2

17.3K 1.3K 65
                                    

"See you next time, Gistara."

"See you."

Gistara melambaikan pelan tangannya saat kaca jendela mobil Raka perlahan tertutup. Lalu laki-laki itu menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan rumahnya.

Setelah mobil Raka tak terlihat lagi, barulah Gistara berjalan memasuki rumahnya. Pertemuan mereka menghabiskan waktu cukup lama karena di isi dengan perbincangan seputar perkenalan mereka, apalagi tadi Raka datang terlambat. Hingga Gistara memutuskan tidak kembali lagi ke kantor. Biarlah, pekerjaannya pun tidak terlalu banyak, jadi tidak masih bisa di selesaikan besok.

Begitu akan menutup pintu setelah dia masuk, Gistara menyipitkan matanya saat melihat ibunya keluar dari gorden dan berjalan ke arahnya dengan senyum-senyum.

"Mama ngapain?"

Ganira berdehem pelan masih dengan senyum mengembang, tak menggubris pertanyaan putrinya. Tatapan matanya menatap Gistara dengan jahil. "Bagaimana?"

Gistara lantas memutar bola matanya jengah, pasti tadi ibunya sempat melihat dia di antar oleh Raka.

"Ya nggak gimana-gimana." Balas Gistara sembari melangkahkan kakinya menuju sofa dan menjatuhkan tubuh lelahnya di sana.

"Sampai di antar pulang loh, padahal rumahnya nggak searah. Perhatian banget calon menantu Mama." Ujar Ganira tersenyum, wanita paruh baya itu mengambil posisi duduk di sebelah Gistara.

"Kenapa nggak di suruh mampir dulu aja sih Gis? Mama juga mau ketemu sama calon menantu Mama."

Gistara masih terdiam tak membalas. Tidak mungkin dia langsung memberitahukan kalau dia menerimanya, padahal sebelumnya dia menolaknya mentah-mentah.

"Sudah pulang, Gis?"

Gistara menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. "Loh Papa sudah pulang?" Pandangan Gistara jatuh pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Masih jam setengah empat."

Jordi menganggukkan kepalanya, lalu bergabung duduk bersama istri dan anaknya. "Papa mau dengar jawaban dari kamu."

"Jadi bagaimana? Kamu setuju?" Tanya Jordi lagi.

Gistara mengedikkan bahunya, "Kita sepakat mau saling mengenal dulu."

"Itu artinya, kalian berdua sama-sama setuju?" Tanya Ganira antusias.

"Ya jalanin aja dulu, Ma."

"Jangan lama-lama ya, niat baik harus di segerakan."

Gistara hanya mengangguk saja. "Oh iya, kenapa Mama dan Papa nggak bilang kalau yang mau dijodohkan sama aku adalah Raka dari keluarga Erlangga?"

Sekarang Gistara baru ingat, keluarga Erlangga adalah keluarga pebisnis yang cukup terkenal. Beberapa waktu lalu, Gistara sempat mendengar segelintir berita dari keluarga pebisnis sukses itu.

Gistara memang tidak tahu menahu tentang Raka dan keluarganya sebelumnya. Bahkan, Gistara pun tidak tahu kalau Chef yang sempat dia kagumi, yang tak lain adalah Raka, ternyata berasal dari keluarga Erlangga. Gistara hanya sedikit tahu sekedar nama marga mereka saja dan segelintir berita yang menurutnya tidak terlalu penting. Namun sepertinya sekarang akan menjadi penting untuknya.

"Kamu nggak tanya."

"Iya juga sih."

"Ya tapi, setidaknya Mama dan Papa bilang, supaya aku nggak terlalu terkejut."

"Memangnya kenapa?"

"Ya nggak papa sih." Jawab Gistara akhirnya, ibunya itu tidak peka sekali. "Tapi Ma, Raka itu anak pertama, dia punya adik banyak banget, mana umur adik-adiknya jauh lebih tua dari aku."

Arranged MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang