Pertemuan dengan sang sahabat yang ternyata memakan waktu yang cukup lama membuat pekerjaan Gistara menumpuk. Hingga dia harus pulang dengan membawa setumpuk pekerjaan yang akan dia kerjakan di rumah. Bayangkan saja, pertemuan dengan Laura dari jam makan siang berlanjut sampai pukul setengah empat sore. Gistara merasa dia baru sebentar berjalan-jalan namun ternyata memakan waktu yang cukup lama.
"Udah dari tadi ya, Mas?" Gistara bertanya saat dia baru memasuki mobil.
"Nggak kok, baru sekitar sepuluh menitan." Balas Raka sembari membalas uluran tangan sang istri, lalu mencium keningnya lembut.
Tak menunggu lama Raka segera menancapkan gas keluar dari area perusahaan Ardinanta Group.
"Masih banyak kerjaannya?" Tanya Raka lagi saat menyadari Gistara membawa beberapa berkas.
"Iya, tadi keluar sebentar pas makan siang jadi kerjaannya belum selesai."
Raka mengangguk-angguk mengerti. Sepertinya pekerjaan kantor memang lebih rumit daripada sepertinya yang mengelola restoran.
"Mau mampir beli sesuatu dulu nggak?"
Gistara mengedarkan pandangannya ke sekeliling, barangkali ada makanan atau sesuatu yang menarik perhatiannya. "Memangnya kamu mau beli apa?"
"Kita mampir ke minimarket dulu aja, beli stok cemilan buat di apartemen."
Gistara mengangguk, "Yaudah, nanti mampir yang di deket sekolahan itu aja, Mas."
Tak memerlukan waktu lama, mobil Raka tiba di sebuah minimarket yang terletak di sebelah sekolah.
Sejak kepindahannya ke apartemen, mereka belum sempat berbelanja cemilan ringan. Mereka belum sempat berbelanja sebab belum ada waktu luang. Mungkin jika tidak di sempatkan, mereka akan lupa sangking sibuknya, apalagi mereka sudah mulai dengan pekerjaannya masing-masing.
Gistara mengambil beberapa snack yang terbuat dari kentang. Apapun jenis snacknya, bagi Gistara tidak ada yang bisa mengalahkan nikmatnya rasa kentang.
Raka hanya mengikuti kemanapun Gistara melangkah sembari membawa dua keranjang. Sesekali mengambil beberapa cemilan dan barang yang dia perlukan.
"Nggak beli ini, Gis?" Tanya Raka saat tiba di lorong-lorong kebutuhan perempuan.
Gistara menolehkan kepalanya, lalu menggeleng pelan. "Masih ada sisa yang kemarin."
Raka hanya mengangguk, lalu setelah beberapa menit mengelilingi sudut minimarket, mereka mulai mengantri di kasir. Entah kenapa sore ini antrian lumayan banyak. Jadi mau tidak mau mereka harus mengantri kurang lebih enam orang lagi dengan belanjaan yang tidak bisa dibilang sedikit. Ah, sepertinya waktu mengantri ini bisa mereka gunakan untuk perjalanan dari sini menuju apartemen mereka.
"Gistara ya?"
Mendengar seseorang memanggil namanya membuat Gistara menolehkan kepalanya.
"Ternyata benar, ini kamu. Aku kira salah orang."
Gistara tersenyum canggung pada laki-laki yang tadi menyapanya. "Galang, apa kabar?"
Terlihat laki-laki yang bernama Galang itu tersenyum manis, tampak kedua pipinya yang dihiasi oleh lesung pipi. "Baik, kamu gimana? Udah lumayan lama ya nggak ketemu."
"Seperti yang kamu lihat, aku juga baik."
"Siapa Gis?" Tanya Raka menginterupsi keduanya.
"Em ... kenalin Mas ini Galang." Gistara memperkenalkan keduanya. "Galang kenalin, ini Mas Raka, suami aku."
Sembari menjabat tangan yang katanya 'suami' dari Gistara, Galang mengernyitkan keningnya. "Suami?"
"Kamu sudah menikah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arranged Marriage
Genel KurguMeski sudah menginjak usia 32 tahun, namun tak ada tanda-tanda sedikitpun dari seorang Raka Satria Erlangga untuk pulang dengan membawa calon istri. Sikap Raka yang kelewat santai membuat Sania-Ibunya kalang kabut hingga kerap kali mendesak Raka unt...