22

10.5K 1.1K 52
                                    

Alasan Raka mempekerjakan banyak orang untuk pembangunan rumahnya adalah agar rumahnya bisa cepat selesai dan cepat juga dia tempati. Dengan waktu tidak sampai satu tahun, akhirnya keinginannya terwujud. Rumahnya yang terdiri dari tiga lantai kini telah selesai di bangun dan siap di tempati.

Gistara cukup puas dengan hasilnya, sebab benar-benar sesuai dengan desain keinginannya. Setiap sudut rumahnya adalah keinginannya, karena Raka menyerahkan seratus persen desain kepadanya. Apalagi dengan pembangunan yang cukup cepat, hanya beberapa bulan ini sudah sangatlah sesuai.

"Suka?"

Gistara mengangguk, "Suka banget, benar-benar sesuai sama yang aku mau."

Raka tersenyum, tangannya membawa tubuh Gistara ke dalam dekapannya, "Seneng banget, akhirnya kita bisa menetap tinggal di rumah kita sendiri."

"Harusnya tadinya dua lantai aja udah bagus ya, kayaknya ini luas banget buat kita tempati berdua aja." Mungkin nanti Gistara akan menambah beberapa pekerja dan pelayan agar rumahnya terasa ramai.

"Nanti bakal ramai kalau sudah ada anak-anak kita."

"Anak-anak? Emangnya mau berapa? Satu aja belum." Gerutu Gistara.

Raka tertawa, "Jangan begitu sayang. Siapa tau nantinya kita punya anak lebih dari satu."

Gistara mengangguk-anggukkan kepalanya, "Em kita butuh pelayan berapa ya?" Ujarnya mengalihkan pembicaraan.

"Terserah kamu maunya berapa."

Gistara menghela nafasnya, "Yaudah nanti aku minta bantuan sama Mama."

Gistara lanjut berkeliling mengitari rumah barunya. Dia baru sempat berkeliling saat sudah beranjak sore. Seharian penuh tadi dia sibuk menata barang-barangnya dari apartement dan baru selesai sore hari.

"Apartment kamu mau di kosongin gitu aja, Mas?" Tanya Gistara di sela-sela mengitari rumahnya.

"Mungkin iya."

"Kayaknya sayang banget deh kalau di kosongin gitu aja. Takutnya juga nggak akan terawat. Kenapa nggak di sewa-kan aja?"

Raka berpikir sejenak. Sebenarnya tidak di tempati pun dia selalu rutin menyuruh orang untuk bersih-bersih. Jadi, meski tidak di tempati dalam waktu yang cukup lama, apartment-nya tidak akan kotor. Tapi, kalau dipikir lagi, benar juga, apartment-nya bersih dan rapi namun tidak ada yang menempati.

Akhirnya Raka mengangguk, "Boleh juga."

Gistara sampai di halaman belakang rumah yang masih cukup luas dan kosong. Tiba-tiba ide untuk menambahkan macam-macam bunga memenuhi kepalanya.

"Mas, kayaknya nanti di sini di kasih bunga-bunga bagus ya?" Cetus Gistara memberi Saran. "Supaya lebih berwarna."

Raka mengangguk setuju, "Iya, aku setuju."

Gistara memutar bola matanya malas, "Kamu dari tadi iya-iya aja. Kalau kamu nggak suka sama ide aku bilang aja nggak papa. Jangan cuma iya-iya tapi aslinya nggak setuju."

"Siapa bilang aku nggak setuju? Aku percaya pilihan kamu bagus. Buktinya rumah ini bagus banget sesuai dengan desain pilihan kamu kan?"

Gistara berdecak, "Yaudah lah, percuma aku minta pendapat dari kamu."

Raka merangkul pundak Gistara, membawanya ke dalam dekapannya, "Sensi banget dari kemarin, lagi isi ya?"

"Iya, isi nasi nih." Gistara melepaskan diri dari dekapan nyaman suaminya. "Aku mandi dulu ya, gerah banget."

"Ikut."

Gistara yang sudah melangkah melebarkan matanya, "Mesum!"

••••••••

Arranged MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang