Hari ini entah kenapa Gistara merasa perasaannya berbeda dari hari sebelumnya. Ada perasaan senang yang sulit di jelaskan. Apakah ini efek dari dia yang dengan senang hati menerima perjodohannya dengan Raka? Ya, Gistara menganggapnya begitu.
"Raka terpaksa banget nggak ya nerima ini? Secara ini kan atas perintah orang tuanya." Gumam Gistara sembari memandangi cermin yang tengah menampilkan wajahnya dalam balutan sabun cuci muka.
"Tapi masa iya dia nggak dekat sama siapapun sekarang? Padahal ganteng banget."
"Sulit dipercaya kalau dia nggak pernah dekat dengan siapapun. Lagian udah umur 32 tahun, pengalaman hidupnya jauh di atas aku."
Tangan Gistara memutar-mutar di wajahnya yang masih belum di bilas. "Tapi mungkin juga sih, kelihatan dari luarnya dia baik banget, mana lembut banget kalo ngomong."
Mengedikkan bahunya tak tahu, Gistara lantas melanjutkan kembali membasuh wajahnya.
"Mungkin aja dia terlalu sibuk bangun restorannya, makanya nggak fokus soal percintaan. Masih muda, udah buka 8 restoran lagi."
Tangan Gistara meraih tisu yang berada di dekatnya, "Idaman banget kamu, Mas. Semoga kita benar-benar berjodoh ya."
Setelah selesai cuci wajah, Gistara keluar kamar mandi sembari mengelap wajahnya yang basah dengan tisu.
Baru akan berjalan ke meja rias untuk memakai skincare malam, bunyi ponselnya yang berada di atas ranjang menghentikan niat Gistara.
Perempuan berusia 24 tahun itu lantas berjalan untuk mengecek ponselnya.
Gistara mengernyitkan keningnya begitu melihat ada nomor ponsel asing yang tertera di bagian paling atas aplikasi WhatsApp-nya.
"Siapa ya?" Gumam Gistara sembari membaca deretan pesan yang masuk.
085×××××××××
Selamat malam, Gistara. Maaf mengganggu waktunya.
Saya Raka.
Can you save my number?
"Oh, Mas Raka."
Tangan Gistara bergerak mengetik deretan huruf untuk membalas pesan dari Raka.
Selamat malam juga, Mas Raka.
Nggak mengganggu sama sekali, Mas.
Sure, tanpa Mas Raka bilang, saya pasti simpan nomor kamu.
Gistara meletakkan kembali ponselnya setelah mengirimkan balasannya untuk Raka.
"Dia balas lagi nggak ya?" Gumam Gistara saat sudah hampir tiga menit menunggu tak mendapati balasan apapun dari Raka.
"Apa aku tanya sesuatu dulu?"
"Tapi nanti kalau dia risih gimana?"
Tak kunjung mendapatkan jawaban lagi, Gistara menghela nafasnya, lalu kembali berjalan menuju meja rias untuk memakai skincare rutinnya.
Tok tok tok
Mengakhiri rangkaian skincare rutinnya dengan night cream, lalu Gistara berjalan menuju pintu saat mendengar suara pintu diketuk.
Begitu pintu terbuka sepenuhnya, Gistara mendapati ibunya yang membawa sesuatu di tangannya.
"Kenapa, Ma?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Arranged Marriage
Ficção GeralMeski sudah menginjak usia 32 tahun, namun tak ada tanda-tanda sedikitpun dari seorang Raka Satria Erlangga untuk pulang dengan membawa calon istri. Sikap Raka yang kelewat santai membuat Sania-Ibunya kalang kabut hingga kerap kali mendesak Raka unt...