TL 43

1K 143 38
                                    

Setelah kejadian itu hubungan Ara dan Shani sedikit renggang atau lebih tepatnya Shani yang menghindari Ara, bukan apa-apa Shani merasa sangat bersalah dengan Ara ditambah melihat diagnosa Ara yang mengalami post traumatic stress disorder dan penyebab utamanya adalah dirinya sendiri, Shani sudah berpikir kembali untuk menghubungi Fiony jalan tengah untuk mereka berdua memang seharusnya berpisah

Lain dengan Ara ternyata di diami oleh Shani lebih buruk daripada bayangan sialan itu menghampiri dirinya, Ara menjadi marah bercampur kesal kepada dirinya sendiri ia menyesali keputusannya untuk datang ke dokter psikologi itu. Sudah beberapa hari Ara berusaha membujuk Shani tapi hasilnya masih nihil Ara juga merasa bersalah karena dirinya Shani sering kali menangis tengah malam, tanpa sepengetahuan Shani Ara tau semuanya

"Shan hari ini mobil kamu di servis!" Ara mempercepat langkahnya menyusul Shani yang sudah berjalan menuju parkiran

"Yaudah kalo gitu aku bisa minta anter pa asep!" Shani hendak berjalan ke arah belakang tapi langkahnya di tahan oleh Ara

"Berangkat bareng aku" Shani menatap tangan Ara yang menggenggam kedua tangannya

"Maaf aku gabisa ra, kamu mending duluan takut telat" Shani tersenyum tipis pada Ara dan melepaskan genggaman tangan Ara halus

"Shan tapi--"

"Hati-hati ya jangan ngebut!"

Ara menghela nafas melihat Shani melewatinya begitu saja, dengan langkah lesu Ara berjalan menuju mobilnya dan pergi meninggalkan pekarangan rumahnya. Tanpa Ara ketahui Shani tidak benar-benar pergi ia menunggu hingga mobil Ara tak terlihat lagi dari sana

"Shan kamu ngapain?" Shani sedikit terperanjat mendengar suara Gracio, ia membalikan tubuhnya benar saja Gracio berdiri tepat di belakangnya

"Gapapa" jawab Shani, Gracio menoleh ke segala penjuru arah lalu kembali menatap Shani

"Kenapa belum berangkat ke kantor, mau aku antar?" Tanya Gracio sedikit excited ia seakan lupa keadaan mereka sekarang

"Makasih gee, aku sama pa asep aja" jawaban Shani membuat senyuman Gracio luntur ia menghela nafasnya berat

"Kamu yakin sama keputusan kamu sendiri? Setelah semua yang udah kita lalui kamu benar-benar mencintai ara? Atau kamu hanya merasa bersalah sama dia?!" Tanya Gracio menggebu-gebu

Sejujurnya Gracio masih sedikit tak terima dia menghabiskan waktunya dengan Shani bertahun-tahun dan kalah hanya dalam waktu beberapa bulan oleh adiknya sendiri

"Gee aku merasakan keduanya, aku mencintai ara juga merasa bersalah kesalahan aku terlalu besar untuk mendapatkan ampunan tapi dia dengan lapang dada masih menerima aku" jelas Shani, Gracio mengusap wajahnya kasar pengakuan Shani mencintai Ara adalah pernyataan terburuk seumur hidupnya

"Jika anin melakukan hal yang sama jangan pernah biarin dia pergi dari hidup kamu gee!" Lanjut Shani membuat Gracio terdiam, ingatan Gracio kembali melayang saat Anin membelanya kemarin di depan Vinnie

"Aku duluan gee, permisi!"

***


Shani masuk lewat pintu lobby perusahaannya langkah heelsnya menggema membuat orang-orang sedikit menepi memberikan Shani jalan, aura Shani begitu terpancar membuat siapapun yang berpapasan dengannya pasti sedikit membungkukkan tubuhnya yang hanya dibalas senyuman tipis oleh Shani

"Cantik banget buset kaya dewi turun dari kayangan"

"Andai setiap hari bu shani lewat lobby"

"Please, cie-ciein gue sama bu shani"

TWO LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang