Arranged Marriage

15

Pukul sebelas malam, Gistara kembali ke dalam kamarnya. Dia tidak lagi memusingkan pekerjaannya yang belum selesai. Biarlah, dia akan melanjutkannya besok. Memaksakan untuk selesai sekarang pun rasanya tidak bisa. Pikirannya kini di penuhi dengan dugaan-dugaan mengenai foto yang dia temukan di laptop suaminya.

Bohong kalau Gistara mengatakan kalau dia baik-baik saja. Ada rasa sesak yang tiba-tiba dia rasakan. Bayangkan saja suaminya sendiri menyimpan foto perempuan lain dengan membuat folder khusus. Istri mana yang tidak berpikir negatif kalau seperti ini?

Rasanya tidak mungkin jika tidak ada apa-apa namun Raka sampai membuat folder sendiri. Ya, meskipun hanya ada tujuh foto dan foto itu diperoleh dari screenshot di media sosial namun tetap saja Gistara tidak bisa mengabaikannya. Seharusnya kalau tidak ada apa-apa, tidak perlu di buatkan folder kan? Tidak perlu juga harus screenshot foto itu dari media sosial.

"Apa sebelumnya Mas Raka punya hubungan sama Mbak Selina ya?" Hingga sampai ke dalam kamar mandi pun pikiran Gistara tidak bisa teralihkan. Perempuan itu bergumam sembari menggosok pelan wajahnya yang sudah berbusa karena sabun cuci muka.

"Tapi Mas Raka bilang dia nggak pernah punya pacar sebelumnya."

Gistara berdecak kesal, lalu membilas wajahnya dengan air kemudian mengelapnya dengan tisu.

Setelah selesai bersih-bersih di kamar mandi, Gistara mulai membaringkan tubuhnya di ranjang. Matanya melirik Raka yang sudah tertidur. Ah, sepertinya malam ini dia yang tidak bisa tidur nyenyak.

Matanya yang tak bisa terpejam membuat Gistara lantas meraih ponselnya yang berada si atas nakas. Jari jemarinya meluncur menekan aplikasi media sosial. "Tadi nama username yang ada di screenshot apa ya?"

Selama tiga menit Gistara mencari username yang mengupload foto Selina yang tengah berpose akhirnya ketemu. Akun itu adalah akun butik milik Selina sendiri yang bernama 'Damartha Boutique'.

"Cantik banget Mbak Selina." Gumam Gistara yang kini mengamati foto Selina yang tengah berpose layaknya model untuk memamerkan hasil desain yang sangat cantik itu.

Tak munafik, Gistara akui bahwa Selina memang cantik dan manis. Kalau tidak mengetahui masalalu Selina, Gistara rasa tidak akan ada orang yang mengira bahwa Selina pernah menjebak laki-laki agar tidur dengannya. Wajahnya terlihat kalem dan positif vibes. Aura yang dipancarkan pun begitu bersinar.

Mata Gistara kembali melirik Raka, "Apa mereka pernah menjalin hubungan?"

"Tapi yang aku dengar, Mbak Selin itu udah suka sama suaminya dari lama. Masa dari Mas Raka dia langsung suka sama adiknya?"

"Tapi di foto itu tanggalnya udah tiga tahun yang lalu. Kalau tiga tahun yang lalu bukannya Mbak Selina kan udah menikah sama Saka?"

Kening Gistara mengernyit seiring dengan dugaan-dugaan yang memenuhi kepalanya. Dia tidak sadar kalau keresahannya yang tidak bisa diam membuat Raka terbangun.

"Kok belum tidur?" Tanya Raka serak khas suara orang yang bangun tidur.

"Eh," Gistara mengerjabkan matanya. "Kamu kok kebangun?"

Raka mengubah posisinya yang semula tengkurap menjadi terlentang. "Kebangun karena ranjangnya kayak goyang."

Gistara meringis tak enak, "Maaf ya."

"Yaudah kamu tidur lagi, aku nggak akan gerak-gerak." Lanjut Gistara lagi.

"Kamu kenapa belum tidur?" Raka mengabaikan ucapan sang istri yang menyuruhnya tidur. Matanya melirik jam yang berada di atas nakas. "Udah jam setengah dua belas."

"Belum ngantuk."

"Gimana mau ngantuk kalau kamu masih main handphone."

Gistara melirik ponselnya yang masih menyala dengan menampilkan foto-foto Selina di akun media sosial. Buru-buru dia mematikannya lalu meletakkan kembali ke atas nakas. "Ya karana nggak bisa tidur itu makanya aku main handphone."