"Mas, aku mau bicara sesuatu."
Begitu Raka memasuki kamarnya setelah dari ruang kerja, Gistara segera mengeluarkan niatnya untuk bertanya.
Sejak kepulangan mereka dari rumah Sarah, mereka belum sempat berbicara santai. Gistara tak ingin menunda-nunda lagi segala bentuk pertanyaan yang sudah tersimpan di kepalanya. Sudah cukup beberapa hari dia menyimpannya sendiri, kali ini dia harus tanyakan pada Raka agar semuanya jelas dan tidak semakin membuat kepalanya dipenuhi dengan dugaan-dugaan dan kecurigaan.
Raka tampak mengernyitkan keningnya. Dia lantas ikut bergabung dengan Gistara yang tengah bersandar di kepala ranjang. "Ada apa?"
Gistara terdiam sebentar, berusaha memikirkan bagaimana cara dia memulai, "Sebenarnya kamu dan Mbak Selina itu ada apa?"
Gerakan tangan Raka yang tengah melepas jam tangannya terhenti, kerutan semakin tampak jelas di keningnya. "Ada apa maksud kamu bagaimana?"
"Kamu dan Mbak Selina pernah mempunyai hubungan?" Tanya Gistara lagi dengan pertanyaan yang lebih jelas.
"Tunggu-tunggu," Raka meletakkan jam tangannya ke atas nakas lalu memposisikan tubuhnya menghadap ke arah Gistara. "Maksud kamu apa?"
"Kenapa kamu punya pemikiran seperti itu?" Wajah Raka semakin serius menanggapi pertanyaan Gistara.
"Jawab aja, iya atau nggak?"
"Nggak." Jawab Raka tegas. "Bukannya aku udah bilang kalau aku nggak pernah punya hubungan dengan siapapun?"
"Itu sekarang karena kamu udah punya istri. Tapi yang aku tanya adalah dulu. Apa dulu kamu pernah menjalin hubungan dengan Mbak Selina?"
"Nggak, Gistara." Sekali lagi Raka menjawabnya dengan tegas. "Aku nggak punya hubungan apapun dengan siapapun itu berlaku untuk dulu dan sekarang, kecuali sama kamu."
"Terus foto Mbak Selina yang ada di laptop kamu itu apa?" Sesaat Gistara dapat melihat perubahan raut wajah Raka tersentak.
"Nggak bisa jawab?" Tanya Gistara memicingkan matanya. "Padahal ini pertanyaan mudah. Nggak seharusnya kamu nggak bisa jawab."
"Kamu buka folder di laptop aku?"
"Kenapa?" Gistara menaikkan sebelah alisnya, "Kamu takut ketahuan? Terlambat Mas. Aku udah terlanjur buka."
Raka menghela nafasnya, "Itu bukan apa-apa, Gistara."
"Bohong." Gistara berdecak malas, sudah bisa ditebak kalau manusia yang berjenis kelamin laki-laki tidak akan segampang itu untuk mengaku. "Kalau bukan apa-apa kenapa harus punya fotonya Mbak Selina?"
Raka terdiam. Dia lupa kalau pernah menyimpan foto Selina di laptopnya.
"Gimana, Mas? Jadi bener kalau kalian pernah menjalin hubungan?"
"Dengerin penjelasan aku dulu."
"Silahkan."
Sebenarnya tentang apapun yang Raka rasakan untuk Selina sebelumnya tidak akan pernah dia ceritakan pada siapapun. Biarlah hanya dia yang tau. Raka juga tak ingin membuat kesalahpahaman di saat semuanya sedang baik-baik saja. Itu hanya masa lalu perasaannya saja. Tidak seharusnya orang-orang tau, termasuk Gistara.
Melihat Raka yang tak kunjung berbicara semakin membuat Gistara yakin kalau ada sesuatu diantara mereka. Kalau tidak ada apa-apa, seharusnya Raka menjawab dengan mudah.
"Sesusah itu ya jujur sama istri kamu sendiri?"
Raka menghela nafasnya. Sepertinya memang dia harus menceritakan pada Gistara untuk menghindari kesalahpahaman diantara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arranged Marriage
Ficción GeneralMeski sudah menginjak usia 32 tahun, namun tak ada tanda-tanda sedikitpun dari seorang Raka Satria Erlangga untuk pulang dengan membawa calon istri. Sikap Raka yang kelewat santai membuat Sania-Ibunya kalang kabut hingga kerap kali mendesak Raka unt...