TL 23

1.1K 169 72
                                    

Jet pribadi yang ditumpangi Gracio, Jinan, Cindy, dan Anin landing sekitar pukul 6.20 pagi di bandara international Soekarno-Hatta penerbangan yang sangat lancar bahkan tidak ada turbulensi sedikitpun, sepanjang penerbangan tak ada obrolan berarti Gracio terlihat enggan membuka mulutnya ia menyibukan diri dengan ponselnya sedangkan Anin memilih untuk tidur ditemani Cindy tentunya menyisakan Jinan yang tak berhenti menyeduh kopi matanya menolak untuk terpejam ia hanya tertidur beberapa jam tadi

Jinan sudah menghubungi bodyguard untuk menjemputnya di bandara sedikit menimbulkan pertanyaan ayahnya karena Jinan pulang cepat padahal dia mengatakan akan berlibur di sana, setelah mengurusi bagasi dan yang lainnya mereka langsung masuk ke dalam mobil Alphard milik keluarga Jinan membawanya pergi ke kediaman keluarga Warly

Tak ada yang terpikirkan di dalam diri Gracio kecuali Shani ia merasakan pengkhianatan yang dilakukan oleh keluarganya sendiri berkali kali Gracio menahan agar air matanya tidak jatuh ketika membayangkan bagaimana adiknya sendiri bersanding dengan kekasihnya

"Gre secepatnya kasih tau keluarga anin kalo kalian udah disini" Gracio hanya berdeham melirik Jinan menggunakan ujung matanya

"Makasih nan udah bantu gue sejauh ini tapi kayanya gue masih butuh bantuan lo" Jinan tersenyum kecil

"Anything" balas Jinan

Cindy melirik Anin yang sepertinya masih jet lag sejujurnya ia khawatir dengan kondisi Anin karena dalam kondisi hamil seperti ini dia harus terbang dengan waktu yang cukup lama Cindy melirik Jinan dan Gracio bergantian waktunya akan tiba menyaksikan kehancuran dari keluarga yang memiliki pengaruh besar di dunia bisnis. Cindy menghela nafas panjang semoga apapun yang terjadi kedepannya semuanya akan tetap baik baik saja dan tidak ada yang harus mengorbankan diri lagi demi sebuah kepentingan pribadi

Sepanjang jalan mereka di temani musik yang terputar di radio Gracio menatap jalanan ia tersenyum kecil tak menyangka akan pulang dengan waktu yang lebih cepat di banding prediksinya, Gracio menggeser satu per satu foto Shani di galerinya ia yakin Shani tidak pernah mencintai Ara bukan hal yang sulit untuk kembali memiliki Shani lagipula apa yang sudah menjadi miliknya tidak boleh menjadi milik orang lain

"Good morning" Shani tersenyum kecil menarik selimutnya

"Morning ra" Ara mengeratkan pelukannya ia merasa cuaca sedikit lebih dingin dari biasanya

Ara sedikit mengangkat kepalanya hanya untuk menatap Shani, Ara menatap Shani sedikit lama dengan senyuman tipisnya membuat Shani reflek mengangkat tangannya dan menutupi wajah Ara

"Stop liatin aku!" Ujar Shani sejujurnya dia sedikit salah tingkah itu membuat Ara tertawa kecil kemudian mendaratkan kecupan singkat di bibir Shani

"Morning kiss!" sambar Ara sebelum Shani melayangkan sebuah protes

Wajah Shani bersemu merah ia mendengus kala Ara memunggunginya begitu saja Shani melirik jam dinding yang menggantung di sana mereka sudah sedikit terlambat tapi untung saja tak ada meeting penting apapun, tapi Ara entahlah dia malah kembali memeluk guling dan memejamkan matanya membuat Shani terheran heran dengan kebiasaan Ara yang satu ini

"Raa!" Shani menarik kaos Ara agar kembali berbalik dan itu berhasil membuat Ara terlentang kembali

Setengah tubuh Shani bertumpu di atas Ara kedua tangannya berada di atas dada Ara tanpa aba aba terlebih dahulu Shani mendaratkan bibirnya di atas bibir Ara dan sedikit melumatnya mata Ara yang semula terpejam seketika terbuka ia terkejut dengan serangan tiba-tiba Shani

Ara tersenyum tipis membalas lumatan bibir Shani ciuman yang begitu lembut dengan ritme yang pelan tangan Ara bergerak menarik tubuh Shani agar berada di atasnya dengan sempurna kemudian melingkarkan nya atas di pinggang Shani

TWO LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang