Setelah Shani pergi semalaman Ara ditemani oleh Mira karena Oniel menghabiskan waktunya bersama Sisca ia tak banyak bertanya saat melihat Ara yang terlihat sedih juga Shani yang tiba-tiba menyuruhnya untuk menemani Ara, jika bukan karena pengaruh obat tidur mungkin Ara tidak akan bisa tidur semalaman fakta baru yang ia dengar menyeretnya pada rasa kebimbangan yang luar bisa senang, sedih, kecewa, marah semuanya bercampur menjadi satu ketika mendengar semua pengakuan Shani
Begitupun Shani keadannya tak jauh lebih baik ia sama-sama hancur, Shani memilih pulang ke apartemen miliknya sendiri karena jika Shani pulang ia takut bertemu dengan orang rumah, disana Shani menangis sejadi-jadinya semalaman penuh dan tertidur saat jam menunjukan pukul 4 dini hari karena tak ada yang bisa ia lakukan untuk meratapi penyesalannya kecuali dengan menumpahkan air matanya sendiri
Harusnya hari ini Shani berangkat ke kantor tapi matahari sudah beranjak pun Shani masih terlelap dari tidurnya, mata Shani mengerjap berusaha menyesuaikan dengan cahaya yang masuk dari jendela apartemennya Shani sedikit menggeliat ia melirik jam dinding yang menggantung tangannya langsung menyambar ponsel miliknya benar saja banyak sekali panggilan tak terjawab dari Indah
"Hallo indah, gimana pertemuannya bisa dihandle?"
"Bisa bu kebetulan pak stefen sedikit ada kendala jadi masih ada waktu sekitar 2 jam bu"
"Baik, saya kesana sekarang"
Tut!
Keadaan masih berpihak kepadanya Shani buru-buru memacu mobilnya menuju mansion keluarga Warly ia akan bersiap cepat dan pergi ke kantornya. Di rumah sakit Ara baru saja selesai dari kamar mandi ia kembali berjalan menuju ranjangnya di bantu oleh Chika karena Ara sudah menyuruh Mira pulang untuk tidur dan beristirahat
"Bagus banget ra kamu udah bisa jalan" Ara memegangi perut kirinya
"Tapi rasanya sakit semua" Chika tersenyum membantu Ara untuk kembali berbaring
"Gapapa wajar kok, berangsurnya waktu semuanya akan pulih kembali" Ara menatap Chika sejenak
"Chika, kenapa kamu menikah dengan vivi?" Chika tertegun kapan Ara mengetahui semuanya
"Ra aku gabisa jelasin semuanya, tapi kamu sudah mencintai ka shani dia ga sepenuhnya salah ra wanita mana yang akan baik-baik saja ditinggalkan oleh kekasihnya di hari pernikahannya" jelas Chika sangat lembut
"Ka shani melakukan kesalahan demi kesalahan karena hidupnya pasti hancur ka gracio kecelakaan sama ka anin sampe ka anin hamil, ka gracio kabur satu hari sebelum akad nikah itu sebabnya keluarga ka shani marah akhirnya kamu yang menggantikan ka gracio" Ara terdiam mendengarnya sekarang jantungnya berdebar pantas saja ia ikut merasa sakit hati saat melihat Shani menangis kemarin malam
"Dia juga sudah mencintai kamu hanya saja ka shani enggan mengakui perasaannya sendiri" Chika tersenyum mengusap surai rambut Ara
"Tapi dia tetap menceraikan aku chik" ujar Ara sedikit tak terima karena ia kesal semalam ketika pengakuan Shani disusul dengan pernyataannya yang akan tetap menceraikan Ara
"Terus, kamu mau biarin rencana dia berjalan gitu aja?" Ara berdeham kemudian menggeleng kecil
"Maksudnya aku gatau sama perasaan aku sekarang" ujar Ara lagi Chika malah terkekeh mendengarnya, ternyata Ara dan Shani sama saja pantas mereka tak pernah berada di titik tengah
"Kamu bisa bangun semuanya dari awal ra, jangan lepasin ka shani aku yang jadi saksi ka shani nangis tiap malem gara-gara kamu, gaada hubungan yang sempurna di dunia ini ra anggap aja semua masalalu yang kalian lewati adalah ujian untuk menyadarkan kamu dan ka shani kalo kalian saling membutuhkan satu sama lain" Ara membawa tangan Chika menggenggamnya erat