Pagi ini terasa sedikit berbeda karena Ara dan Shani sudah berada di bandara international untuk melakukan penerbangan menuju pulau Bali keduanya memakai pakaian kasual yang terlihat lebih santai keduanya diantar khusus oleh Kinal dan Veranda guna memastikan anak anak mereka
"Ra awas jaga shani disana!" Bisik Kinal Ara mengangguk
"Ya pasti lah pah" Kinal menepuk bahu Ara
"Kalo ada apa apa papah yang gantung kamu" Ara memutar bola matanya
"Pah anak papah tuh shani atau ara sih?" Tanyanya heran
"Kamu kaya gaada pertanyaan yang bermanfaat aja!" Ujarnya menggeplak kepala belakang Ara
"Ra cepet dong keburu boarding nanti!" Kedunya menoleh pada Veranda yang sudah mengencangkan alisnya
"Iya mah" Ara mempercepat jalannya hingga berada di samping Shani
Setelah berpamitan kepada keduanya Ara dan Shani memasuki gate mereka yang sudah tertera dalam tiket, mereka tak menunggu lama karena keduannya langsung memasuki pesawat yang sebentar lagi akan take off mereka berdua menumpangi pesawat dengan Bussines Class dengan kisaran harga 18 juta rupiah per orangnya
Ara membiarkan Shani duduk di dekat jendela sedangkan dia yang berada di sisi lain dari awal mereka mendudukan diri di kursi pesawat Shani tak melepaskan headphonenya dan tidak menurunkan sama sekali buku yang ia baca berbeda dengan Ara yang memilih untuk memejamkan matanya dan mengatur kursi yang ia duduki agar nyaman untuk tidurnya
Pesawat yang mereka tumpangi sudah take off perjalanan mereka kali ini tak membutuhkan waktu banyak hanya 2-3 jam Shani menghela nafas sedikit merasa bosan ia melirik ke arah jendela dimana dia bisa melihat hamparan langit yang luas bibirnya tertarik melihat indahnya ciptaan tuhan yang selalu ia kagumi
Shani beralih melirik Ara yang sudah terlelap tidur dia sedikit menggeleng Ara dan tidurnya benar benar tak bisa dipisahkan sikapnya sangat berbanding terbalik dengan Gracio yang lebih menjaga wibawanya dan Ara yang bersikap apa adanya pikirannya melayang pada perkataan Ara semalam apa maksud manusia ini jika harus Shani berkata jujur ia tidak akan pernah membuka hatinya kembali untuk siapapun tidak ada yang akan mampu menggantikan sosok Gracio di dalam hatinya itu pikiran Shani tapi ia tidak akan pernah tau bagaimana takdir berjalan nanti
"Gue gabisa kaya gini mir gue mau kasih tau ara tapi keadaannya sulit apa yang harus gue bilang sama dia kalo nanti dia pulang!" Mira menghela nafas menyilangkan kedua tangannya sedari tadi Oniel merecoki dirinya dengan bergerak seperti setrikaan di depannya
"Niel kaka lo gaakan bisa hancurin karir zee lo lupa kalo bokap dia jaksa agung negeri ini" Oniel menggeleng tak setuju ia mendudukan dirinya di depan Mira kasar
"Ga lo gatau jinan mir dia bisa lakuin apa aja!" Mira terkekeh meremehkan ucapan Oniel
"Niel jinan gaakan tau sekalipun lo kasih tau ara asal ara tetep tutup mulut!" Oniel mengerutkan keningnya
"Maksudnya?" Tanyanya bingung
"Lo bakal aman kasih tau ara tapi buat dia janji dulu kalo dia gaakan kasih tau istrinya sama keluarganya atau bahkan siapapun" ujar Mira tersenyum licik Oniel menggebrak meja Mira lalu bersorak girang
"Kenapa lo ga bilang dari kemarin sih anjing!" Balas Oniel mengguncang tubuh Mira
"Lo nya aja bego kaya gitu aja ga kepikiran" Oniel berdesis tetapi ia tetap tersenyum pada Mira yang sudah memberikannya ide cemerlang
"Btw jawaban ka sisca gimana udah dapet?" Oniel mengangguk dengan cengirannya
"Kenapa diterima?" Oniel menggeleng jelas Mira melempar sebuah buku padanya