Seharian ini Shani menghabiskan waktu mengobrol bersama Gracio di rooftop rumah mereka ditemani segelas ice kopi dan juga cemilan favorit mereka berdua, meskipun sejujurnya ada perasan mengganjal ketika melihat Ara pergi tadi Shani beberapakali mengecek ponselnya barangkali ada pesan singkat dari Ara namun hasilnya nihil
Shani dan Gracio sama-sama berbagi cerita apa yang mereka alami ketika keduanya dipisahkan oleh jarak dan waktu, Gracio menarik Shani bersandar di atas dadanya sambil memandang lurus ke arah depan mereka bisa melihat indahnya pegunungan yang mengelilingi tempat tinggalnya meskipun dari jarak yang sangat jauh
"Aku sempet khawatir gimana kalo aku harus kehilangan kamu aku pikir orang tua kita gaakan semudah ini buat setuju sama keputusan kita" Shani tersenyum tipis mendongkak menatap Gracio
"Maafin aku sayang!" Ujarnya lagi mendaratkan kecupan di pucuk kepala Shani
"Kita ga perlu bahas apapun lagi apa yang udah kita lalui" Gracio mengangguk ia mengeratkan pelukannya pada Shani rasanya sangat tenang
"So kapan kamu minta cerai sama ara?" Shani melunturkan senyumannya ia menelan salivanya sendiri
"Secepatnya, aku harus cari waktu yang tepat buat bicara sama dia" Gracio memberikan senyuman manisnya ia memejamkan matanya ketika menyatukan kepalanya dengan kepala Shani
"Gre!" Panggil Shani ia sedikit menarik dirinya guna menatap wajah Gracio sejujurnya Shani ragu untuk mengatakan ini tapi Gracio juga harus tau sebelum ia memantapkan keputusannya
"Kamu yakin mau menikah dengan aku?" Kening Gracio sedikit mengerut ia menatap Shani yang terlihat gugup
"Kenapa kamu nanya gitu sayang? Aku sangat yakin!" Gracio mengusap wajah Shani
"Bukan hanya kamu yang mengkhianati aku, kalo kamu berpikir aku ga pernah ngelakuin apapun dengan ara kamu salah!" Raut wajah Gracio sontak berubah tetapi dengan cepat ia berusaha mengendalikan dirinya sendiri
"Maksud kamu?" Tanya Gracio menatap Shani
"Kamu tau maksud aku, maaf gee" Gracio berusaha mengukir senyumannya ia memeluk Shani mengusap air matanya cepat tak ingin Shani melihatnya
"Gapapa sayang kita sama sama punya kesalahan!" Diam diam Gracio mengepalkan tangannya sendiri ia membenci Ara mulai sekarang, ia akan memberinya pelajaran nanti
Ara memasuki rumah dengan membawa seluruh barang barang yang mereka beli ia menyuruh Anin untuk istirahat ke atas sementara dirinya celingukan karena rumah tampak sepi Ara menyambar map foto hasil USG Anin ia berjalan ke halaman belakang dimana tempat seluruh markas peliharaan Kinal
"Pah liat poto cucu papah!" Seru Ara berlarian kecil, Kinal menoleh tersenyum sumringah pada Ara
"Lah udah ada fotonya?" Ara berdecak membuka amplop coklat itu
"Bukan pah hasil usg maksudnya" keduanya sama sama tertawa Ara menyerahkan foto-foto itu pada Kinal
Kinal memperlihatkannya satu per satu ia sedikit meneteskan air matanya ternyata dirinya sudah semakin tua anak - anak yang mereka besarkan sudah mulai memberikannya cucu Ara juga menjelaskannya satu per satu seperti yang dokter katakan kepadanya membuat Kinal terkekeh rumah ini akan ramai dengan suara tangisan bayi nanti
"Ra maafin papah!" Kinal berhamburan memeluk Ara ia menumpahkan rasa bersalahnya pada Ara saat itu juga
"Gapapa pah ara ga nyesel pernah papah suruh buat nikahin shani!" Ara mengusap punggung Kinal ia menjadi ikut menangis sekarang, tetapi tak lama Ara terkekeh di tengah tangisannya
"Papah ga berdaya dengan janji papah sendiri!" Kinal menepuk pundak Ara yang tak berhenti mengusap punggungnya
"Ara cuma minta pastiin gracio tetep tanggung jawab sama anaknya nanti!" Kinal mengangguk mengusap air matanya yang tak berhenti menetes ia sadar sudah bersikap tidak adil pada kedua anak lelakinya