18

10.5K 1K 57
                                    

Tak banyak yang berubah pagi ini sejak perbincangan tadi malam. Gistara tetap menyiapkan sarapan untuk Raka seperti biasanya. Meskipun dalam hatinya masih ada perasaan dongkol, namun sebisanya dia akan sedikit memahaminya.

Gistara hanya mencoba berpikir realistis. Secara logika, Raka hanya sebatas menyukai Selina. Mereka tidak sampai menjalin hubungan atau perselingkuhan. Perasaan itu hanya di rasakan oleh satu pihak, yaitu Raka. Sejauh yang Gistara amati, sepertinya Selina tidak mengetahui kalau Raka diam-diam menyimpan rasa. Sebab interaksi keduanya sama sekali tidak memperlihatkan kecanggungan atau semacamnya.

Gistara tidak ingin egois dengan menyalahkan Raka atas perasaannya. Dia menyadari kalau semua orang berhak mempunyai rasa kepada lawan jenisnya. Seseorang juga tidak bisa mengendalikan kepada siapa hatinya akan jatuh. Apalagi saat itu status Raka masih sendiri, jadi dia berhak menyukai siapapun.

Setiap orang mempunyai masa lalu, begitupun dengan Raka dan juga dirinya. Mereka hanya perlu menyikapinya dengan baik sebagaimana mestinya. Masa lalu hanya bagian dari hidup seseorang. Masa lalu hanya menjadi sejarah, namun tidak untuk dikenang ataupun di ulang.

Berbanding dengan masa lalu, di depan sana sudah ada masa depan yang siap menanti dengan kebahagiaan. Siapapun yang bisa melupakan masa lalunya, mereka akan dihadiahi oleh masa depan yang jauh lebih membahagiakan daripada masa lalu itu sendiri.

Apapun yang menjadi masa lalu bukankah artinya mereka tidak baik untuk satu sama lain? Seandainya mereka di takdirkan bersama, mereka tidak mungkin menjadi masa lalu. Begitupun Raka dan Selina. Status Selina adalah seorang istri, tidak pantas Raka menyimpan rasa. Tidak pantas juga mereka bersama. Maka dari itu, mereka tidak ditakdirkan bersama. Sebab Tuhan sudah tau mana yang baik dan mana yang tidak baik.

Bagi Gistara, mungkin perasaan Raka pada Selina adalah masa lalu. Kini, dia dan Raka sudah sama-sama terikat oleh ikatan pernikahan. Bukankah dia adalah masa depan Raka saat ini?

"Aku minta maaf, Gis." Raka membuka suaranya kala Gistara sudah mendudukkan tubuhnya dan siap sarapan bersama.

"Nggak papa. Yang penting kamu udah jujur sama aku." Balas Gistara sembari mengambil makanan untuknya dan Raka. Selain karena dia berpikir secara realistis, dia juga mencoba untuk tidak bersikap kekanak-kanakan. Usia Raka sudah dewasa, setidaknya dia harus bisa mengimbangi bagaimana bersikap dewasa. Bukan yang sedikit-sedikit marah-marah tidak jelas. Apalagi Raka sudah menjelaskannya dengan kejujuran, itu sudah cukup baginya sebagai jawaban yang dia cari beberapa hari ini.

Meski Raka belum mempunyai rasa cinta padanya seperti yang dia rasakan pada Selina dulu, Gistara tidak akan membahasnya lagi. Dia terlalu sakit jika harus mendengar kenyataan itu lagi. Dia juga tidak ingin memaksa perasaan seseorang padanya. Dia tau, semuanya butuh proses, mungkin rasa itu akan hadir seiring dengan berjalannya waktu.

Mengingat pernikahan mereka yang berlandaskan perjodohan, tidak heran jika Raka tidak mempunyai perasaan apapun padanya. Seharusnya Gistara tidak menanyakan sesuatu yang sudah dia ketahui jawabannya.

"Kamu udah nggak marah?" Tanya Raka lagi.

"Aku nggak marah." Balas Gistara cuek. Sebisa mungkin dia menekan segala sikap yang nantinya akan di anggap kekanak-kanakan. Dia bukan lagi remaja labil yang bisa berlaku seenaknya. Tidak semua orang mengerti selain dirinya sendiri.

"Kamu masih marah."

"Sok tau!" Gistara tak sadar mengucapkan dengan sedikit menaikkan suaranya. "Tau apa kamu tentang aku?"

"Meskipun kita belum lama bersama, aku tau bagaimana kamu, Gis. Kamu nggak akan seperti ini kalau kamu nggak marah." Ujar Raka selembut mungkin. Dia menyadari kalau yang dia nikahi adalah gadis muda yang baru memasuki usia dewasa. Dia tidak ingin menjadikan masalah ini sebagai masalah dalam rumah tangganya.

Arranged MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang