Prolog

35.3K 1.8K 129
                                    

Dalam hidupnya, Gistara tidak pernah berpikir sedikitpun jika kedua orangtuanya memiliki niat untuk menjodohkannya. Mungkin niat mereka baik, tapi tetap saja, bagi Gistara untuk urusan pendamping hidup dia akan mencari seseorang yang benar-benar dia cintai dan juga mencintainya.

Menikah hanya sekali untuk seumur hidup. Sebisa mungkin, Gistara tidak ingin salah dalam mencari pasangan. Dan dengan perjodohan, Gistara tidak yakin kalau pernikahannya kelak akan baik-baik saja.

Untuk menumbuhkan rasa cinta dan sayang dalam hubungan tidak akan semudah itu. Terkadang, dengan seseorang yang sebelumnya sudah dikenal pun rasanya tidak akan mudah, apalagi dengan seseorang yang tidak dikenalnya sama sekali yang tiba-tiba terikat dalam ikatan suci pernikahan.

Gistara hanya pernah menjalin hubungan dua kali selama 24 tahun hidup di dunia. Pertama saat di masa putih abu-abu, yang saat itu hanya berjalan tidak lama, kurang lebih hanya enam bulan. Sedangkan yang kedua, saat dia berusia 20 tahun, dan baru berakhir sekitar dua tahun yang lalu. Setelah menjalin hubungan selama dua tahun, hubungan Gistara dengan mantannya itu harus berakhir karena ketidakcocokan.

"Sebelum aku mengambil keputusan, aku mau bertemu dulu dengan orangnya. Kalau seandainya cocok aku akan terima perjodohan ini. Tapi kalau tidak ada kecocokan, aku mohon Papa dan Mama jangan memaksa aku untuk menerima perjodohan ini."

Kurang lebih sudah hampir satu jam Gistara dan kedua orangtuanya membahas mengenai perjodohan yang telah kedua orangtuanya rencanakan. Berbagai penolakan sudah Gistara utarakan, namun kedua orangtuanya tak pernah kehabisan kata untuk membujuk dan merayunya dengan kelemahannya.

Tidak ada cara lain untuk menolak, akhirnya Gistara mencoba membuat penawaran yang tentunya semuanya adalah akal-akalannya saja untuk menolak. Dia memang tidak berpikir akan menerima perjodohan ini, namun hanya ini satu-satunya cara agar kedua orangtuanya menerima penolakannya. Ya, Gistara hanya berpura-pura menyetujuinya dengan syarat mereka harus bertemu terlebih dahulu, lalu setelah itu dia akan langsung menolaknya dengan alasan ketidakcocokan.

Mendengar jawaban dari putrinya, Jordi dan Ganira tak bisa menyembunyikan raut bahagianya.

Dengan senyum lebarnya, Ganira menghampiri Gistara yang sudah menekuk wajahnya. "Ini baru anak Mama dan Papa, nurut sama orang tua."

"Aku belum bilang setuju ya, Ma. Kan aku bilang mau ketemu dulu sama orangnya, siapa tahu Papa dan Mama berniat jodohin aku sama Om-om lagi."

Spontan Ganira menggeplak tangan Gistara yang saat itu langsung meringis terkejut. "Hush! Jangan sembarangan! Mama dan Papa nggak mungkin pilihkan jodoh yang salah untuk kamu."

Jordi yang melihat tingkah kedua perempuan tersayangnya hanya menggelengkan kepalanya. "Papa akan atur jadwal pertemuan kalian. Menyesuaikan juga dengan jadwal calon suami kamu yang sangat sibuk."

Mendengar kata 'calon suami' keluar dari mulut ayahnya sontak membuat Gistara melebarkan kedua matanya. "Pa!"

"Nggak jadi aja. Aku nggak mau ketemu dan nggak mau dijodohin."

Ganira menarik tangan Gistara untuk duduk kembali saat putrinya itu berniat menyelesaikan pembicaraan dengan beranjak pergi. "Duduk dulu, Sayang."

"Mama tidak akan memaksa, tapi setidaknya kamu bertemu dulu dengan orangnya dan mulai saling mengenal beberapa waktu. Setelah itu, semua keputusan ada di kamu. Kami akan menerima semua keputusan kamu." Ganira tersenyum mengelus lengan putrinya. "Ya, meskipun kami berharap agar kamu bisa menerima perjodohan ini."

Awalnya Gistara sudah akan tersenyum lebar karena keputusan akhir berada ditangannya, namun senyum itu kembali dia tarik saat mendengar ucapan terakhir ibunya.

Tak urung, Gistara balas memeluk Ibunya saat perempuan paruh baya itu merentangkan kedua tangannya. "Makasih, Ma, Pa. Aku tahu niat Mama dan Papa baik buat aku. Maaf kalau aku belum bisa membahagiakan Mama dan Papa."

Menjadi anak perempuan satu-satunya membuat Gistara mendapat kasih sayang lebih dari kedua orangtuanya sejak kecil. Meskipun saat ini sudah berusia 24 tahun, tak membuat kedua orangtuanya mengurangi kasih sayangnya. Gistara merasa beruntung mempunyai keluarga yang begitu menyayanginya.

Gistara adalah anak kedua dari pasangan Jordi Laksamana Ardinanta dan Ganira Ayudia Ardinanta. Kakak pertama Gistara bernama Julian Laurelio Ardinanta, laki-laki yang sudah berusia 29 tahun itu sudah menikah dua tahun lalu dan sudah dikaruniai putra tampan yang sudah berusia 1 tahun. Sedangkan adik Gistara, bernama Jevan Leonard Ardinanta yang saat ini masih berusia 19 tahun. Laki-laki itu tengah menempuh pendidikannya di salah satu universitas Indonesia.

"Cukup kamu terima perjodohan ini, maka Mama dan Papa akan bahagia, Sayang."

••••••••

"Mama serius mau menjodohkan aku?"

"Serius. Memangnya kamu mau menunggu apa lagi Raka?" Sania—Ibu Raka menatap putranya yang tengah memijat pelipisnya. "Kamu terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai lupa kalau kamu sudah cukup untuk menikah."

"Mama sudah memberi kamu kesempatan dengan memilih antara dua pilihan, membawa calon pilihan kamu sendiri atau mau tidak mau kamu harus menerima calon pilihan Mama."

"Dan sepertinya kamu memilih opsi kedua. Lagipula, sejauh ini, kamu tidak dekat dengan siapapun, Mama tidak mau ada drama kamu membawa perempuan bohongan untuk kamu jadikan istri."

Raka berdecak, "Mama terlalu larut menonton drama."

Sania tak menggubris, wanita paruh baya itu berjalan mendekati Raka, lalu tangannya terulur mengelus lengan putra sulungnya. "Mama ingin yang terbaik untuk anak Mama, jadi tidak mungkin Mama memilihkan calon yang salah untuk kamu."

"Kamu percaya sama Mama, kan?" Sania masih berusaha menyakinkan Raka yang masih belum menunjukkan tanda-tanda akan menyetujui permintaannya.

"Di coba dulu ya?" Sania menatap Raka dengan wajah penuh harap. "Kalian bisa bertemu dulu."

Perempuan yang akan dijodohkan dengan Raka adalah anak dari sahabat Sania dari semasa kuliah dulu. Dulu, mereka sempat membuat perjanjian agar kelak jika mempunyai anak, mereka bisa menjodohkan salah satu anaknya. Namun, perjanjian kecil itu nyatanya belum terlaksana sampai saat ini. Maka dari itu dia berharap banyak dengan Raka agar persahabatan mereka berubah menjadi keluarga.

Raka menghela nafasnya pelan, pandangannya beralih menatap Ibunya dengan serius. "Apa aku bisa menolak kalau aku merasa tidak cocok setelah pertemuan kita nanti?"

Jujur saja, Raka tidak gampang menyukai seseorang. Begitupun sebaliknya, dia akan sulit melupakan jika dia sudah benar-benar menyukai seseorang. Maka dari itu, dia ragu untuk menyetujui permintaan ibunya. Dia takut justru akan mengecewakan orang tuanya dan juga keluarga dari perempuan itu nantinya.

"Apa Mama boleh minta supaya kamu tidak menolak?"

Raka bergeming persekian detik dengan pikiran yang dipenuhi kebimbangan. "Siapa namanya?"

"Gistara. Gistara Aurista Ardinanta."

~~•••~~

To be continued...

Akhirnya kita bertemu lagi di cerita keduaku, ceritanya Mas Raka hehe. Awalnya aku mau buat ceritanya Arka dulu, tapi setelah aku pikir-pikir lagi kasihan juga Mas Raka udah tua belum nikah-nikah😭 masa keduluan sama adik-adiknya mulu wkwk. Dan yaa, akhirnya aku mutusin buat ceritanya Mas Raka dulu. Setelah itu nanti baru ceritanya Arka, aku buat satu-satu dulu yaa, semoga kalian tetep suka sama karya-karyaku yang lain🤍

Btw mumpung masih awal, ada yang mau kisah Raka lanjut?

Kalau mau lanjut, buktikan dengan vote yang banyakkk🤍 jangan cuma jadi silent readers ya😔

Terimakasih, jangan lupa vote, komen dan follow😉👌

20 Desember 2023

Arranged MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang