Kamu pasti bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya," ucapnya.

"Quanrui menikahi gadis lain?" Taerae mengangguk.

"Ya benar sekali, kedua orang tuanya kembali menjodohkan anaknya dengan seorang perempuan bernama Ning Yizhou, anak dari seorang perdana menteri."

"Kelanjutannya seperti yang sudah kamu duga, tak ada yang meleset."

"Haewon stres karena Yizhou menikah dengan Quanrui dan mempunyai anak darinya? Kemudian bunuh diri?" ujar Hyura menebak alur cerita kehidupan Haewon.

"Iya, awalnya semua orang mengira kalau Haewon mengakhiri hidupnya sendiri. Namun setelah beberapa tahun akhirnya semua terungkap kalau Haewon dibunuh oleh Yizhou, gadis itu tak menyukai Haewon. Quanrui yang memang mengetahui hal itu hanya bisa diam, dia diancam oleh Yizhou."

"Dan pada akhirnya Yizhou harus mendapatkan balasannya, ia dihukum gantung oleh kerajaan dihadapan semua orang, termasuk ayahnya."

Taerae lalu menatap Hyura, "Sekarang sudah jelas bukan? Kamu sudah mengetahui siapa itu Haewon, apa ada yang ingin kamu tanyakan?"

Hyura diam sejenak, "Jadi karena kamu sangat mencintai Haewon, bahkan sampai kamu menganggap aku sebagai dia? Dan itu artinya kamu tidak benar-benar mencintaiku kan?"

Taerae diam membisu, bagaimana caranya ia menjawab pertanyaan itu. Sebuah pertanyaan sederhana namun membuat dirinya bingung.

𝑆𝑡𝑎𝑟 𝐿𝑜𝑠𝑡✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang