TL 21

1.1K 159 78
                                    

Anin tengah berkutat di dapur menyiapkan makan siang mereka berdua, Gracio tidak berangkat ke kantor hari ini ia masih terlelap di kamar setelah kejadian itu keduanya sama sama belum bicara hanya seperlunya saja. Anin menjadi sedikit lebih pendiam rasa sakit hatinya atas ucapan Gracio belum sepenuhnya hilang

"Oke, i'm going there now!" Anin menatap Gracio yang turun dengan pakaian rapih dan sedikit tergesa gesa

"Kemana gree?" Tanya Anin tanpa mengalihkan tatapannya dari masakannya

"Aku pergi ke kantor sekarang"

"Aku udah masak, makan dulu" Gracio berjalan menyambar kunci mobilnya kemudian berhenti di depan Anin

"Aku bisa makan diluar" ujarnya kemudian berjalan ke arah pintu apartemen mereka tetapi sebelum memutar knop pintu Gracio menghentikan pergerakannya dan menoleh pada Anin

"Oh iya satu lagi, jangan tungguin aku pulang!"

Anin memejamkan matanya ketika pintu dibanting sedikit keras ia menghembuskan nafas gusar entahlah kepercayaannya hilang pada Gracio sekarang apa Anin harus percaya bahwa Gracio mempunyai urusan di kantor atau ternyata Gracio menguruskan urusan yang lain

Sampai kapan Anin harus hidup seperti ini tetapi ia juga tak ingin mengakhiri pernikahannya ia masih memikirkan anaknya nanti Anin tak mau jika anaknya harus hidup tanpa sosok ayah sedikitpun, Anin mematikan kompornya kemudian membawa ponselnya dan mencari kontak Cindy disana

"Hallo cin" belum apa apa suara Anin sudah parau terlebih dahulu jauh di sana kening Cindy mengerut bingung

"Hai nin, everything is fine right?" Anin menggeleng meskipun Cindy tidak bisa mendengarnya tangsinya pecah

"Gue bingung cin harus cerita sama siapa gue capek!" Cindy ikut merenggut mendengar suara pilu dari Anin hatinya ikut sesak

"Kenapa nin ada masalah? Lo berantem sama gracio?" Cindy bertanya dengan hati hati

"Gracio selingkuh cin dia tidur sama karyawan di kantornya!"

"WHAT THE FUCK!" teriak Cindy menggelegar membuat Jinan juga terperanjat menghampiri Cindy yang mengisyaratkan untuk diam terlebih dahulu

"Sekarang gue bingung cin harus gimana!" Anin terduduk lemas di sofa ia menompang dahinya frustasi

"Nin harusnya lo ga boleh stress inget lo lagi hamil gue gamau janin lo kenapa napa, sekarang lo tenang sore ini gue sama jinan flight kesana kita mutusin buat percepat penerbangannya ga jadi minggu depan!"

Anin terus terisak pilu membuat Cindy mengepalkan tangannya ia tak akan pernah menerima perlakuan Gracio pada Anin yang satu ini

"Iya cin makasih" Anin mematikan panggilan mereka sepihak ia menenggelamkan wajahnya di atas lipatan tangannya sendiri

"Ada apasih?" Tanya Jinan, Cindy tak menjawab ia memukul dada Jinan terlebih dahulu

"Gracio, temen kamu yang brengsek itu tidur sana karyawan di kantornya dan sekarang mereka berdua berantem dari suaranya anin stress banget, kamu tau kan?!" Jinan memijat pelipisnya pelan kemudian mengangguk

"KENAPA KAMU GA MARAHIN TEMEN KAMU ITU!" Teriak Cindy Jinan sedikit memegang kupingnya suara Cindy lebih melengking dibanding suara toa ibu ibu senam di luar sana

"Cindy aku juga shok makannya aku percepat penerbangan kita ke paris!" Jelas Jinan Cindy tak mendengarnya ia menabrak Jinan untuk kembali masuk ke kamarnya kemudian mempercepat packing barang barangnya

Marah. hanya itu yang Cindy rasakan semua pria sama saja pikir Cindy saling menutupi kesalahan mereka sekarang ia khawatir dengan kondisi Anin takut terjadi apa apa apalagi pada anak dalam kandungannya



TWO LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang