TL 39

1.3K 216 182
                                    

Shani baru saja selesai membersihkan dirinya sendiri lalu merapikan pakaian kotornya. Hari ini adalah weekend jadilah ia tidak ke kantor karena waktunya untuk berlibur menunggu Ara, Shani sedikit mepoles wajahnya lalu menata rambutnya sendiri tepat saat Shani selesai dengan aktivitasnya dokter Melati masuk dengan dua orang perawat di belakangnya keduanya langsung mengecek semua alat yang menempel di tubuh Ara sedangkan dokter melati sendiri menyuntikkan obat ke kantung infusan Ara

"Gimana keadaan ara dok?" Dokter Melati tersenyum

"Perkembangannya cukup baik bu, hanya saja memang kita tidak bisa memprediksi kapan pasien akan siuman tapi jangan pernah bosan mengajak bicara mereka masih bisa mendengar apa yang kita bicarakan" Shani mengangguk menghela nafas lega

"Baik, makasih dok"

"Kalo gitu saya permisi bu"

Tepat saat Melati keluar Veranda dan Kinal datang di belakangnya diikuti Gracio dan Anin, tatapan Gracio dan Shani bertemu membuat Shani sedikit menghela nafas dan memutusnya terlebih dahulu ia baru melihat Gracio lagi setelah malam itu, atau lebih tepatanya Shani memang menghindari Gracio beberapa kali Gracio mengajaknya bertemu tapi Shani selalu dengan penolakannya

"Sarapan dulu shan!" Anin mengangkat kotak bekal yang ia bawa perut perempuan itu semakin hari semakin membulat

"Repot-repot nin padahal gapapa loh" Shani menghampiri Anin yang duduk di sofa sedangkan Kinal, Gracio, dan Veranda duduk di sofa yang lain

"Makan dulu shan kamu gaboleh ikut sakit!" Peringat Veranda, Gracio mengatupkan rahangnya ia mengamati Ara yang masih terbaring tak sadarkan diri, kepala Gracio berangsur tertunduk ia menarik nafas dalam-dalam

"Iya mah" Shani membuka kotak yang Anin berikan ia mula menyantapnya atau Veranda dan Anin akan kembali mengomelinya

Di luar rumah sakit ada Zee yang ditinggalkan oleh Mira dan Oniel berjalan mendahuluinya ia terus mencegah Fiony untuk ikut masuk ke dalam rumah sakit, Zee takut dia berbuat sesuatu diluar nalar karena saat ini Fiony membawa tas berwarna pinknya itu adalah tas dinasnya

"Minggir sekarang juga atau aku akan menendang burung kamu dengan heels aku!" Ancam Fiony, Zee tak takut ia malah merentangkan tangannya di depan Fiony

"Jelasin tujuan lo kesini, sebagai kuasa hukum ara harusnya kita gausah bahas perceraian mereka karena gue keberatan!" Fiony menyilangkan kedua tangannya seraya menggelengkan kepalanya

"Ini akan menentukan masa depan aku kalo mereka ga jadi cerai maka aku akan jadi pelakor!" Zee mendengus bercakak pinggang menatap Fiony

"Gila lo?! Ara belum siuman jadi mending sekarang lo pergi karena ka shani pasti bakal batalin gugatan cerainya!" Balas Zee dengan percaya diri membuat Fiony membulatkan matanya

"APA?!" Zee mengangguk anggukan kepalanya dengan senyuman menyebalkan andalannya

"Ini gabisa dibiarkan aku harus dapat tanda tangan ara, sekarang kamu minggir!" Fiony hendak berlari tetapi Zee menahannya dengan kedua tangan lebarnya

"Sebentar lagi aku ada sidang jadi mending kamu minggir zean abraham!" Kesal Fiony tetapi Zee adalah Zee ia malah semakin senang melihat Fiony yang tersulut emosi

Tak jauh dari sana ada Ashel yang memperhatikan mereka berdua sedari tadi kedua alis Ashel bertemu melihat Zee yang tertawa lebar menahan Fiony agar tak masuk ke dalam dia sedikit diserang rasa tak suka melihat pemandangan di depannya benak Ashel bertanya tanya siapa perempuan yang mempunyai paras cantik itu jika dilihat lihat sepertinya ia adalah keturunan Jepang

Kring!

Fiony menatap Zee tajam setelah melihat siapa yang melakukan panggilan kepadanya itu adalah kliennya saat ini yang akan sidang sebentar lagi, Fiony berdeham menetralkan suaranya membuat Zee melipat bibirnya menahan tawanya sendiri

TWO LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang