10

17.5K 1.2K 95
                                    

Hari ini adalah hari kepindahan Raka dan Gistara ke apartemen yang akan mereka tempati selama rumah yang mereka bangun belum siap untuk ditempati.

Selama beberapa hari ini, hubungan mereka cukup banyak kemajuan. Mereka sama-sama sudah mengenal satu sama lain yang sebelumnya belum mereka ketahui saat sebelum menikah.

Tidak sulit untuk mereka saling mengenal lebih dalam, apalagi yang statusnya kini sudah resmi menjadi suami istri. Mereka benar-benar melupakan fakta bahwa pernikahan mereka adalah hasil perjodohan dari kedua keluarganya. Terlepas dari itu, mereka berdua menganggap kalau pernikahan keduanya terjadi karena memang sudah jodohnya. Perjodohan adalah jalan mereka untuk sampai ke dalam ikatan yang halal.

"Kamu beneran nggak mau liburan dulu sebelum kembali masuk kerja?" Tanya Raka untuk kesekian kalinya. Pasalnya dua hari lagi waktu cuti mereka sudah habis. Dan hingga kini mereka belum membahas soal liburan atau istilahnya biasa di sebut honeymoon.

Raka memang tak membatasi kegiatan Gistara yang masih ingin bekerja. Dia tidak ingin memaksa istrinya untuk selalu berada di rumah sepenuhnya sebagai istri. Biarlah istrinya bekerja selama itu membuatnya nyaman.

"Aku ngikut Mas Raka aja deh. Kalau Mas Raka udah menentukan tempat yang pengen dikunjungi, kita bisa pergi."

"Kok aku?" Kening Raka mengernyit. "Kalau aku ya terserah kamu. Aku tanya kamu karena heran aja. Biasanya kan perempuan yang suka jalan-jalan."

"Iya sih." Gistara berpikir sejenak. "Sayang banget kalau waktu cutinya nggak dibuat jalan-jalan. Apalagi setelah ini udah kembali kerja."

Raka mengangguk setuju. "Makanya–"

Belum sempat Raka menyelesaikan ucapannya. Dering ponsel yang berada di atas meja depannya mengalihkan perhatiannya. Lantas tangannya terulur untuk menggapai ponselnya yang tertera nama 'Mama' di sana.

Baru beberapa detik menempelkan ponselnya di telinga, Raka sudah mendengar suara ibunya yang tengah terisak. Di sana juga seperti terdengar suara-suara berisik.

"Ada apa, Ma? Mama kenapa?"

Melihat wajah serius bercampur khawatir membuat Gistara mengernyitkan keningnya. "Ada apa, Mas?"

Raka memberikan gelengan sebagai jawaban. Dia pun masih tak mengerti kejadian apa yang terjadi di seberang sana yang membuat ibunya menangis.

"Halo, Raka." Dengan diiringi isak tangis, suara Sania terdengar bergetar.

"Ya, Ma ada apa? Apa terjadi sesuatu?" Sekali lagi Raka menanyakan pertanyaan yang sama. Sungguh dia dibuat bingung sekarang.

"K-kamu dimana? Bisa ke rumah sebentar?"

"Mama tenang dulu ya. Cerita pelan-pelan sama aku ada apa?"

"Arka, adik kamu. Dia berbuat sesuatu." Terdengar helaan nafas di seberang sana. "Papa dan Saka juga sedang perjalanan pulang. Mama juga butuh kamu untuk menjadi penengah."

"Sebentar lagi aku dan Gistara ke sana." Raka mematikan sambungan teleponnya.

"Kita ke rumah Mama sekarang."

Gistara yang sedari tadi mendengarkan percakapan Raka di telepon pun tak membantah. Dia segera bergegas mengganti pakaiannya.

••••••••

Di sinilah sekarang. Keluarga Erlangga semuanya berkumpul. Tak ada satupun yang kurang. Justru bertambah dengan keberadaan seorang gadis yang saat ini tengah duduk di sebelah Selina dengan air mata yang tak berhenti mengalir.

"Kapan kejadian itu?" Suara Davian–sang kepala keluarga yang pertama kali terdengar setelah semuanya berkumpul lengkap.

"S-sekitar s-satu bulan yang l-lalu." Ujar seorang gadis dengan suara bergetar. Selina yang berada di sebelahnya tak berhenti mengusap-usap punggungnya.

Arranged MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang