13

14.1K 1K 26
                                    

Hari ini hari dimana Raka dan Gistara sudah mulai dengan aktivitasnya masing-masing yaitu bekerja. Tidak ada yang berubah dari sebelum dan sesudah menikah, hanya saja yang semula Gistara naik mobil sendiri atau naik taksi sekarang diantar oleh Raka, suaminya.

Gistara menyalami tangan Raka sebelum turun dari mobil. "Makasih, Mas. Kamu hati-hati ya."

Raka membalasnya dengan mengecup kening Gistara lalu dilanjut dengan mengecup bibirnya. "Pulangnya nanti aku jemput ya."

Gistara mengangguk. "Yaudah aku turun dulu."

Setelah mobil Raka melaju barulah Gistara memasuki lobby perusahaan tempatnya bekerja, yaitu perusahaan milik keluarganya.

Gistara bekerja di sini bukan semata-mata perusahaan ini milik keluarganya. Dia benar-benar berhasil masuk ke sini karena perjuangannya sendiri. Gistara tak ingin di spesial kan karena dia adalah anak dari pimpinan perusahaan.

Status menikah tak menjadikan halangan untuk bekerja. Rasanya sangat di sayangkan jika harus berhenti bekerja sedangkan apa yang dia dapatkan sekarang butuh perjuangan yang tidak mudah.

"Pengantin baru udah masuk aja nih, Mbak."

Begitu memasuki lift menuju ruangannya, Gistara di sambut oleh karyawan yang sekaligus temannya. Kebetulan lift sedang kosong, jadi hanya ada mereka berdua.

"Iya Jes, udah keburu kangen sama pekerjaan." Balas Gistara pada temannya yang bernama Jessica.

"Mbak Gistara nih emang paling aneh. Orang mah seneng kalau di kasih libur, ini malah pengennya kerja mulu." Panggilan 'Mbak' Jessica sematkan karena usianya yang lebih muda dua tahun dari Gistara. Selain itu, rasanya pun segan memanggil anak dari pimpinan perusahaan dengan nama saja, meskipun tak menampik bahwa mereka cukup akrab.

Gistara terkekeh, "Ya kalau kelamaan libur juga lama-lama bosen juga, Jes."

"Iya sih, tapi Mbak jujur deh, akhir-akhir ini kerjaan ku banyak banget jadinya capeknya berkali-kali lipat dari biasanya."

"Udah ah nggak boleh ngeluh. Mending capek kerja daripada capek cari kerja. Kamu mau jadi pengangguran?"

"Ish ya nggak jadi pengangguran juga sih, Mbak." Gerutu Jessica.

"Makanya, jangan ngeluh-ngeluh lagi, okay?"

Jessica bergerak hormat. "Siap Bu Bos." Sepertinya dia lupa dengan siapa dia berbicara. Meskipun berteman, namun tetap saja bagi Jessica, Gistara adalah Bos juga di sini. Bisa-bisanya dia berani mengeluh pada Bos-nya sendiri.

••••••••

Perjalanan dari kantor Gistara ke restoran cukup memakan waktu. Raka baru sampai setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua puluh lima menit. Setidaknya Raka bersyukur karena jalanan tidak terlalu macet. Kalau itu terjadi, sepertinya dia baru bisa sampai setelah empat puluh lima menitan dalam perjalanan.

"Selamat pagi, Pak Raka."

Baru memasuki restoran, Raka sudah di sambut oleh Maura yang sepertinya sudah datang sedari tadi.

Raka mengangguk, "Pagi."

"Em Pak Raka datang sendiri?" Maura mengikuti Raka yang terus berjalan. Setelah menikah, beberapa kali bos sekaligus temannya itu datang dengan sang istri. Namun sepertinya saat ini beliau datang sendiri. Sebab Maura tak melihat ada tanda-tanda istri dari bos-nya itu turun dari mobil.

"Memangnya kenapa?" Sejak membicarakan tentang Maura dengan Gistara, Raka menjadi sedikit risih setiap Maura berlaku lebih dari atasan dan bawahan, contohnya seperti saat ini.

Arranged MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang