2/b. Beach Club ✨️

39 4 0
                                    

Sabtu malam yang sedikit dingin sepanjang jalan dipenuhi kendaraan-kendaraan roda dua maupun empat. Trotoar pun mengeluh karena banyaknya yang menginjak mempercayakan seluruh berat tubuh diatasnya. Restoran, mall, apotek, tempat spa, dan semua yang mengisi penuh lahan-lahan kanan dan kiri jalan berlomba-lomba menawarkan segala kebutuhan manusia-manusia yang memenuhi jalanan saat ini.

Dengan kesal, Wira mengusap kasar wajahnya frustasi. Si putih, Honda Jazz RS yang dikemudikannya harus terhimpit diantara ratusan atau bahkan ribuan kendaraan.

Jika Wira tahu, si hitam motor Kawasaki Ninja H2 kesayangannya sedang menertawakan dirinya di bagasi rumahnya.

Sebelum berangkat tadi, waktu Wira dihabiskan dengan menimang-nimang akan membawa si hitam atau si putih. Pilihan akhirnya ditetapkan si putihlah yang akan diajaknya kencan dengan sebuah alasan cuaca sedikit dingin.
Salah, Wira salah dengan pilihannya karena sejak 20 menit tadi ia hanya maju tidak lebih dari 2 km saja.

Jika bertanya tentang si hitam mengapa kesayangan? Sebab itulah kado ulang tahunnya satu tahun yang lalu dari sang mama. Wira adalah anak motor, jadilah mamanya memilihkan hadiah yang tak mungkin ditolaknya. Sebaliknya, si putih adalah hasil jerih payahnya dari menyisihkan uang saku sejak awal masuk SMA dan part time yang dilakukan.

Mei Dhira, mama Wira yang memiliki darah Tiongkok dari kakek buyutnya adalah single mother yang membesarkannya sejak ia hanya bisa meminum ASI saja. Namun, Wira tidak pernah kekurangan dalam hidupnya.

Selain memiliki klinik kecantikan, juga 3 cabang tempat spa yang terkenal di Bali. Wanita karir dan ibu terbaik, terhebat di dunia versi Wira.

Ia akan telat sampai Atlis Beach Club untuk menemui dua sahabatnya sejak SMA. Waktu menunjukkan pukul 20.10 WITA malam, yang mana 20 menit tadi seharusnya ia sudah sampai.

Jika bukan karena ingin menghilangkan stresnya ia tak ingin pergi, memilih tidur saja toh besok hari Minggu harus lembur karena ada tamu yang harus diantar ke salah satu tempat wisata, begitulah kerjaan Wira sebagai part timer bell driver.
.
.
.
Atlis Beach Club, salah satu beach club terkenal di Bali. Banyak hiburan, menu makanan, minuman, tempat dan fasilitas-fasilitas lain, membuatnya diminati wisatawan asing maupun lokal.

Wira melihat Bima melambaikan tangannya memberi kode disanalah meja mereka. Di tempat duduk paling ujung berhadapan dengan kolam renang, sahabat-sahabatnya sudah asik mengobrol. Siapa lagi kalau bukan Abi manusia lainnya selain Bima.

Mereka bertiga kenal dihari pertama diadakan masa orientasi di SMA. Abi, Bima dan Wira, manusia yang jika diibaratkan dalam sebuah film adalah pemeran utamanya. Tampan, kaya, murah senyum, serta otaknya yang cerdas menambah kharisma mereka menjadi level 'karet 2' a.k.a pedas.

"Lama kali cii. Qe dari mana aja?" Tanya Abi. Belum juga duduk Wira sudah seperti diintrogasi di meja hijau.

"Cicing!! Macet sajan nok jalanan. Aku lupa malem minggu nih, malah bawa si putih." Jawabnya sembari menuangkan Don Julio Anejo-nya dalam gelas kecil yang sudah diisi es oleh Bima.

Don Julio Anejo dengan kadar alkohol 38% yang menurut mereka 50:50 dan hanya memberi sedikit efek menjadi pilihan, jadi saat pulang kesadarannya masih tetap terjaga (kadar toleransi alkohol tinggi). Toh Bima akan menegak sedikit karena tak terlalu suka 'minum' jadi jika memang mereka tipsy masih ada Bima penyelamatnya.

"Mikirin apa qe, sampai hari aja dilupain. Atau udah tua?" Bercanda Bima. Yang diajak bicara hanya menikmati alunan musik dari DJ di depan, mengangguk-anggukkan pelan kepalanya.

Tak ada jawaban, Abi dan Bima memilih mengunyah Popcorn Chicken Fries dan Squid & Prawn Fritto Misto dengan mata yang fokus ke depan untuk mendapatkan topik membicarakan manusia-manusia yang asik berenang, bercanda, serta berjoget layaknya pool party di depannya.

Wira memilih mengeluarkan ponselnya, ia ingin mengirim pesan pada Hema lelaki yang sudah sejak 4 hari yang lalu berkirim pesan dengannya. Jika dilihat dari foto-fotonya yang diam-diam ia lihat melalui Instagram milik Abi 2 hari yang lalu, untuk seukuran laki-laki Hema itu cantik tapi juga tampan. Mungkin juga sedikit imut?

"Woy, gimana menurut qe si Hema?" Tanya Abi penasaran. Pas sekali seperti cenanyang saja pikir Wira.

"Ya gak gimana-gimana, dia udah mulai gak secuek awal aku chat. Asik sih anaknya. Like a little spoiled?" jawab Wira dengan sedikit menarik ujung bibirnya.

"Hahaha.. memang, dia anak kecil manja. Qe coba aja siapa tau cocok."

"Duh, sing-lah. Orang baru kenal, sing ada seminggu."

"Nah, setuju aku. Temenan aja dulu qe sama dia, kalo emang cocok dua-duanya terjang." Bima yang ikut bersuara berada dipihak Wira. Ia tau cerita ini karena mereka selalu mengobrol bercerita di grup wasapnya.

"Kata qe juga dia galau baru aja ditinggalin cowok. Pasti juga belum lupa tuh." Ucap Wira lagi.

"Hmm, makanya kukenalin sama qe. Biar sama-sama ada temen cerita senasib, siapa tau juga bisa saling nyembuhin." Jujur Abi.

Ponsel milik Abi berbunyi disela obrolan mereka, ada pesan masuk di grup bersama Hema dan Ipal.

"Besok pagi Hema sama temennya mau main ke tempatku, kalian mau join sing?" Abi bertanya setelah membaca pesan tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Besok pagi Hema sama temennya mau main ke tempatku, kalian mau join sing?" Abi bertanya setelah membaca pesan tadi.

"Aku sing, besok ada janji sama klien mau ngomongin desain baju." Bima menolak ajakan Abi. Dirinya memang sibuk kuliah juga dipercaya untuk memegang salah satu cabang butik baju orang tuanya.

"Aku juga lembur besok cii, ada reservasi dadakan." Sama dengan Bima, Wira pun tidak bisa. Sebenarnya ia juga ingin melihat langsung sosok yang diajaknya bertukar pesan. Tapi, mungkin lain kali berdua saja?

Yang menawari hanya mengangguk meng-iyakan alasan dua sahabatnya.

SWATAMITA [OFFGUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang